Jakarta— Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta mengadakan seminar nasional untuk mengatasi Islamofobia. Seminar ini bertajuk “Islamophobia Within Muslim and Islamophobia Without Islam: Kebencian atas Muslim dan Islam, antara Asumsi, Fakta, dan Prasangka” dan dihadiri oleh para ahli untuk membahas fenomena ini.
Dalam seminar tersebut, Dekan Fakultas Ushuluddin UIN Jakarta, Ismatu Ropi, menegaskan bahwa Islamofobia adalah pandangan yang rasis terhadap Muslim dan Islam yang memicu kebencian.
Dia mengatakan bahwa pentingnya seminar ini adalah untuk memahami akar masalah Islamofobia dan mencari solusinya bersama.
“Islamofobia menjadi cara pandang yang rasis kepada orang-orang yang berbeda,” katanya dalam sambutan.
Kedok Islamofobia
Dilansir dari dunia.tempo.co, Guru Besar Sosiologi Agama UIN Syarif Hidayatullah, Amin Nurdin, menjelaskan bahwa Islamofobia adalah fenomena global yang berkembang setelah tragedi World Trade Center pada 11 September 2001.
Menurutnya, Islamofobia dipicu oleh ketidaktahuan dan prasangka terhadap Islam dan Muslim, dengan beberapa pandangan yang salah seperti menganggap Islam sebagai agama yang kaku dan mendukung terorisme.
Amin juga menyoroti bahwa Islamofobia tidak hanya terjadi di Barat, tetapi juga masuk ke Indonesia, terutama setelah tragedi Bom Bali pada 2002.
Dia menekankan perlunya penyebaran pemahaman yang benar mengenai keberagaman Islam, khususnya di Barat.
“Menginterpretasi ulang teologi Islam di Eropa. Pemikiran Islam yang universal itu bagaimana supaya bisa diterima di Barat,” katanya.
Rakeeman, seorang mubalig dari Jemaat Ahmadiyah Indonesia, menekankan pentingnya dialog dan interaksi antarumat beragama sebagai kunci untuk mengatasi Islamofobia.
Dia mencatat bahwa di Eropa, Ahmadiyah menggunakan berbagai kesempatan untuk membangun pemahaman dan persahabatan dengan masyarakat, yang diyakininya dapat membantu melawan Islamofobia.
Dalam kesimpulannya, Rakeeman mengatakan bahwa kebencian seringkali bersumber dari ketidaktahuan atau kebingungan, yang kemudian menimbulkan ketakutan, dan ketakutan berujung pada kebencian, yang pada akhirnya dapat menghasilkan tindakan kekerasan.
“Akar dari kebencian itu biasanya di sini dikatakan, jadi ketidaktahuan dan itu biasanya menghantarkan pada ketakutan, dan ketakutan menghantarkan pada kebencian, serta kebencian itu akan berujung pada kekerasan,” tutupnya.