By using this site, you agree to the Privacy Policy and Terms of Use.
Accept
Warta Ahmadiyah
Youtube
  • Beranda
  • Berita
    • Mancanegara
    • Nasional
    • Daerah
  • Organisasi
    • Ansharullah
    • Khuddam
    • Lajnah Imaillah
  • Kebangsaan
  • Keislaman
  • Sosial
  • Rabthah
  • Opini
  • Siaran Pers
Font ResizerAa
Warta AhmadiyahWarta Ahmadiyah
Pencarian
Follow US
  • Berita
  • Organisasi
  • Kebangsaan
  • Keislaman
  • Sosial
  • Rabthah
  • Opini
  • Siaran Pers
© WartaAhmadiyah
IntoleransiNasional

Sultan dan Polisi Diminta Redam Intoleransi

Last updated: 30 Januari 2016 22:27
By Redaksi 419 Views
Share
SHARE

pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta dan Kepolisian DIY ke sejumlah pelaku aksi intoleransi yang menabrak hukum.

“DILIHAT perkembangannya, mereka dulu giat menyerang minoritas dalam Islam, seperti Syiah dan Ahmadiyah, tapi sekarang sudah menyasar nonmuslim,” ujarnya.

TEMPO.CO, Yogyakarta – Merebaknya aksi intoleran yang menggunakan kekerasan merupakan sinyalemen kelompok muslim berpaham agama eksklusif semakin artikulatif dalam menyuarakan gagasannya. Hal itu diungkapkan sosiolog dan peneliti dari Pusat Studi Keamanan dan Perdamaian (PSKP) Universitas Gadjah Mada, Najib Azca.

Dia mengatakan pentingnya tindakan tegas pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta dan Kepolisian DIY ke sejumlah pelaku aksi intoleran yang menabrak hukum. Bahkan, menurut dia, penanganan kasus tidak cukup dalam bentuk penindakan hukum dan kecaman.

“Pernyataan tegas sultan dan polisi harus lebih ekspresif agar ada pesan kuat bahwa DIY bukan tempat kelompok intoleran yang bertindak semaunya,” kata pemilik disertasi yang telah dibukukan berjudul After Jihad: A Biographical Approach to Passionate Politics in Indonesia ini pada Ahad, 1 Juni 2014.

Dia menduga ada kristalisasi pertentangan antara pendukung toleransi dengan kelompok-kelompok eksklusif yang merasa perlu tampil secara ekspresif. “Dilihat perkembangannya, mereka dulu giat menyerang minoritas dalam Islam, seperti Syiah dan Ahmadiyah, tapi sekarang sudah menyasar nonmuslim,” ujarnya. (Baca juga: Umat Katolik di Sleman Diserang Kelompok Bergamis).

Dalam situasi seperti ini, Najib menganggap penting adanya kerja sama antara pemerintah daerah, kepolisian, dan organisasi massa Islam moderat dengan pengikut mayoritas, seperti Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah, untuk membendung gelombang intoleransi. Dia bependapat, selain penindakan tegas kepada semua pelanggar hukum, perlu ada dialog untuk membangun rekonsiliasi dengan kelompok-kelompok berpaham keras.

“Tentu yang dibutuhkan bukan acara dialog seremonial, tapi upaya mengajak kelompok-kelompok ini berdialog secara informal dan menyasar pengikutnya yang ada di level bawah, bukan elitenya saja,” tuturnya.

Dia mengatakan sebenarnya potensi konflik beraroma intoleransi di DIY sudah ada sejak lama. Dalam risetnya, dia menemukan banyak eksmujahid Poso dan Ambon membangun komunitas di Yogyakarta pasca-2000-an.

“Tapi mereka terpolarisasi dalam banyak kelompok dan memiliki ekspresi paham agama yang keras berbeda-beda. Ada yang sekadar eksklusif tapi juga ada yang menganggap aksi keluar komunitasnya penting,” katanya.

Mengingat beragamnya karakter kelompok muslim konservatif dan eksklusif di DIY, Najib menilai pendekatan secara dialogis ke semua kelompok segara dilakukan. Alasannya, ujar dia, ekspresi keagamaan yang keras sangat mungkin bermetamorfosis, tergantung konteks sosial dan politik lokal atau nasional yang mempengaruhinya.

“Konsolidasi dialog dengan kelompok radikal di level bawah sangat penting. Mereka harus ditarik masuk ke pergaulan sosial dan diajak bersedia menghormati hak warga negara lain,” kata Najib.

ADDI MAWAHIBUN IDHOM

You Might Also Like

Waqfi Arzi Salah Satu Ruh Pengorbanan yang Melekat dalam Diri Tiap Anggota Ahmadiyah

Libur Akhir Pekan, Keluarga Besar JAI Sindangbarang Wisata Tarbiyat

International Peace Symposium di UIN Syarif Hidayatullah dihadiri 800 Orang Lebih

Jadi Jubir Baru Ahmadiyah, Maulana Dili Sadili Siap Tingkatkan Komunikasi Eksternal

Korban Kekerasan Paling Banyak Dialami oleh Perempuan

TAGGED:intoleransiUniversitas Gadjah MadaYogyakarta
By Redaksi
Follow:
MEDIA INFORMASI JEMAAT AHMADIYAH INDONESIA
Previous Article Harapan dan Doa dari pelaksanaan Jalsah Salanah Ahmadiyah Wilayah Priangan Timur 2014 di Wanasigra
Next Article Konferensi Nasional Kebebasan Beragama /Berkeyakinan minta ‘aturan mendirikan rumah ibadah’ direvisi
Leave a Comment

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

You Might Also Like

Nasional

Bersama Seni Belajar Toleransi

Redaksi 4 Min Read
Nasional

Tiga Kemampuan yang Perlu Dimiliki Generasi Muda Menurut Sekjen Asosiasi Sosiologi Nasional

Qanita 2 Min Read
Masyarakat Ekonomi Asean
NasionalPerspektif

Renungan Malam Tahun Baru: Sambut Masyarakat Ekonomi ASEAN dengan Menjadi Profesional Ahmadi

Redaksi 11 Min Read
Previous Next
Warta Ahmadiyah

Warta Ahmadiyah merupakan sumber resmi Jemaat Ahmadiyah Indonesia yang menyajikan ragam informasi seputar kegiatan dan pandangan Ahmadiyah mengenai berbagai hal.

Kategori

  • Berita
  • Organisasi
  • Kebangsaan
  • Keislaman
  • Sosial
  • Rabthah
  • Opini
  • Siaran Pers

Informasi

  • Redaksi
  • Kontak Kami
  • Kirim Berita

Copyright 2016 – 2023 @wartaahamdiyah.org All rights reserved

Welcome Back!

Sign in to your account

Username or Email Address
Password

Lost your password?