Semarang- Jamaah Muslim Ahmadiyah bekerjasama dengan PELITA (Persaudaraan Lintas Iman) menyelenggarakan Seminar Teologi tentang Misi, Kehidupan, dan Kematian Yesus dari berbagai tafsir, diselenggarakan di GKMI, Semarang, Selasa (20/03)
Narasumber dari Jamaah Muslim Ahmadiyah, Mln. Rakeeman R.A.M Jumaan, M.Th. menjelaskan bahwa Yesus sudat mati.
“Yesus selamat dari kematian di tiang salib, keselamatan Yesus dari tiang salib membantah tuduhan Yahudi bahwa Yesus itu pendusta”, kata Mln. Rakeeman.
Dosen Perbandingan Agama di Jamiah Ahmadiyah Indonesia itu menambahkan, tradisi kaum Yahudi adalah setiap pemberontak dan penista agama Yahudi harus disalibkan.
“Keselamatan Yesus dari tiang salib ini membantah tuduhan bahwa Yesus itu pendusta dan harus disalib”, jelas Mln. Rakeeman.
Sementara itu, Dosen UIN Walisongo, Semarang, K.H. Ubaidillah Ahmad menyampaikan keheranannya terhadap Jamaah Muslim Ahmadiyah.
“Saya heran sama sekali, harusnya yang menjadi musuh orang Ahmadiyah bukanlah Islam melainkan Kristen, sebab Ahmadiyah mengatakan Yesus sudah mati, kemudian orang-orang Ahmadiyah membeli gereja Kristen di Eropa dan dijadikan Masjid. Apa itu gak berbahaya? Lah ini malah ngadain seminar di Gereja”, ungkap K.H Ubaidillah disambut riuhan tawa dari sekitar 70 orang tamu undangan.
K.H Ubaidillah melanjutkan, kami berkeyakinan bahwa Nabi Isa itu tidak disalib, melainkan diangkat Allah Ta’ala ke langit.
“Hal ini diperkuat dengan perjumpaan Nabi Muhammad (SAW) dan Nabi Isa (as) di langit ketiga pada saat Mi’raj, dan pada akhir zaman Nabi Isa (as) akan turun kembali ke bumi, dan bertugas membunuh dajal”, jelasnya.
Pecinta Gus Dur tersebut mengatakan bahwa Islam non-Ahmadiyah dengan Ahmadiyah itu persamaannya 95% dan perbedaannya 5%.
“Diantara yang membedakannya ini adalah tentang posisi Nabi Isa (as). Saya percaya bahwa bukan hanya Yesus yang memiliki sifat Ilahiyah semua nabi, tapi umat manusia yang lainnya pun memiliki sifat tersebut. Hanya saja sifat Ilahiyah para nabi jauh lebih tinggi dibanding manusia biasa”, kata K.H Ubaidillah.
Pembicara selanjutnya, dari Gereja Kristen Unitarian Indonesia, Pdt. Aryanto Nugroho menyampaikan tentang Yesus menurut tafsir Unitarian bahwa Yesus itu bukan Tuhan.
“Yesus itu bukan Tuhan serta bukan juga anak Tuhan (secara lahiriah), sebagaimana dipercaya oleh kaum Kristen pada umumnya. Konsep Son of God (Anak Tuhan) dalam Bible tidak hanya ditujukan untuk Yesus. Bible menjelaskan anak Tuhan itu ditujukan juga kepada Bani Israil, orang-orang benar/shiddiq, dan kepada yang lainnya”, katanya.
Pdt. Aryanto menambahkan, bahwa harus dibedakan antara konsep Lord dan God. Lord itu berarti tuan, sementara God itu Tuhan.
“Sangat mungkin terjadi salah terjemah, ketika Lord Yesus, ditulis Tuhan Yesus, padahal harusnya tuan Yesus. Dalam bahasa Yunani, Lord itu Kurios atau tuan. Sedangkan God itu Theos atau Tuhan”, jelasnya.
Pdt. Aryanto memaparkan, Yesus disalib pada 14 Nisan (penanggalan Yahudi), itu bukan hari Jumat sebagaimana ditulis Bible, melainkan hari Rabu.
“Setelah penyaliban, Yesus dikuburkan dan tiga hari kemudian yaitu hari Jumat, naik ke langit. Semasa remaja Yesus dihabiskan dalam sekolah Rabbi Yahudi sehingga tidak ada catatan kehidupan Yesus dalam Al-Kitab dalam masa-masa itu”, paparnya
Pdt. Aryanto mengungkapkan, bahwa Yesus itu mati di tiang salib, akibat pendarahan dan dehidrasi.
“Cambuk yang dipukulkan ke tubuh Yesus sepanjang perjalanan ke Golgota bukan hanya melukai tubuhnya tapi juga menarik keluar dagingnya, sehingga banyak darah yang keluar. Akibatnya darah yang dipompa jantung keseluruh tubuh pun berkurang. Sehingga yang mengisi ruang jantung dan paru-paru adalaj cairan lain, inilah mengapa yang keluar dari tubuh Yesus saat fitikam dengan tombak adalah darah dan air.”, ungkapnya.
Dosen STT Abdiel Ungaran, Pdt. Rudijanto menguraikan sosok Yesus sebagai tokoh revolusioner untuk mendobrak penindasan terhadap kaum miskin Yahudi.
“Yesus mendobrak hegemoni ekonomi-eksploitatif (Mammon), sosial keagamaan (Taurat), sosial politik (Kaisar), serts Kenisah (konspirasi elite Istana, Rabbi Yahudi, dan para bangsawan kaum pedagang)”, urainya.
Pdt. Rudijanto menyampaikan kedatangan Yesus tidak disukai karena mengganggu kepentingannya, sehingga Yesus harus mati dan disalibkan.
“Yesus memiliki sifat keilahian dan dinaikan ke langit”, imbuhnya.
Sementara itu pembicara terakhir Dari Pengurus Besar Jamaah Muslim Ahmadiyah (PB JAI), Ekky O. Sabandi, membahas tentang perjalanan Yesus pasca penyaliban berdasarkan penelitian ilmiah Holger Kersten (Orang asal Jerman) yang ditulis dalam buku ‘Jejak Yesus di India’ yang terbit pertama kali tahun 1973.
“Yesus melakukan perjalanan ke Hindustan dua kali. Pertama pada usia remaja dengan mengikuti kafilah dagang melalui jalur suter. Yesus mendalami Budhisme selama di Hindustan. Sehingga banyak kesamaan ajaran Budha dan Kristen.”, kata Ekky.
Sementara itu pada usia 14 tahun kembali ke Palestina dan mampu berdebat dengan Rabbi Yahudi di Bait Allah.
“Setelah penyaliban kemudian kembali lagi ke Timur, ke Hindustan dan wafat serta dikuburkan di Kashmir, India”, jelas Ekky yang juga memparkan bukti-bukti archeology, tulisan prasasti kuno, tulisam sastra kuno, serta bukti kesamaan fisik serta budaya orang kashmir dengan kaum Yahudi.
kontributor: Yusuf Awaab
Editor: Usama Ahmad Rizal