SEKOLAH Perdamaian Gus Dur yang digagas Wahid Institute menekankan peran pemuda dalam menciptakan perdamaian. Pada hari kedua, Irfan Akmali memberikan materi dengan tema Pemuda dan Inisiatif damai.
“Peranan pemudalah yang nantinya akan menentukan kemana negara Indonesia bergerak,” ujarnya di hadapan peserta Sekolah Perdamaian Gus Dur pada Minggu (29/11/2015).
Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa di masa sekarang pemuda sebagai penggerak kemajuan suatu bangsa pemuda pada umumnya memiliki tiga tipe. Tipe yang terlahir sebagai agen perubahan, tipe yang memiliki materi kekayaan namun tidak peduli terhadap kekayaannya tersebut dan memilih memberikannya untuk kepentingan orang lain serta seseorang yang biasa saja namun memiliki pengetahuan yang dibagian pada orang lain secara sukarela.
Masih menurut Irfan, di dunia terdapat empat kriteria yang dimiliki orang pada umumnya. Yaitu orang cerdas tapi tidak peduli, orang yang peduli tapi tidak cerdas, orang yang pintar sekaligus peduli, dan orang yang tidak pintar dan tidak peduli.
“Kriteria nomor tiga yang wajid di milik para pemuda saat ini,” ucap pendiri Peace Generation tersebut.
Di tempat yang sama, Hilal, pemuda Ahmadiyah asal Bekasi mengungkapkan dengan mengikuti Sekolah Perdamaian Gus Dur dapat lebih menambah wawasan mengenai bagaimana menciptakan perdamaian lingkungan sekitar.
Menurut pria yang juga menjabat sebagai ketua Ahmadiyya Moeslem Student Asscociation (AMSA) Bekasi tersebut para pemuda harus sadar bahwa perdamaian tidak datang dengan sendirinya melainkan harus diterapkan dalam kehidupan sehari hari dan hal tersebut dapat diaplikasikan dengan bersosialisasi ke masyarakat dan menghargai setiap perbedaan.
“Intinya sesuai dengan slogan Jemaat Ahmadiyah, Love For All Hatred For None,” tandasnya.
Kontributor: Talhah Lukman Ahmad; editor: Raam DMX