Warta Jamiaah- Untuk mempertemukan Tuhan dengan ciptaan-Nya, belajar agama saja tidaklah cukup. Diperlukan disiplin ilmu lain sebagai jembatan pemahaman. Sebagaimana kedatangan Hadhrat Masih Mau’ud a.s. yang membawa misi menyatukan sains dengan Al-Qur’an, demikian pula Jamiah berupaya menanamkan semangat itu kepada para mahasiswanya. Demikian, disampaikan Mln. Dr. Rakeeman R.A.M. Jumaan, sebagai moderator dengan mengutip bahasa Urdu dari kitab Al-Balagh alias Faryad Dard terkait 10 Syarat Munazirat Mazhabiyyah.
Pada Rabu, 20 Agustus 2025, Jamiah menyelenggarakan kegiatan bulanan Studium Generale sebagai sarana pengembangan wawasan mahasiswa di bidang sains. Acara ini berlangsung pukul 13.30 hingga 16.00 WIB. Hadir sebagai narasumber, Drs. Silakhuddin, M.Si., seorang pakar Fisika dan Teknologi Siklotron yang saat ini menjabat sebagai Peneliti Ahli Utama di Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). Pada kesempatan ini, beliau membawakan tema “Tenaga Nuklir: Manfaat dan Mudharatnya bagi Kemanusiaan”.
Drs. Silakhuddin menempuh pendidikan sarjana di Jurusan Fisika, Fakultas MIPA Universitas Gadjah Mada (1976–1981), kemudian melanjutkan studi magister Ilmu Fisika di Program Pascasarjana Universitas Indonesia (1992–1995). Selain kiprahnya di bidang akademik dan riset, narasumber juga aktif dalam berbagai kegiatan Jemaat.
Beliau pernah berkhidmat di beragam amanat, antara lain sebagai Sekretaris Atfal, Qaid Khuddam, Sekretaris Maal, Sekretaris Al-Wasiyyat, Ketua dan Wakil Ketua, Qaid Umumi PPMA, Nazim Wilayah Anshar, perwakilan MSN, hingga Qaid Umumi Sekretaris BPT. Ragam amanat tersebut menjadi bukti bahwa beliau tidak hanya mengembangkan ilmu untuk kepentingan dunia, tetapi juga mengkhidmatkannya bagi agama.
Acara dipandu oleh Naib Principal bidang Akademik, Mln. Dr. Rakeeman R.A.M. Jumaan, dan diawali dengan tilawat Al-Qur’an serta pembacaan Nazm. Selanjutnya, Principal Jamiah Ahmadiyah Indonesia, Mln. Ma’sum Ahmad, Shd., memberikan sambutan. Dalam arahannya, beliau menekankan bahwa tema yang diangkat kali ini sangat relevan dengan kondisi dunia saat ini, di mana konflik antarnegara bahkan bisa dipicu oleh hal-hal sepele.
Beliau menyinggung, bahwa jika dibiarkan, bukan mustahil teknologi nuklir justru akan digunakan untuk meredam konflik. Karena itu, beliau berharap kegiatan ini dapat memperluas wawasan dan membawa manfaat bagi seluruh peserta yang hadir. Beliau juga menyinggung sejarah kehidupan narasumber yang terkait dengan sejarah pengkhidmatan dan kemubaligan, dimana ayahanda beliau pernah belajar di Qadian, kemudian kakak beliau juga alumnus Jamiah Rabwah dan kini menantu beliau juga seorang mubalig.
Usai sambutan, acara dibuka dengan doa bersama yang dipimpin langsung oleh Principal. Untuk pertama kalinya, Studium Generale juga dilaksanakan secara hybrid: luring dan daring melalui Zoom. Melalui format ini, orang tua mahasiswa serta para muballighin dari berbagai daerah dapat ikut memantau jalannya kegiatan, sekaligus menjadi sarana sosialisasi Jamiah ke luar kampus.
Acara ini diikuti secara luring oleh seluruh mahasiswa dan dosen Jamiah Indonesia. Selain itu, beberapa peserta juga bergabung melalui Zoom, dengan jumlah yang sempat mencapai 14 orang. Hal ini dikarenakan baru pertama kali live via Zoom. Panitia pada Studium Generale kali ini semuanya berasal dari mahasiswa darjah Tsaniah.
Sesi tanya jawab berlangsung cukup meriah, mencerminkan antusiasme para mahasiswa yang masih ingin menggali lebih dalam. Karena keterbatasan waktu, pertanyaan dibatasi hanya enam saja dalam dua termin. Salah satu yang menarik datang dari Agus Mubarak, mahasiswa Darjah Khamisah asal Jemaat Tambun. Ia bertanya dengan nada penasaran, “Karena otak manusia memancarkan arus energi, dan atom juga memancarkan energi, apakah nuklir dapat meningkatkan kemampuan otak?”
Narasumber menanggapi dengan bercanda, “Jadi maksudnya, apakah radiasi nuklir bisa membuat kita jadi bertakwa?” Ia kemudian menjelaskan bahwa efek paparan nuklir atau mutasi bersifat acak. Teknologi ini memang dapat digunakan untuk menciptakan bibit unggul, namun hasilnya tidak selalu berhasil; hanya yang unggul yang dipilih. Oleh karena itu, radiasi nuklir tidak bisa sembarangan digunakan, apalagi pada manusia untuk meningkatkan kemampuan.
Acara berlangsung dalam suasana santai, meski sempat diwarnai beberapa kendala teknis. Namun secara keseluruhan, jalannya kegiatan tetap terasa khidmat. Menjelang akhir acara, langit mulai menggelap, kilat dan petir mulai bersahut-sahutan dan akhirnya hujan lebat pun mengguyur, seakan menambah kesan tersendiri pada penutupan kegiatan hari itu.
Mln. Ilham Sayyid Ahmad, Shd.