Hadhrat Khalifatul Masih II ra sangat menyadari kebutuhan penting ini (memiliki pembantu bagi Ahmadi laki-laki yang berusia di atas 40 tahun) bahkan pada saat pendirian Majelis Khuddamul Ahmadiyah. Namun, Huzur berharap agar organisasi volunteer Majelis Khuddamul Ahmadiyah didirikan dengan baik terlebih dahulu – setidaknya di Qadian – kemudian setiap tindakan baru diambil dalam hal ini.
Oleh karena itu, dua hingga dua setengah tahun kemudian ketika Majelis ini berkembang sesuai dengan tujuan Huzur dan para pemuda membuktikan diri mereka mampu bekerja secara sukarela sesuai dengan keinginan yang diberkati dari Huzur, beliau kemudian mengumumkan hal tersebut pada 26 Juli 1940 (Wafa 1319 Hijri Syamsi):
“Mulai hari ini di Qadian, pekerjaan yang dilakukan oleh Khuddamul Ahmadiyah adalah wajib dan tidak lagi opsional. Setiap Ahmadi yang berusia antara 15 hingga 40 tahun wajib mendaftarkan dirinya ke Khuddamul Ahmadiyah dalam 15 hari ke depan. Khuddamul Ahmadiyah harus mengatur semua anak berusia antara 8 hingga 15 tahun dalam satu bulan dan sebuah organisasi dengan nama Athfalul Ahmadiyah dibuat; program yang tepat harus dibuat untuk mereka dengan nasihat saya.”
Dengan pengumuman ini, Huzur juga mendirikan pembantu tetap untuk Ahmadi di atas usia empat puluh tahun dan menamainya “Majelis Ansharullah”. Beliau juga menganggap wajib bagi semua usia yang saat ini tinggal di Qadian untuk mendaftar di dalamnya. Maulvi Sher Ali Sahib ra dinominasikan sebagai Presiden sementara organisasi volunteer Ansharullah. Berikut ini para anggota yang ditunjuk oleh Huzur untuk membantu Presiden:
1. Hazrat Maulvi Abdur Rahim Dard MA ra,
2. Hazrat Chaudhry Fateh Muhammad Siyal MA ra,
3. Hazrat Maulvi Farzand Ali Khan,
Pada kesempatan ini, Hadhrat Amirul Mukminin memberikan beberapa petunjuk dasar tentang Majelis Ansharullah yang harus diriwayatkan dengan kata-kata Huzur sendiri.
Huzur menyatakan:
“Semua pria yang berusia di atas 40 tahun harus mendirikan sebuah organisasi dengan nama Ansharullah dan semua penduduk Qadian yang berusia di atas 40 tahun harus mendaftar di dalamnya. Wajib bagi mereka untuk mendedikasikan setengah jam setiap hari untuk pengkhidmatan agama mereka. Jika dianggap perlu, maka alih-alih mengambil setengah jam ibadah harian (pengkhidmatan) dari beberapa individu, tiga hari berturut-turut dalam sebulan dapat didedikasikan untuk tujuan ini. Namun demikian, semua anak, tua dan muda, tanpa kecuali, harus diorganisir di Qadian. Ketua sementara Majelis Ansharullah adalah Maulvi Sher Ali Sahib, dan untuk melaksanakan tugas sekretariat, saya mengangkat Maulvi Abdur Rahim Dard Sahib, Chaudhry Fateh Muhammad Sahib Khan Sahib dan Maulvi Farzand Ali Sahib. Dan melalui badan ini, selain dari usaha-usah lainnya, haruslah diawasi bahwa tidak ada individu yang tidak melakukan shalat berjamaah di masjid.”
Maksud dan Tujuan Dasar Majelis Ansharullah serta Badan Lainnya
Hadhrat Khalifatul Masih II ra menyatakan:
“Saya telah menetapkan Ansharullah, Khuddamul Ahmadiyah dan Athfalul Ahmadiyah sebagai tiga pembantu yang terpisah sehingga semangat meneladani perbuatan baik satu sama lain dapat dihasilkan di jemaat kita sebanyak mungkin. Anak-anak meneladani anak-anak lainnya, para pemuda mecontoh pemuda lainnya dan orang tua menuruti jejak orang tua lainnya. Ketika anak-anak, remaja dan orang tua, semuanya memperhatikan sesuai dengan kapasitas masing-masing, bahwa teman sebaya mereka cenderung kepada agama, mereka berjuang untuk penyebaran Islam, mereka terlibat dalam mempelajari prinsip-prinsip Islam dan menyebarkannya di dunia serta bahwa mereka unggul dalam melaksanakan hal-hal baik, keinginan akan menyala di hati mereka bahwa mereka juga harus mengambil bagian dalam tindakan yang benar seperti itu dan unggul di depan rekan-rekan mereka…
“Untuk ketahanan rohani jemaat, saya telah memprakarsai skema Khuddamul Ahmadiyah, Lajnah Imaillah dan Ansharullah, dan ketiganya sangat penting. Jangan anggap skema ini biasa. Pada zaman ini, keadaan membuat hal seperti ini pada dasarnya penting. Di masa lalu, keadaannya berbeda. Di zaman Nabi saw, ribuan pengajar telah muncul melalui tarbiyat, beliau dan mereka biasa mengajar orang lain atas kemauan mereka sendiri dan orang lain pun dahulu antusias untuk belajar. Namun, sekarang keadaannya bahwa pekerjaan tidak dapat diselesaikan, sampai pengaturan dibuat untuk pengawasan yang independen terhadap orang-orang dalam dua atau tiga orang.”
Lebih lanjut beliau menyatakan:
“Perwujudan Ansharullah itu sendiri sangat penting karena nilai pengalaman itu sendiri sangat penting. Demikian pula, nilai yang dipegang oleh ambisi dan semangat sangat penting dengan sendirinya. Khuddamul Ahmadiyah adalah perwakilan dari ambisi serta semangat, dan Ansarullah mewakili pengalaman dan kebijaksanaan. Tanpa semangat, ambisi, pengalaman dan kebijaksanaan tidak ada bangsa yang bisa makmur…
“Tujuan saya, dengan mendirikan organisasi pendukung Ansharullah dan Khuddamul Ahmadiyah adalah untuk menyelesaikan empat dinding sebuah bangunan. Satu dinding adalah Ansharullah, yang kedua adalah Khuddamul Ahmadiyah, yang ketiga adalah Atfhalul Ahmadiyah dan yang keempat adalah Lajnah Imaillah. Jika keempat dinding ini terlepas satu sama lain, tidak dapat dihindari bahwa tidak ada bangunan yang dapat tetap utuh. Sebuah bangunan hanya lengkap jika keempat dindingnya saling menempel. Apabila dipisah-pisahkan, keempat dinding itu tidak bernilai, karena jika hanya satu dinding bagaimana bisa dipasang atap. Namun, jika ada empat dinding, setelah mendirikan tiang-tiang di sampingnya, atap dapat dipasang. Akan tetapi jika keempatnya dibangun terpisah, atap tidak dapat diletakan di atasnya.”
Janji Pertama Ansharullah
Pada awalnya, tidak ada janji Ansharullah untuk ditegaskan kembali dalam pertemuan-pertemuan Ansharullah. Pada bulan November 1944, pertemuan bulanan diadakan setelah shalat Subuh, di bawah kepresidenan Hadhrat Maulana Sher Ali Sahib ra. Dalam pertemuan ini, Hadhrat Maulvi Abdur Rahim Dard Sahib ra, Sekretaris Jenderal, mengingatkan para hadirin bahwa Hadhrat Khalifatul Masih II ra mengambil ikrar sehubungan dengan pengibaran bendera Ahmadiyah pada perayaan Jubilee dan bahwa Ansharullah harus mengulangi janji yang sama dalam pertemuan mereka. Sesuai dengan proposal ini, janji diulangi dalam pertemuan itu juga, dengan kata-kata berikut:
“Saya berjanji dengan sungguh-sungguh bahwa saya akan berjuang, dengan kemampuan dan pemahaman terbaik saya, untuk pendirian, konsolidasi dan penyebaran Islam dan Ahmadiyah sampai nafas terakhir saya. Dengan pertolongan dari Allah Yang Maha Kuasa, saya akan mempersembahkan pengorbanan apapun yang mungkin untuk Ahmadiyah atau Islam yang benar untuk menang atas semua agama dan komunitas dan untuk standarnya untuk tidak pernah jatuh tetapi untuk terbang di atas semua bendera lainnya.”
اَللّٰهُمَّ آمِيْن۔ اَللّٰهُمَّ آمِيْن۔ رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا اِنَّكَ اَنْتَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ
(Allahumma aamiin, Allahumma aamiin, Wahai Tuhan kami, terimalah ini dari kami, sesungguhnya Engkau Maha Mendengar, Maha Mengetahui)
Ijtima tahunan Ansharullah pertama dan pidato Hazrat Amirul Mukminin
“Ini ijtima tahunan pertama Majelis Ansharullah. Saya berharap bahwa dalam ijtma ini anda akan berusaha untuk membangun fondasi untuk karya-karya ini (yang telah disebutkan oleh Huzur ketika mendirikan organisasi pembantu) serta bahwa Majelis Ansharullah dan pendukung eksternal juga akan memahami tanggung jawab mereka ini; tanpa ketajaman perhatian dan kewaspadaan yang utuh, kehidupan berbangsa tidak akan pernah bisa lestari…
“Sekarang saya akan membuka ijtima dengan doa. Semoga Allah memampukan ijtima Ansharullah ini dan semua upaya mereka untuk bekerja sebagai benih di masa depan, diberikan ribuan benih lagi oleh Allah Ta’ala; kemudian benih-benih itu bertindak sebagai benih untuk berbuah sampai kerajaan rohani Allah Ta’ala didirikan di dunia dengan cara yang sama seperti kerajaan duniawi-Nya didirikan di bumi. Amin.”
(Tarikh-e-Ahmadiyyat, Vol. 9)
Sumber: Al-Hakam (https://www.alhakam.org/history-of-majlis-ansarullah/)
Diterjemahkan oleh: Muhammad Talha