وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَيُوشِكَنَّ أَنْ يَنْزِلَ فِيكُمْ ابْنُ مَرْيَمَ حَكَمًا عَدْلًا فَيَكْسِرَ الصَّلِيبَ وَيَقْتُلَ الْخِنْزِيرَ وَيَضَعَ الْحَرْبَ وَيَفِيضَ الْمَالُ حَتَّى لَا يَقْبَلَهُ أَحَدٌ حَتَّى تَكُونَ السَّجْدَةُ الْوَاحِدَةُ خَيْرًا مِنْ الدُّنْيَا وَمَا فِيهَا
‘Demi Allah yang diri saya berada di tangan-Nya, sungguh Isa bin Maryam benar-benar akan turun di antara kalian sebagai hakim penguasa yang adil, lalu akan merusak salib, membunuh babi, menghilangkan peperangan dan melimpahkan harta, sehingga tidak ada seorangpun yang mau menerimanya dan satu kali sujud itu lebih baik daripada dunia seisinya’ (HR. Bukhari)
Hadits di atas terdengar populer dan memang populer. Hadits ini menjelaskan tentang tugas Nabi Isa yang akan datang untuk kedua kalinya. Kebanyakan kaum muslimin menganggap bahwa Nabi Isa yang dimaksud dalam hadits ini belum datang, dan akan datang nanti pada hari kiamat. Lalu akan memenuhi tugas-tugas yang telah dijelaskan dari hadits di atas.
Kira-kira seratus tahun silam, di sebuah desa kecil lagi terpencil, di India sana, seseorang menyatakan dirinya telah mendapatkan wahyu dari langit, yang menyatakan bahwa dirinya telah diberi amanat oleh Allah Ta’ala untuk mengemban suatu tugas yang amat berat—tugas yang 1400 tahun silam telah dinubuatkan oleh Rasul Karim saw—yaitu sebagai Nabi Isa yang dijanjikan kedatangannya (al-Masih al-Mau’ud). Ia adalah Mirza Ghulam Ahmad.
Saya tidak akan membuka tulisan ini dengan banyak mukadimah. Saya mau menarik perhatian perhatian pembaca pada satu tugas yang disebutkan dalam hadits di atas وَيَضَعَ الْحَرْبَ (menghilangkan peperangan). Saya akan fokus membahas tugas al-Masih al-Mau’ud yang satu ini. Kalau memang beliau adalah seorang al-Masih yang dijanjikan oleh Rasulullah saw, sudah seharusnya tugas yang satu ini dipenuhi.
Yang namanya “perang”, bukanlah peristiwa yang terjadi pada masa lalu, di era kita pun masih berlangsung banyak peperangan. Tugas al-Masih al-Mau’ud ini sangat lah berat, karena harus menghilangkan peperangan di saat orang-orang butuh perang untuk mencapai tujuan mereka. Berarti al-Masih yang dijanjikan akan melawan arus kecenderungan umum yang berkembang.
Di era beliau, Hz. Mirza Ghulam Ahmad difitnah telah menghapus jihad. Jihad adalah ajaran Alquran dan Hadits, akan tetapi orang-orang menuduh beliau telah melenyapkan jihad dalam tubuh Islam. Ini hanya kesalahpahaman orang-orang yang tidak senang dengan beliau. Beliau tidak pernah sekalipun menghapuskan apa yang Alquran sudah ajarkan dan diamalkan dalam sunnah Rasul Karim saw. Beliau hanya memberi sudut pandang baru tentang konsep jihad yang ideal untuk masa sekarang. Beliau menjelaskan:
“Filosofi dari Jihad dan makna hakikinya sesungguhnya merupakan masalah akbar yang pelik yang hanya bisa dimengerti oleh sedikit sekali orang-orang tertentu sehingga umat manusia masa kini dan mereka di zaman pertengahan telah melakukan kesalahan besar hanya karena ketidak-mampuan memahami hal ini. Akibatnya adalah munculnya anggapan-anggapan negatif dari orang-orang non-Muslim terhadap agama Islam, padahal Islam sebenarnya adalah agama suci yang merupakan cerminan daripada hukum alam dan manifestasi keagungan Allah s.w.t.”
Secara literal, jihad berarti perjuangan yang secara metaforis diterapkan sebagai “berperang untuk kepentingan agama”. Ada alasan mengapa Islam harus berperang. Dan sejarah awal Islam menjadi saksi bahwa perang adalah solusi untuk mempertahankan eksistensi Islam di muka bumi. Pedang harus diangkat karena di luar sana, mereka yang tidak suka dengan kehadiran Islam, berupaya melenyapkan Islam dengan pedang-pedang mereka. Sejarah awal Islam mencatat, banyak dari para pengikut awal Rasulullah saw yang disiksa hingga mati karena mempertahankan iman mereka.
Dari sini, kita menemukan bahwa alasan yang mendasari digunakannya pedang dalam Islam, karena mereka yang membenci Islam menggunakan pedang lebih dulu untuk melenyapkan Islam dari muka bumi. Islam memerintahkan mengangkat pedang hanya untuk melawan orang-orang yang terlebih dahulu mengangkat pedang.
Beliau menjelaskan: “Pahamilah dengan seyakin-yakinnya, kebutuhan yang ada pada saat ini bukanlah pedang, melainkan pena. Keraguan-keraguan yang dilontarkan para penentang kita terhadap Islam, dan keinginan mereka untuk melakukan serangan terhadap agama Allah Ta’ala yang benar ini, dengan menggunakan berbagai dasar sains dan pengetahuan. Dia telah menarik perhatianku untuk menggunakan senjata pena lalu turun di arena pertempuran sains dan kemajuan ilmu pengetahuan, dan memperlihatkan kharisma keberanian rohaniah serta kekuatan rohaniah Islam.”
Perlu diingat dalam sejarah bahwa Islam tidak pernah mempunyai keinginan untuk mengangkat pedang tanpa makna dan tujuan. Di saat musuh-musuh Islam sudah tidak lagi menggunakan pedang untuk melenyapkan Islam, tapi dengan pena, yang merupakan metafor untuk sains dan ilmu pengetahuan, maka untuk apalagi Islam harus mengangkat pedang? Betapa aniayanya kita saat para pengecam menyerang Islam dengan argumentasi, bukannya jawaban yang diberikan melainkan pedang yang diperlihatkan.
Beliau menjelaskan: “Masih Mau’ud telah datang ke dunia untuk menghapuskan pemikiran mengangkat pedang dengan mengatasnamakan agama. Dan untuk membuktikan melalui dalil-dalil serta argumentasi bahwa Islam adalah suatu agama yang tidak membutuhkan bantuan pedang dalam penyebarannya. Melainkan, keindahan-keindahan substansial ajarannya, hakikat-hakikat serta makrifatnya, dalil-dalil serta argumentasinya, dukungan-dukungan serta tanda-tanda hidup dari Allah Ta’ala, daya tarik substansial yang dimilikinya adalah hal-hal yang senantiasa menyebabkan kemajuan dan penyebarannya.”
Manusia itu suka dengan keindahan, dan tiada keindahan dalam perang. Yang ada hanya air mata, kehilangan orang-orang yang dicintai juga ketakutan melihat dunia. Maka, berperang adalah opsi terakhir yang bisa dilakukan. Tapi, di balik semua itu, mereka yang menerima Islam pada masa awal melihat Islam itu indah, karena teladan dari Rasulullah saw. Islam itu indah, karena argumentasi Ketuhanannya dapat diterima nalar. Islam itu indah, karena Tuhan itu Maha Hidup yang selalu mendengar rintihan hamba-hamba-Nya. Islam itu indah, karena arti dari Islam itu sendiri, damai.
Masih Mau’ud dalam wujud Hz. Mirza Ghulam Ahmad, menyebarkan pesan “Islam Damai” ini keseluruh pelosok dunia. Mengajak umat Islam juga seluruh manusia, untuk menyebarkan ajaran agamanya dengan jalan damai, melalui adu argumentasi. Khalifah IV, penerus misi al-Masih yang dijanjikan pernah mengatakan, “Pedang dapat memenangkan teritorial tapi tidak untuk hati. Perang dapat menundukan kepala tapi tidak untuk pikiran.”
Satu slogan yang selalu Jama’ah Islam Ahmadiyah suarakan ke seluruh penjuru dunia, sebagai suatu pesan perdamaian, sebagai satu solusi untuk menghentikan krisis yang terjadi di belahan dunia mana pun, sebagai pesan kepada seluruh umat manusia bahwa kita butuh cinta bukan benci, “LOVE FOR ALL, HATRED FOR NONE”.
Meski sang al-Masih al-Mau’ud sudah wafat ratusan tahun silam, pekerjaan untuk memenuhi nubuatan Rasulullah saw yakni menghilangkan peperangan, masih terus berjalan. Ini adalah nubuatan yang menjadi gambaran dari kehendak Allah Ta’ala. Inilah yang membuat Jama’ah yang didirikan oleh Hz. Mirza Ghulam Ahmad optimis untuk menghilangkan peperangan yang terjadi di dunia ini. Lalu membawa dunia dalam satu kondisi yang aman, damai.
by: @righteous4din
persembahan di hari Masih Mau’ud.