Dalam rangka hari perdamaian internasional, pelajar Ahmadiyah Yogyakarta (AMSA-AMSAW) menggelar kegiatan dialog santai dalam kegiatan Chai Time (28/9).
Kegiatan kali ini menghadirkan narasumber dari Biarawati Katolik yaitu Suster M. Andrea Desi OP dan Muballigh Muslim Ahmadiyah DIY Mln. Murtiyono, dengan tema Merajut Perdamaian, Kebinekaan, Pancasila dan Perdamaian. K
Kegiatan ini dihadiri 50 orang dimana 19 orang dari sahabat lintas iman seperti YIPC, Omah Muda KAtolik, Sant Indiego, Milah Abraham, Bahai, Srikandi Lintas Iman, Institute Dian Interfidei dan mahasiswa dari UIN, Universitas Kristen Duta Wacana, dan UGM.
Kegiatan dimulai dengan pembacaan Al-Quran dan Nazm serta menyanyikan lagu Indonesia Raya bersama, kemudian moderator Ahmad Salahuddin dari YIPC mengawali dengan merefleksi munculnya hari perdamaian dunia yang dimulai oleh sekjen PBB tahun 1982 ketika genjatan senjata perang dingin untuk perdamaian.
Selanjutnya pembicara pertama Mln. Murtiyono Yusuf Ismail menyampaikan terkait perdamaian dalam perspektif Islam, beliau memulai dengan uswatun hasanah atau suri tauladan Rasulullah SAW dalam konteks sejarah pada saat itu masyarakat arab jahiliyah dalam arti masyarakat yang masih melakukan kekerasaan, perampasan, penindasan, dan permusuhan terhadap satu dengan yang lainya. Dalam situasi seperti itu Rasulullah pun menjadi objek kekerasan dan dimusuhi hingga diperangi namun beliau memberikan contoh perdamaian dengan menjaga keamanan dan ketentraman diikuti para sahabat beliau sesuai dengan ajaran Islam.
Ada beberapa hal yang Rasulullah saw berikan contoh antara lain kesabaran menahan amarah dalam perlawanan dan memaafkan, kemudian berikhtiar untuk tidak menimbulkan konflik masyarakat, menghindari kejahatan lidah seperti mencela. Semua itu dilakukan dengan penyerahan diri sepenuhnya terhadap Tuhan.
Selanjutnya pembicara kedua Suster Andrea Desi OP, beliau memulai dengan refleksi pengalaman di keluarga katolik beliau yang juga terdapat angota keluarga dari Hindu dan Islam yang berdampingan. Menurut beliau agama adalah panggilan jiwa dan kebebasan pribadi serta tidak ada paksaan. Beliau menjelaskan prinsip dalam katolik adanya kasih sayang dan pengampunan kepada umat manusia, kemudian dalam katolik ada suatu hukum yaitu kasihanilah Tuhan dengan penghidmatan dan pengorbanan kepada sesama manusia, kasihanilah manusia seperti kepada dirimu sendiri, dan mencintai Tuhan dengan mengasihi manusia. Misi katolik saat ini adalah melakukan dialog dan perdamaian. Kesalahpahaman muncul dari tidak saling mengenal maka berdialog merupakan suatu cara mengurangi kesalahpahaman yang terjadi. Dan dalam katolik adanya pendalaman ajaran katolik yang benar akan memunculkan perdamaian mulai dari diri sendiri.
Dari kedua pembicara tersebut dapat digarisbawahi bahwa untuk tercipatnya perdamian maka perlu pemahaman terhadap ajaran agama yang baik yaitu ia dapat berdamai dengan Tuhan dan sesama manusianya.
Kemudian dilanjut sesi tanya jawab pertama dari mas Oden mahasiswa UIN yang menyampaikan terlebih dahulu tentang damai yaitu spirit agama adalah pembebasan atau perdamaian namun di satu sisi kita berhadapan dalam realitas terdapat banyak kejahatan, bagaimana sikap kita berdamai dengan kejahatan. Mln. Murtiyono menjawab dengan mengutip sabda Rasulullah saw “Tolonglah saudara yang terzolimi dan peganglah kedua tangan orang yang menzolimi”, maksud tangan disana ialah kekuasaan atau kewenagan dari pihak terkait terhadap kejahatan yaitu dapat dengan memaafkan dan dapat juga disertai pemberian tindakan tegas dengan hukuman yang disepakati bersama.
Lalu Suster Andrea menjawab megampuni adalah jalan terbaik namun ada pula bagian hukum untuk kejahatan demi kebaikan bersama, pada prinsipnya semua perdamaian untuk kebaikan bukan keburukan.
Lalu ada respon dari seraong Milah Abraham, Mas Aji, yang menyampaikan bahwa damai memiliki persepsi masing -masing, maka sangat penting untuk menyatukan persepsi apalagi bagi kelompok kecil minoritas seperti Milah Abraham. Ia menambahkan, kami meyakini Tuhan mengutus Rasul bukan hanya untuk menjadikan sebatas agama tetapi ada benang merah sejarah dari awal hingga akhir dengan mempelajari kitab – kitab suci Tuhan juga untuk tercapaianya sebuah perdamaian.
Kemudian Mln. Murtiyono merespon Tuhan mengutus Rasul-rasul-Nya bukan hanya untuk mendirikan agama semata tetapi juga untuk kemanusiaan, meninggikan harkat martabat manusia seperti halnya Nabi Muhammad SAW yang beliau lakukan. Kemudian suster menambahkan, Yesus diutus ke bumi untuk mengajarkan suatu ajaran untuk saling mengasihi sesama umat manusia.
Lalu ada juga respon dari Orang Muda Katolik mbak Agnes yang mengatakan tidak mudah untuk menciptakan damai, akan selalu ada tantangan dan ujian. Ia juga merasa, dalam menyampaikan narasi damai di lingkungan yang homogen ataupun heterogen, ada saja yang tidak merespon, tetapi ia berusaha untuk sabar. Mln. Murtiyono merespon, terdapat beberapa tantangan perdamaian, diantaranya masih adanya diskriminatif, ketidakadilan, kebohongan, dan kesombongan, maka untuk dapat melewai itu manusia harus menghilangkan nafsu ego karena pada dasarnya manusia dipenuhi oleh hawa nafsunya. Dari tahap tersebut manusia berusaha menyesal dan melawan hawa nafsunya untuk mencapai tingkat lebih tinggi, dan ketika hati dan jiwanya dekat dengan Tuhan maka akan muncul ketentraman dari dirinya sendiri.
Suster Andrea menambahkan, jika ada di antara kita khusunya warga katolik yang masih enggan untuk hidup berdampingan erat dengan warga di luar katolik, ingatlah bahwa ia memang bukan sahabat dalam iman tetapi sahabat dalam kemanusiaan. Maka cintai semua manusia.
Kegiatan ini diapresiasi oleh peserta yang hadir dan mereka berharap kegiatan ini dapat terus berlanjut sebagai wadah untuk saling mengenal sehingga munculnya kesalahpahaman dapat perlahan luntur dan lebih dapat hidup berdampingan di era saat ini, dimana seharusnya sudah tidak lagi membedakan ras, suku, agama maupun aliran apapun.
Kontributor : Cima Ahmad