Medan – Mubalig Jemaat Ahmadiyah Cabang Medan Maulana Muhammad Idris menyerukan agar berperan dalam toleransi secara aktif, bukan pasif. Hal itu disampaikan selepas mengikuti perayaan Hari Toleransi Internasional yang bertempat di Aula Catholic Center IT, Rabu (16/11/2022)
“Di kota Medan sendiri yang sangat dibutuhkan adalah toleransi aktif bukan toleransi pasif,” ungkapnya kepada Warta Ahmadiyah, Jumat (18/11/2022).
Menurut Maulana Idris, yang dimaksud toleransi aktif bukan hanya sebatas saling menghormati, namun lebih dari itu harus mampu bekerja sama demi terciptanya hubungan harmonis.
“Toleransi bukan hanya saling menghargai dan menghormati yang berbeda namun juga harus bisa saling bekerjasama dan berinteraksi dengan yang berbeda untuk terciptanya hubungan yang harmonis satu sama lain,” jelasnya.
Hal itu senada dengan pernyataan perwakilan Gusdurian, Aan Anshari sebagai narasumber utama dalam acara yang diselenggarakan oleh Komisi Kerawam dan Komisi HAK Keuskupan Agung Medan tersebut.
Gus Aan, sapaannya, menyebutkan bahwa arti toleransi tidak sebatas hanya bersedia menerima yang berbeda tapi juga turut serta mendapatkan hak-haknya.
“Apa arti dari Toleransi? Toleransi adalah saling menghormati dan menghargai pemeluk agama yang lain itu juga bagian dari toleransi. Tapi arti Toleransi yang sebenarnya adalah kesediaan menerima kelompok lain yang berbeda dengannya untuk mendapatkan hak-hak dasarnya,” jelasnya.
Maulana Muhammad Idris mengajak untuk menyikapi Hari Toleransi Sedunia dengan merayakan perbedaan, tidak dengan mempertentangkannya.
“Perayaan hari toleransi sedunia ini menyadarkan kita semua bahwa jangan mempertentangkan perbedaan namun perbedaan itu justru harus dirayakan,” ucapnya.
Lebih lanjut, Mubalig Ahmadiyah asal Semarang ini berpesan, Hari Toleransi hendaknya dirayakan untuk memberikan inspirasi sekaligus motivasi kepada dunia bahwa perbedaan sesuatu yang tidak bisa dipungkiri keberadaannya.
“Keniscayaan dalam perbedaan tidak dapat dinafikan, melainkan harus dirawat dan dikembangkan untuk dapat menciptakan perdamaian,” pesannya.
Oleh karena itu, panitia penyelenggara acara tersebut menghadirkan ragam tokoh agama, komunitas, organisasi, maupun agama. Tujuannya untuk sama-sama berkomitmen merawat toleransi, khususnya di kota Medan.
Acara itu juga semakin meriah dengan dihadirkannya pertunjukan seni budaya yang melibatkan perwakilan berbagai agama, seperti tarian dari Aceh yang mewakili umat Islam, paduan suara mewakili Kristiani, barongsai dari Khonghucu dan diakhiri dengan doa bersama dari ragam agama serta kepercayaan.
Kontributor: Rafi Assamar
Editor: Mubarak