“Sebuah refleksi dari kedatangan Bapak Amir dan Bapak Raisut Tabligh ke Jemaat Jakarta Utara”
Sabtu pagi, 8 Februari 2020 kemarin. Langit tak kunjung cerah. Hujan tak kunjung reda. Jakarta kembali dirundung banjir untuk yang kesekian kali.
Beberapa anggota Jemaat Ahmadiyah Jakarta Utara terkena dampak banjir. Air masuk rumah. Menggenangi rumah mereka. Hanya bisa pasrah dan berdoa agar hujan segera reda dan banjir segera surut.
Di saat yang sama. Malam nanti akan dilaksanakan “Kelas Tabligh” yang akan dihadiri oleh Bapak Raisut Tabligh, Mln. Mirajuddin Shd. Sekretaris Tabligh menyampaikan kepada penulis, apa kegiatan tetap dilakukan melihat keadaan banyak anggota yang terdampak banjir?
Saya menjawab, lanjutkan kegiatan, InsyaAllah banjir akan reda dan hujan akan berhenti.
Sebab, prinsip dari “tawakkal” adalah “faidza azamta fatawakkal ‘alaLlah”, yakni ketika kita telah bertekad untuk melaksanakan suatu kegiatan, laksanakan saja dulu, setelah itu serahkan semuanya pada Allah Ta’ala.
Sebab, kita tidak pernah tahu, karunia besar apa yang akan Allah Ta’ala zahirkan di balik hujan yang tiada henti melanda, di balik banjir yang menenggelamkan segalanya.
Sekretaris Tabligh Jakarta Utara, Bapak Muhammar Mukhtiar akhirnya melesat ke Parung untuk menjemput Bapak Raisut Tabligh. Dan satu karunia datang, rupanya, beliau tidak sendirian, ada Mln. Ghulam Wahyudin yang menyertai.
Ibu-ibu LI Jakarta Utara, sedari habis Ashar mulai sibuk menyiapkan jamuan khas Jakarta Utara, yaitu sop ikan dan ikan bakar. Jamuan yang setiap tamu dari Pusat yang datang akan terngiang terus kelezatan sop ikannya.
Menjelang Maghrib, Bapak Raisut Tabligh dan Mln. Ghulam Wahyudin sudah tiba. Para anggota juga mulai berdatangan. Seolah tidak terjadi banjir, mereka yang terdampak banjir tetap semangat datang menghadiri Kelas Tabligh malam itu.
Ba’da Shalat Maghrib jama’ Isya, tamu dan para anggota Jakarta Utara langsung dimanjakan oleh kelezatan sop ikan kakap dengan tongkol bakar yang dibalut dengan bumbu kuning yang membuat leleh kelenjar ludah yang tengah menggenang di mulut.
Bapak Raisut Tabligh dan Mubda Jabar 2 terlihat khusyu dan dan penuh semangat menikmati jamuan yang serba panas itu. Butiran-butiran keringat mulai membumbung. Menetes pelan akibat guncangan kuat di antara dua rahang yang telah mengalami percepatan kunyahan.
Kelas Tabligh akhirnya dimulai. Para peserta seperti tak sabar ingin mendengar motivasi dan pengalaman Tabligh yang menggetarkan keimanan. Mereka butuh semacam nutrisi untuk bisa turut meramaikan kegiatan pertablighan.
Dan benar saja. Penceramah pertama, Mln. Ghulam Wahyudin, dengan gayanya yang jenaka dan mengundang tawa, menarik perhatian semua peserta.
Mubda Jabar 2 ini menyampaikan bahwa Jemaat Jakarta Utara akan maju, sebab ada dua darah syahid disini, yakni Alm. Warsono dan Alm. Roni yang syahid di Cikeusik 2011 silam.
Mubaligh yang berdarah Cisalada ini juga menyampaikan bahwa Allah Ta’ala memberikan permisalan dengan seekor nyamuk. Nah, bertabligh pun seperti halnya nyamuk. Berisik dan tidak akan berhenti sebelum bisa menghisap darah seseorang. Begitu juga dengan tabligh, pasti kita akan dianggap berisik. Tapi sampaikan saja.
Setengah berlalu dengan meninggalkan sebongkah semangat di dalam diri peserta. Tak ada sedikitpun kantuk menyerang, meski lemak-lemak sop ikan dan karbohidrat dari nasi telah memenuhi perut mereka.
Tibalah giliran Bapak Raisut Tabligh untuk menyampaikan materinya. Mubaligh yang lama bertugas di Jawa Tengah dan Yogyakarta ini menceritakan banyak sekali cerita-cerita luar biasa dari pertablighannya.
Beliau menyampaikan bahwa inti dari pertablighan adalah do’a. Dalil hanya sebatas jalan menuju pintu hati orang yang ditablighi. Yang belum tentu dapat mengetuk pintu hatinya. Seribu satu dalil tak akan artinya jika dalil yang dipakai tidak tepat. Untuk itulah kita perlu berdoa agar Allah Ta’ala memberikan dalil yang tetap kepada orang tersebut.
Sharing pengalaman yang cukup panjang tak membuat surut semangat anggota untuk terus menyimak. Pandangan mereka tetap fokus, meski di depannya segelas cae panas dan aneka kue tersaji. Mendengarkan cerita demi cerita Bapak Raisut Tabligh membawa para anggota menikmati indahnya dunia pertablighan.
Ada semacam tekad yang menyeruak di balik wajah setiap anggota. Seolah-olah di kedalaman hati mereka hendak meneriakkan satu tekad, “Saya harus bertabligh.”
Acara dilanjut tanya jawab yang cukup panjang. Jika tak dibatasi maka acara bisa habis hingga jam 11 malam. Padahal, panitia menyediakan waktu hingga jam 10 saja. Tapi sudah lewat setengah jam para peserta masih menikmati jawaban-jawaban bernas dari kedua narasumber.
Kegiatan Kelas Tabligh ini akan dilanjut dengan kegiatan Yaumut Tabligh esok hari. Serangkaian persiapan ala kadarnya disiapkan. Sebab, kegiatan Yaumut Tabligh akan dimeriahkan dengan kegiatan “Periksa Kesehatan Gratis”.
Pagi yang amat cerah. Dengan berseragamkan kaos olah raga. Sekitar 20 orang anggota dari kaum bapak maupun kaum ibu bertolak menuju Taman Waduk Pluit. Buku-buku dan brosur disiapkan. Meja dan kursi serba lipat menjadi penunjang pokok kegiatan Tabligh Desk dengan cara “Book Sale” ini. Tak ketinggalan, dr. Komarunisa yang membawa alat-alat kesehatan seperti alat ukur tensi, timbangan digital, juga alat ukur tinggi badan.
Tiba-tiba satu karunia besar datang untuk Jemaat Jakarta Utara. Bak petir yang menyambar di pagi hari yang cerah, sebuah kabar suka datang. Bapak Amir Nasional berencana mengadakan kunjungan ke Jakarta Utara.
Tim baru saja menggelar sarana-prasarana tabligh. Pengunjung juga sudah mulai berdatangan. Semua orang seperti tengah berada di perbatasan antara gembira dan kaget yang luar biasa. Sebab, banyak pengurus dan anggota yang tengah mengikuti Yaumut Tabligh di Taman Waduk Pluit yang berjarak 10 Km dari Masjid Nuruddin.
Strategi penyambutan Bapak Amir pun dilakukan. Jamuan yang semalam dibuat pada akhirnya harus “diremedial” pagi harinya. Jemaat Jakarta Utara seperti ketiban durian runtuh. Sebab, Bapak Amir tiba-tiba menyampaikan ingin berkunjung.
Dan karunia-karunia yang lain pun mulai berdatangan. Seperti hujan yang turun amat derasnya.
Tiba-tiba. Stand Tabligh Desk kita dipenuhi orang yang berkunjung untuk cek kesahatan. Dengan sigap dr. Runi dan Bidan Tita berkolaborasi melayani orang-orang yang ingin mengetahui kesehatan mereka minggu ini. Lebih dari 30 orang berkunjung ke stand kami.
Aneka brosur tabligh pun tak ketinggalan ditawarkan. Penjelasan singkat seputar Imam Mahdi mulai bergema di tiap telinga mereka yang datang.
Anak-anak athfal juga terlihat sibuk membagikan brosur ke orang-orang yang tengah berolah raga. Dengan sebuah becak mungil yang disewa, mereka keliling area olah raga untuk membagikan brosur.
Jam Sembilan tepat, Bapak Raisut Tabligh dan Mln. Ghulam Wahyudin berkunjung ke lokasi Tabligh Desk untuk melihat seperti apa kegiatan Yaumut Tabligh Jakarta Utara. Beliau kaget karena orang-orang datang silih berganti.
Secara khas Bapak Raisut Tabligh mendo’akan tempat Tabligh Desk ini, agar dari tempat ini pintu-pintu pertablighan terbuka lebar.
Setelah kembali ke Masjid Nuruddin, serangkaian persiapan yang serba dadakan harus disiapkan. Mulai dari jamuan khas sampai presentasi progress kerja pembangunan masjid dan posisi keuangan.
Semua pihak, baik itu pengurus cabang dan badan-badan bersinergi untuk menyambut bapak Amir Nasional. Dan beliau ternyata datang lebih awal. Jam 11 siang sudah berada di Masjid Nuruddin Jakarta Utara.
Dengan semangat beliau langsung mengecek program pembangunan Masjid sampai ke lantai 3. Melihat-lihat rumah missi yang belum lama jadi, juga kantor cabang dan guest house yang tinggal finishing. Sambil memberi beberapa hal yang harus diperbaiki.
Sebelum presentasi progres pembangunan oleh Bapak Ketua Cabang Jakarta Utara, Paris Muhiddin. Bapak Amir Nasional, ditemani oleh Bapak Raisut Tabligh dan Mln. Ghulam Wahyudin terlibat dalam obrolan hangat dengan para anggota yang hadir.
Presentasi progress pembangunan masjid disampaikan ba’da shalat Zuhur yang diimami langsung oleh Bapak Amir Nasional. Setelah presentasi disampaikan, Ketua Cabang mempersilahkan Bapak Amir untuk menyampaikan nasehat beliau.
Bapak Amir menyampaikan bahwa untuk menyambut mereka yang masuk ke dalam Jemaat ini, maka perlu disiapkan dua sarana. Pertama, sarana rohani, yakni meningkatkan pengetahuan dan ibadah setiap anggota. Kedua, sarana fisik, yaitu masjid yang bagus dengan kelengkapan-kelengkapan di dalamnya.
Bapak Amir melanjutkan, Jemaat Jakarta Utara kini hampir memenuhi kebutuhan sarana fisik untuk menyambut mereka yang masuk ke dalam Jemaat ini. Bapak Amir menekankan agar sarana seperti Tabligh Center harus disiapkan dengan baik agar orang bisa lebih mudah mengenal Jemaat ini.
Pembangunan Masjid Nurudin yang dimulai pada April 2018 ini telah hampir memakan waktu 2 tahun. Dana yang telah dikeluarkan sudah sampai pada angka 1,1 miliar. Dan bangunan sudah sekitar 80 persen.
Bapak Amir Nasional mendo’akan agar pembangunan masjid Nuruddin bisa segera selesai. InsyaAllah Jemaat Jakarta Utara bisa menyelesaikannya, ungkap Bapak Amir sambil tersenyum tipis.
Kunjungan beliau ditutup dengan jamuan siang khas Jakarta Utara, yakni sop ikan kakap dengan tongkol bakar. Secangkir cae menambah keseruan saat beliau mengeluarkan cerita-cerita jenakanya. Dan masih seputar kucing yang dulu adalah seekor singa, sebelum ia kawin.
Dan lagi-lagi. Kita tidak pernah tahu tentang karunia-karunia apa saja yang sedang Dia siapakan untuk kita, saat kita telah bertekad untuk memajukan pertablighan Jemaat-Nya, meski itu hanya berupa Kelas Tabligh dan Yaumut Tabligh.
Dan tak satupun dari kami menyangka, Bapak Amir Nasional bisa hadir setelah kedatangan Bapak Raisut Tabligh. Semoga ini bisa menjadi momentum untuk meningkatkan kegiatan pertablighan di Jakarta Utara.
Kontributor : Mln. Muhammad Nurdin