Parung – Bogor, (7/12/2019). Gedung Lajnah Imaillah, Baitul Afiyat, kembali kedatangan tamu. Kali ini dari Komisi Nasional Anti Kekerasan Terhadap Perempuan (Komnas Perempuan) yang merupakan putri sulung reformasi karena sebagai Lembaga pertama yang dibentuk negara untuk menyikapi persoalan kekerasan terhadap perempuan setelah reformasi tahun 1998.
Kedatangan Komnas Perempuan terkait dengan masa tugasnya yang telah berakhir dan untuk menutup periodenya ini mereka akan membuat pelaporan akhir, baik kepada presiden maupun kepada publik.
Mereka ingin menyajikan bentuk pelaporan yang berbeda, bukan hanya sekedar tulisan tapi juga video dari mitra kerjanya yang salah satuya adalah Lajnah Imaillah Indonesia. Video tersebut nantinya akan memvisualisasikan kerja kerja komnas Perempuan selama lima tahun terakhir.
Udara yang cukup bersahabat di Baitul Afiyat saat itu seolah menyambut tamu yang tiba sekitar pukul 12.15 ke gedung Lajnah yang ruang rapatnya telah ditata cantik dengan nuansa coklat keemasan.
Kyiai Nahe’I, Magdalena Sitorus, dan Yanti Ratna serta dua orang tim pembuat film dari Komnas Perempuan datang ke Baitul Afiyat selain untuk bersilaturahmi juga dalam rangka pengambilan gambar dan wawancara testimoni (kesaksian) kerjasama Lajnah Imaillah dengan Komnas Perempuan yang akan dipublikasikan dan disampaikan ke Presiden Jokowi dan publik pada tanggal 19 Desember mendatang.
Setelah mendapat ‘welcome drink’, tamu Komnas Perempuan dengan didampingi Sadr LII dan beberapa PPLI serta Ketua Komite Hukum JAI, berkunjung ke Perpustakaan Nusrat Jahan yang lokasinya tidak jauh dari gedung utama Baitul Afiyat.
Kagum dengan keindahan dan kerapihan perpustakaan, serta buku buku yang tersedia, membuat Komisioner Komnas Perempuan Magdalena Sitorus dan juga seorang penulis buku itu secara spontan menyatakan akan menyumbangkan buku-buku untuk Perrpustakaan Nusrat Jahan.
Suasana Nusrat Jahan saat itu ramai dipenuhi oleh tamu Komnas Perempuan, PPLI, MTA dan tim pembuat film yang sedang meliput acara tersebut. Tampak kyai Nahe’I sambil memegang buku Haqiqatul Wahy karya Hz. Masih Mauud as tengah berdiskusi ringan dengan Sadr LI, naib Sadr dan anggota PPLI. Sementara itu Magdalena yang ditemani oleh Fitria Ketua Komite Hukum JAI lebih tertarik untuk melihat buku buku dan akhirnya meminta izin untuk membawa pulang buku diantaranya Dasar dasar Pendidikan bagi Jemaat, Pidato Ludhiana, Krisis Dunia dan Jalan Menuju Perdamaian serta Ayat ayat& Surat Pilihan dan Terjemahan perkata.
Penayangan film dokumenter Sejarah dan tugas Khalifah Islam Sejati dari zaman Rasulullah saw hingga Akhir Zaman membuat suasana di gedung perpustakaan yang nyaman itu menjadi hening seketika. Suasana terpecahkan saat Bapak Amir Nasional tiba di perpustakaan didampingi oleh Bapak Kandali Lubis dan Bapak Dudung Abdul Latif dari PB yang disambut hangat oleh semua yang hadir saat itu.
Makan siang menjadi agenda berikutnya yang tidak kalah hangatnya. Sup panas daging iga dipadu dengan goreng udang dan ikan bakar dengan dessert pudding dan air kelapa muda membuat tamu enggan beranjak dari kursinya di Guesthouse Afiyat jika tidak melihat jam yang terus bergerak maju.
Acara pembukaan yang dipandu oleh Sadr LII pada pukul dua siang itu diawali dengan pembacaan ayat suci Al Quran oleh Nasir Ahmad siswa Jamia semester 7 dan dilanjutkan dengan doa oleh bapak Amir Nasional. Sebanyak 34 orang yang hadir saat itu terhanyut mendengar lantunan nazm urdu tentang Baginda Rasulullah saw yang mengangkat derajat kaum wanita dibawakan oleh Andi siswa Jamia.
Tim pembuat film dari Komnas Perempuan dan MTA tampak tengah sibuk meliput jalannya acara, yang telah mereka lakukan dari semenjak kunjungan ke perpustakaan.
Sambutan pertama Amir Nasional Jemaat Ahmadiyah Indonesia yang menyatakan rasa terima kasihnya atas kehadiran tamu dari Komnas Perempuan dan mengucapkan apresiasi atas dukungan dan bantuan yang sangat dibutuhkan saat kita menerima sikap tidak baik dari pihak pihak yang intoleran. “Dukungan Komnas Perempuan sangat berarti dan kami sangat mengapresiasi. Diharapkan ke depannya kerjasama ini terus berlanjut”, ucap beliau.
Lebih lanjut beliau memberikan pesan kepada Pemerintah Pusat dalam hal ini Komnas Perempuan untuk meminimalisir dan mengurangi tindakan intoleran dan dapat mengajarkan kepada masyarakat sebangsa dan setanah air agar mensosialisasikan untuk membentuk negara yang bertoleransi sehingga kita dapat membangun bangsa yang besar.
Harapan untuk pengurus lima tahun ke depan tetap menjalin persahabatan dan kerjasama untuk kesatuan bangsa. “Saya ucapkan terimakasih untuk kedatangannya,” ucap bapak Amir mngakhiri sambutannya.
Sambutan kedua dari Kyai Nahe’I mewakili Ny. Azriana ketua Komnas Perempuan periode lalu yang saat ini tidak dapat hadir karena ada kesibukan lain. Kyai yang telah dua kali datang ke gedung Baitul Afiyat dan kini menjabat sebagai Komisioner Komnas Perempuan untuk periode 2020-2024 ini mengungkapkan kebahagiaannya dapat bertatap muka dengan mengunjungi sahabat seperjuangan dari Ahmadiyah.
Komnas Perempuan juga berterimakasih dipercaya oleh masyarakat khususnya Ahmadiyah untuk mengawal sahabat- sahabat Ahmadiyah memperjuangkan hak haknya di bumi pertiwi ini. “Bagi ibu ibu Lajnah, kerentanannya berlapis, disamping sebagai perempuan juga karena dianggap sebagai kaum yang minoritas”, ungkap beliau.
Dalam hal ini Komnas Perempuan melakukan dua hal yaitu penyadaran kepada pemerintah, apapun agama, ras, suku, adalah sama sebagai warga Negara Indonesia. Mendorong cara pandang negara di dalam memihak warga negaranya, memberikan advokasi kepada kepala kepala Negara, kepala pemerintahan bahwa mereka harus bekerja di atas konstitusi bukan di atas suara suara yang lebih nyaring di luar konstitusi.
Yang kedua agar yang bekerja di ruang ruang publik lebih menghargai perbedaan, menghormati keberagaman, cinta kasih sayang dsb. Dua hal ini sudah diperankan oleh Komnas Perempuan.
Ada banyak ketidaktahuan yang terjadi diluar sana tentang apa yang ada disini, tentu saja membutuhkan khusus pemahaman dengan kelompok di luar sana untuk memberikan informasi yang benar yang ada disini. “Tadi saya jamaah doa bersama dan adik-adik yang membacakan puisi di sini ternyata sholawatnya sama saja tidak ada bedanya” ucap Kyai yang dsambut dengan senyuman hangat peserta yang hadir.
Kyai yang berpenampilan bersahaja ini juga bercerita bahwa beliau menghadiri acara Maulid yang jamaahnya banyak, kyai-kyainya bercerita dengan bangga bahwa di Eropa umat Islam sekarang semakin berkembang pesat. Mereka bangga dengan penyebaran Islam di Eropa, tapi mereka tidak tahu bahwa yang menyebarkannya adalah Ahmadiyah. Jika mereka tahu mungkin mereka akan mencoba memahami bahwa mereka diterima dengan demkian dahsyat sebagai pionir dalam Islam, tapi disini di tanah ini kita semua masih belum mendapatkan hak hak secara wajar sebagai warga negara. Semoga Komnas Perempuan dan Lajnah Imaillah bisa memperjuangkan bersama sama.
Diakhir sambutannya, kyai yang sangat akrab dengan Mln Zafrullah Pontoh ini melihat ke layar infokus dimana tertera tulisan Lajnah Imaillah dan beliau menyatakan bahwa membaca kata Lajnah Imaillah teringat sebuah hadist dari sabda Nabi “Jangan kau cegah hamba-hamba Allah yang perempuan untuk memasuki masjid masjid Allah”. Mudah mudahan dengan mengambil implikasi dari sabda nabi itu Lajnah Imaillah lebih mampu memperjuangkan hak- hak sebagai warga negara dan bangsa Indonesia. Beliau juga Mohon doa untuk Komnas Perempuan untuk lebih baik lagi dalam mendampingi dan berjuang untuk kemanusiaan.
Selanjutnya Sadr LII menerangkan mengenai apa itu Lajnah Imaillah, visi misi dan tujuan Lajnah Imaillah. Sikap Lajnah terhadap negara, bagaimana karakter yang dimiliki oleh seorang Lajnah Imaillah hingga prinsip yang kita pegang sebagai anggota lajnah. Tak lupa beliau pun menerangkan mengenai logo Lajnah Imaillah Internasional. Setelah profil Lajnah Imaillah dikupas tuntas, diputar selayang pandang mengenai foto- foto dan kegiatan kebersamaan 5 tahun Lajnah Imaillah dengan komnas perempuan.
Sepatah kata disampaikan oleh Magdalena yang mengucapkan terimakasih atas sambutan dari Lajnah Imaillah yang sangaat berkesan baginya, karena ini merupakan kunjungan kali pertamanya. Bagi beliau yang seorang penulis, ruang dan kenyamanan yang ada di gedung Baitul Afiyat ini membuatnya terinspirasi untuk menjadikan tempat ini sebagai tempat untuk menulis.
Mba Yanti Ratna saat diminta untuk memberikan sambutannya mengungkapkan kebahagiaannya bisa berkunjung pusat Ahmadiyah setelah sebelumnya juga bisa datang ke Wisma Rahmat Jakarta, beberapa waktu yang lalu.
Acara sesi pertama itu ditutup dengan doa oleh bapak Amir Nasional. Pemberian suvenir berupa beberapa judul buku diantaranya Surga dibawah Telapakmu Ibu, Perempuan dalam Islam, Jemaat Ahmadiyah Indonesia yang dikemas dalam goody bag bertuliskan Love for All Hatred for None. Foto bersama dan menikmati aneka makanan ringan menutup rangkaian acara di siang menjelang sore.
Kemudian sesi pengambilan wawancara Komnas Perempuan kepada Lajnah Imaillah yang berlangsung di ruang Perpustakaan Nusrat Jahan. Sadr LI tampak tengah bersiap di depan kamera yang telah dipersiapkan oleh tim pembuat film dari Komnas Perempuan.
Pertanyaan seputar kontribusi Komnas Perempuan selama ini, dampak kerjasama bagi Lajnah Imaillah, harapan kita terhadap Komnas Perempuan serta masukan bagi kepemimpinan ke depan.
Beliau menyampaikan bagaimana seorang Ahmadi harus bersikap saat menghadapi intimidasi, menyebarkan cita kasih dan harapan harapan untuk Komnas Perempuan berikutnya. Beliau menjelaskan bahwa pendampingan yang selama ini dilakukan oleh Komnas Perempuan sudah sangat baik. Kasus yang masih menjadi peer hingga sekarang belum selesai tetapi akan terus diperjuangkan untuk mendapatkan kenyamanan sebagai warga negara adalah kasus Transito, Lombok Timur, dan Depok. Ini tidak dilepaskan oleh Komnas Perempuan.
Harapannya agar Komnas Perempuan tetap mendampingi Ahmdiyah walau kasus ini tengah ditangani oleh kantor sekretariat Presiden. Kami berharap pemerintah dapat memecahkan kasus tersebut dengan pengawalan secara intensif oleh komnas perempuan. Menghadapi lingkungan yang tidak bersahabat. Ibu Sadr memberikan penguatan kepada mereka bahwa keberadaan kita harus memberikan makna kepada lingkungan sekitar, kepada masyarakat sekitar.
Pengambilan gambarpun dilanjutkan dengan wawancara kepada Ketua Komite Hukum JAI. Wawancara ini lebih fokus kepada penanganan hukum atas suatu kasus yang menimpa Komunitas Muslim Ahmadiyah.
Dalam wawancaranya Fitria menceritakan mengenai makna perjuangan di Mahkamah Konstitusi dalam Judicial Review Undang-Undang No. 1/PNPS/1965 tentang Pencegahan, Penyalahgunaan dan/atau Penodaan Agama . Kesan yang sangat mendalam adalah saat Azriana Ketua komnas Perempuan menjelaskan bahwa alasan masuk sebagai pihak terkait adalah agar dapat menjadi sahabat Ahmadiyah yang hadir dalam setiap persidangan. Luar biasa sebuah lembaga HAM yang begitu dekatnya dengan komunitas Ahmadiyah. Bentuk apresiasi ini diabadikan dalam sebuah buku berupa kumpulan makalah ahli termasuk ahli-ahli yang dihadirkan dari Komnas perempuan yang dicetak dalam sebuah buku. Terimakasih juga disampaikan kepada Ketua Komnas Perempuan yang telah berkenan untuk memberikan kata sambutan dalam buku tersebut. Kenangan indah dari kepemimpinan beliau yang dirasakan dengan Komnas Perempuan dan menjadi motivasi untuk terus selalu berjuang sesuai dengan judul buku Perjuangan Belum Berakhir.
Dalam Wawancaranya juga Fitria menjelaskan bahwa hambatan yang dihadapi saat ini adalah adanya regulasi-regulasi yang tidak selaras dengan jaminan hak asasi manusia dalam konstitusi. Salah satunya adalah Undang-Undang Penodaan Agama yang menjadi payung hukum terbitnya SKB tiga Menteri yang oleh kelompok intoleran dijadikan alat legitimasi untuk melarang kegiatan ibadah komunitas muslim Ahmadiyah.
Dalam wawancara yang berdurasi sekitar 12 menit itu, ucapan terimakasih disampaikan juga secara pribadi atas kesempatan yang diberikan Komnas Perempuan kepadanya untuk mengikuti program Australia Awards Indonesia beberapa waktu lalu. Harapannya agar kerjasama yang telah terjalin baik dengan Komnas Perempuan ini akan terus berlanjut.
Dalam kesempatan tersebut, MTA pun tidak mau melewati kesempatan untuk mewawancarai Ny. Magdalena dan Mbak Yanti mengenai kesan mereka terhadap perpustakaan yang didirikan oleh Lajnah Imaillah ini. Ny. Magda pun sempat mengunjungi kebun Hidroponik dan terlihat sangat betah serta ingin berlama lama menikmati suasana gedung ini.
Walaupun waktu hampir beranjak maghrib, hal ini tidak menyurutkan tamu dari Komnas Perempuan untuk berkunjung ke Kampus Mubarak. Dengan didampingi beberapa PPLI dan Ketua Komite Hukum, mereka berkeliling melihat dari dekat suasana Kampus Mubarak, mulai dari gerbang depan yang masih tertutup rapat, klinik yang belum selesai dibangun, asrama Jamia, Langgar Khana, mesjid hingga guest house.
Kebahagiaan dan kegembiraan terpancar di raut wajah mereka. Pertemuan diakhiri dengan perpisahan untuk suatu saat bisa bertemu kembali. Semoga kunjungan ini semakin memperaat kerjasama yang telah terjalin selama ini, Aamiin.
Kontributor : Ny. Isye