Jakarta (9/11), Sederet kalimat tersebut terlontar dari mulut seorang Ibu Pengurus PKK. Usai Ia mengikuti tausyiah perdana dalam pertemuan rapat dan arisan PKK RW 08, Kampung Tanah Merah Atas, Kelurahan Rawa Badak Selatan. Dalam momentum tersebut hadir 10 orang pengurus PKK dan 3 orang Lajnah Imaillah (LI).
“Bu, yang saya tahu Ahmadiyah shalatnya dua kali lho! Subuh dan Isya saja,” ucapnya kepada Ibu Ferawati, Pengurus Lajnah Imaillah (LI) Jakarta Utara yang kebetulan menjadi tuan rumah dalam acara tersebut.
Tidak hanya itu, Ia pun mengungkapkan keherananya saat Ibu Mubaligh, selaku narasumber, membuka mukadimahnya dengan syahadat. Sejauh yang diketahuinya, Ahmadiyah tidak membaca syahadat. Nampaknya hari itu, benar-benar membuka pemahaman mereka.
Pukul empat sore sebagian besar Ibu-ibu sudah datang. Mereka nampak canggung. Barangkali, sebuah kecemasan berkecamuk lantaran mereka akan mendapat tausyiah dari seorang Ahmadi. Mengingat, ‘image’ negatif tentang Ahmadiyah selama ini telah terbangun ditengah-tengah masyarakat.
Beberapa orang pun nampak acuh dan mengalihkan pandangan saat kami berusaha menyimak dan mengikuti arah obrolah. Seolah mereka tidak menginginkan kehadiran kami.
Seiring waktu yang terus berpacu, acara pun dimulai dengan sambutan Ibu RW, kemudian beliau lanjut memimpiin rapat. Satu jam lebih berlalu dan belum ada tanda-tanda dimulainya tausyiah.
Ibu-ibu lajnah terus-menerus berdoa, berdzikir dan melantunkan shalawat. Berharap datang pertolongan Allah Ta’ala untuk sekedar menyampaikan sebuah pesan yang amat berharga.
Salah seorang Ibu berbisik halus kepada Bu RW, “Bu, bagaimana kalau kita ada tausyiah dulu?”
“Ya, nanti ada, kebetulan ini kan yang minta dari tuan rumahnya,” Bu RW menjawab dengan nada yang masih terasa belum menerimana keberadaan kami.
Setelah beberapa waktu, Bu RW akhirnya mempersilahkan. Tapi, dengan menyisakan kata-kata yang belum menunjukkan keterbukaan, “Tidak lama-lama ya, soalnya sudah sore.”
Dalam tausyiahnya, Ibu Mubaligh Jakarta Utara mengambil tema tentang “Peran Ibu Dalam Tarbiyat Anak-Anak”. Bersumber dari buku “Surga Di Telapak Kaki Ibu” juga penjelasan Ibu Sadr LI tentang buku tersebut.
Tausyiah yang disampaikan seolah membius kesadaran paling dalam ibu-ibu PKK yang hadir. Sebagian fokus, sebagian lagi nampak tertunduk seperti tengah menyelami sebuah kesadaran yang lama terkubur di balik rutinitas mereka yang sangat padat.
Tidak disangka, usai tausyiah situasi yang sempat membeku lantas mencair. Bu RW dan Ibu-ibu yang lain saling berbagi pengalaman dan menanggapi. Rasa curiga diawal seolah pupus, sirna setelah mencicipi sedikit khazanah rohani Jemaat.
Bu RW pun menyampaikan terima kasih dan kesannya, “Isi tausyiahnya benar-benar bagus terutama tentang doa dan shalat.”
Pada hari itu kami jadi belajar bahwa setiap Ahmadi seyogianya memiliki peran dan manfaat untuk lingkungan dimana Ia tinggal. Seperti aktif di PKK atau di lingkungan RT/RW. Hingga pada akhirnya, kesalah-pahaman yang berkembang tentang Ahmadiyah dapat dijelaskan.
Dan tidak hanya itu, kita juga bisa memberikan sumbangsih ilmu dan pemikiran cemerlang yang bersumber dari khazanah-khazanah rohani Jemaat yang amat kaya. Sehingga mampu mewarnai lingkungan dengan keindahan ajaran-ajaran islam yang hakiki.
Ibu Sudarsih POKJA 1, yang mengurusi bagian kerohanian juga turut berterimakasih. InsyaAllah, katanya, program tausyiah ini akan dilakukan secara rutin.
Kontributor : Ny. Riyanti