Tanggal 27 Mei adalah hari yang bersejarah bagi Jemaat Ahmadiyah. Yaitu hari dimana kepemimpinan Imam Mahdi Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad, a.s diteruskan oleh Khalifatul Masih.
Konsep khilafah versi Ahmadiyah tentu berbeda dengan yang dianut Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) maupun Islamic State of Iraq and Syria (ISIS).
Konsep khilafah yang dianut Ahmadiyah adalah sebagaimana yang ada dalam Al-Qur’an di surat An-Nur ayat 55.
Ayat itu menyatakan bahwa Allah menjanjikan akan memberikan imam atau khalifah bagi orang-orang yang beriman dan beramal saleh.
“Tujuannya [Allah memberikan khalifah] dalam ayat itu [ada] dua: memberikan keteguhan dalam beragama Islam dan memberikan keamanan dalam menghadapi berbagai ancaman yang menimbulkan ketakutan,”.
Cendekiawan Muslim Ulil Abshar Abdalla menyatakan kontribusi terbesar Ahmadiyah dalam gerakan Islam modern adalah merawat ide khilafah yang non-politis tersebut.
“Khilafah ruhiyyah atau khilafah spiritual ini tidak pernah mati, selain di Ahmadiyah, ide khilafah [spiritual] ini masih bertahan di kalangan orang-orang sunni,” kata Ulil yang kini menjadi Ketua Lakpesdam PBNU.
Ulil menyebut gerakan khilafah politik saat ini sudah mati. Namun, menurut dia, ide khilafah non-politik belum mati.
“Gerakan khilafah politik menurut saya sudah mati meskipun coba dihidupkan oleh HTI dan ISIS. Tetapi, khilafah sebagai ide yang non-politik tidak pernah mati,” ujarnya.
Sementara itu, Intelektual Muda Nahdlatul Ulama (NU) yang kini menjadi Duta Besar Indonesia untuk Negara Tunisia Zuhairi Misrawi mengatakan, Khalifah bagi Ahmadiyah adalah rujukan otoritatif dalam kaitan kegiatan spiritual keagamaan dan kelembagaan mereka.
Konsep Khilafat Ahmadiyah benar-benar baru, benar-benar otentik. Di dalamnya tidak ada sama sekali nuansa politik kekuasaan,” katanya.
Ia melanjutkan, Khilafah Ahmadiyah adalah Khilafah Cinta, karena yang dibangunnya adalah ajaran cinta.
“Motto love for all, hatred for none (mengasihi semua, tidak membenci siapapun) menjadi semangat gerakan dakwah Ahmadiyah. Pengalaman dakwah Rasulullah SAW yang sekalipun penuh dengan persekusi namun tetap sabar dalam menebar kebaikan, telah menjiwai langkah mereka,” pungkas pria yang akrab disapa Gus Mis.
Assalamu’alaikum waRahmatullahi waBarokaatuh saya mau nanya sedikit saja kenapa tidak shoLaLLohu’Alayhi waSallam padahal itu untuk mendo’akan Nabi kita namun sepertinya kita ini berat mendo’akan Nabi kita. Sebenarnya SAW tidak berarti dan tidaklah bermakna , hanyalah mendapatkan tiga huruf saja S, A dan W. Beda dengan SMS memang itu bukan do’a , atapi kalau mau ringan saja diucapkan nya cuma Short Massage Send, sama dengan Shalallaahu Alayhi waSallam, hanya butuh kemauan saja untuk nulis/ucap Shalallaahu ‘Alayhi waSallam, daripada sau/Saw. Dan Nabi pun tidak pernah nyingkat-nyingkat kali..???? mohon maafkan saya jika tidak berkenan, hanya sebagai masukan saja. Tolong ma’afkan saya.