Yogyakarta – Dalam rangka peringatan Hari Khilafat dan Nuzulul Qur’an, Jamaah Muslim Ahmadiyah Daerah Istimewa Yogyakarta menyelenggarakan Dialog & Silaturahim sekaligus buka puasa bersama, bertempat di Taman Pustaka Arief Rahman Hakim, Yogyakarta, Minggu (27/05/2018).
Kegiatan ini dihadiri oleh 154 orang yang terdiri dari anggota Muslim Ahmadi Daerah DIY, Kepolisian Daerah, Camat Gondokusuman, Lurah Kotabaru, dan berbagai tokoh lintas iman.
Acara diawali dengan pembukaan, pembacaan ayat suci Al-Qur’an, dan menyanyikan lagu Indonesia Raya.
Dilanjutkan ucapan Selamat datang dari tuan rumah oleh Ketua Jamaah Muslim Ahmadiyah Daerah Yogyakarta, Ir. Ahmad Saifudin.
Beliau menuturkan tentang 27 Mei sebagai momen sejarah bagi Jogja maupun Jamaah Muslim Ahmadiyah; di Indonesia, banyak bapak pendiri bangsa dan pejoeang yang belajar tentang Ahmadiyah; serta urgensi keadilan yang terus-menerus harus diperjuangkan di Indonesia yang menjadi tanggung-jawab para pemimpin.
“Bagi mereka yang melakukan tindak anarki semoga dapat dicerahkan hatinya memperoleh hidayah-Nya agar kita bisa bersama membangun persaudaraan sejati ‘cinta untuk semua tanpa benci bagi siapapun”, katanya
Bapak Camat Gondokusuman – Bapak Jalaludin, S. Sos., M.Si. selanjutnya memberikan sambutannya.
“Kotabaru sebagai simbol persatuan, kerukunan di masyarakat kita telah terbangun sejak lama.”
Kemudian sambutan dari perwakilan Koramil.
“Mari kita menciptakan Kotabaru ini tempat yang nyaman suasana kondusif yang aman.”
Lalu dilanjutkan pembacaan syair oleh Mln. Bilal Ahmad Bonyan. Setelah itu pesan-pesan damai dari berbagai tokoh lintas iman.
Pesan damai dari Rm. Yohanes Tri mewakili gereja katholik. Beliau menyampaikan tentang cinta kasih yang sejalan dengan ajaran dalam gereja katholik, di mana kita semua di sini seperti bergandengan tangan dalam jalan menuju tanah air surgawi.
“Ketika saya masuk ke ruangan ini, saya membaca sebuah kata yang sangat indah, love for all hatred for none, cinta untuk semua tanpa benci bagi siapapun. Jadi yang ada adalah cinta dan cinta, tidak ada kebencian di muka bumi ini.”
Pesan damai dari Ibu Elga Sarapung dari Interfidei, beliau menuturkan, Love For All masih menjadi tantangan yang tidak hanya dari luar diri kita, boleh jadi dari dalam diri kita.
“Waktu saya duduk, di situ saya bersama seorang ibu. Saya tanya, bagaimana bu, baik-baik? Langsung pembicaraan ke Lombok. Memang kita masih ada dalam situasi seperti itu, pengalaman Ahmadiyah memang, yang dahulu 2005 pernah terjadi, saat ini terjadi lagi.”
Pesan damai dari Bpk. Timotius Aprianto, mewakili Aliansi Jogja Sehati (AJS) dan Forum Persaudaraan Umat Beriman (FPUB).
“Jemaat Ahmadiyah dalam FPUB bukan hanya sebagai sahabat saja, tetapi lebih dari itu yaitu saudara bagi kami.”
Pesan damai dari Ketua Gusdurian Yogyakarta – Bpk. Muhibullah, menyampaikan tentang berbagai peristiwa akhir-akhir ini yang terjadi di Indonesia.
“Untuk peristiwa di Lombok, kami turut berduka pak. Kita hidup di negara demokrasi, kita semua memiliki hak yang sama, untuk bisa melaksanakan ibadah sesuai keyakinan kita.”
Dilanjutkan dengan tausiyah oleh Muballigh Daerah – M. Yusuf Ismail, tentang hikmah nuzulul quran dan khilafat spiritual yaitu khilafat ‘ala min hajjin nubuwwah, meninjau dari sebuah nubuwatan sejak nabi Ibrahim, serta sejarahnya hingga sekarang.
“Khilafat ala min hajjin nubuwah, ini yang kemudian menjadi motivasi bagi banyak golongan-golongan Islam untuk membangun khilafah ini, akan tetapi sepertinya terkecoh dengan khilafah ala min hajjin nubuwah, bahwa di situ adalah khilafah yang bukan dalam semangat menundukkan sebuah negara/state.”
Acara diakhiri dengan do’a, buka puasa bersama, shalat maghrib berjamaah, serta santap makan malam sembari menonton tayangan tentang Ahmadiyah.