dua kelompok masyarakat yang rutin mendonorkan matanya ke Bank Mata Indonesia. Mereka adalah golongan Ahmadiyah dan penganut Budha.
Bisnis.comJAKARTA – Hingga kini, mendonorkan mata masih menjadi gerakan sosial yang kurang populis dan cukup kontroversial. Namun, hal tersebut tak mengurangi kebulatan tekad beberapa kalangan masyarakat untuk melakukan kegiatan sosial ini.
“Donor mata di Indonesia masih sangat minim. Meski begitu, ada dua kelompok masyarakat yang rutin mendonorkan matanya ke Bank Mata Indonesia. Mereka adalah golongan Ahmadiyah dan penganut Budha,” ujar Ketua Bank Mata Indonesia Tjahjono D. Gondhowiardjo, pada acara Pre Meeting Cornea Workshop di Jakarta Eye Center (JEC) Kedoya, Kamis (8/1/2015).
Lebih lanjut Tjahjono memberi gambaran bahwa hingga kini terdapat lebih dari 50 pasien yang termasuk daftar tunggu donor mata di Bank Mata DKI Jakarta. Sayangnya, jumlah stok donor mata di Bank Mata Indonesia belum mampu memenuhi kebutuhan tersebut sehingga kebanyakan pasien terpaksa mengandalkan donor mata dari luar negeri.
Padahal, biaya yang harus dikeluarkan pasien untuk membeli donor mata luar negeri cukup mahal, mencapai Rp17 juta untuk donor mata Grade A berkualitas terbaik. Angka tersebut jauh lebih besar dibandingkan biaya donor mata lokal dari Bank Mata Indonesia, yang berkisar Rp5 juta.
Menurut Tjahjono, sebetulnya tak sulit untuk menjadi donor mata. Masyarakat cukup menghubungi cabang Bank Mata Indonesia yang sesuai lokasi kediaman untuk mendaftar menjadi calon donor mata.
Yang tak kalah pentingnya, masyarakat calon donor mata disarankan untuk memberitahu keluarga terdekat mengenai niatnya untuk mendonorkan mata. Dengan begitu, dalam kurun waktu 6-12 jam setelah calon donor meninggal dunia, pihak keluarga donor dapat memberitahu Bank Mata Indonesia untuk mengirimkan dokter yang akan mengambil donor mata mereka. (Bisnis.com)