Sintang – Era digital seperti sekarang ini, terdapat dampak perubahan signifikan pada kehidupan banyak orang.
Di antaranya adalah mengurangi kualitas interaksi tatap muka atau silaturahmi, membuat hubungan menjadi lebih dangkal dan tidak memuaskan, serta cenderung hidup individual.
Namun, hal itu tidak terjadi di internal pemuda Ahmadiyah yang dikenal dengan panggilan ‘khuddam’.
Mereka mempunyai keinginan kuat untuk tetap jalin komunikasi tatap muka dan jaga kebersamaan satu sama lain. Para khudam berkumpul dalam acara malam ‘khudam connect’. Sabtu, 5 September 2024.
Acara menarik itu bertempat di saung tabligh, halaman depan masjid Miftahul Huda desa Balaiharapan, kecamatan Tempunak.
Maulana Habib Ma’ruf, Qaid wilayah Khuddamul Ahmadiyah Kalbar 2 menyampaikan kata sambutannya.
“Terimakasih atas kesediaan bapak-bapak mubaligh dan rekan-rekan khudam hadir pada acara malam ini. Alhamdulillah, meskipun ditengah cuaca yang dingin setelah hujan, kita masih semangat datang pada kegiatan penuh berkah ini,” kata Habib.
“Kita di sini bisa menjalin silaturahmi sesama khudam. Kita pererat kekompakan dalam hal kebaikan. Kita pun nanti bisa saling sharing tentang berbagai macam permasalahan. Misalnya problem pertablighan, juga hal-hal lainnya,” imbuhnya.
Tujuan utama khudam connect diadakan pun disadari mereka, bukan sekadar hanya berkumpul dan menikmati kebersamaan saja.
Tetapi, kegiatan itu adalah untuk pengembangan spiritual, moral, dan keagamaan para pemuda Ahmadiyah.
Mereka diajak menjauh sejenak dari dunia material dan memfokuskan waktu, energinya untuk kegiatan-kegiatan yang akan meningkatkan kesalehan dan standar kebenaran mereka.
Lebih menarik lagi, kesempatan itu diisi tausiyah oleh Mln. Muhammad Murbayudin Qoyyum, mubaligh muda Jemaat Ahmadiyah.
“Intinya kita harus menjaga shalat shalat kita, jangan sampai tergelincir. Hal ini bisa dilakukan, jika menjaganya atas dasar kecintaan, bukan hanya sebagai kewajiban,” terang Mln. Murbayudin Qoyyum.
“Terkait hal ini, pendiri Ahmadiyah, Hadhrat Masih Mau’ud as bersabda bahwa shalat diibaratkan santapan atau hidangan, dan sebagaimana seorang musafir, kita sedemikian rupa menjaga santapan tersebut dengan baik. Begitu juga dengan perihal shalat. Itu adalah santapan ruhani manusia. Tanpa hal itu, keimanan kita tidak dapat hidup. Maka jagalah santapan itu dengan sebaik-baiknya dgn penuh kecintaan,”pungkasnya.
Acara dilanjutkan dengan sesi diskusi santai sambil menyeruput kopi hangat. Kemudian diakhiri dengan doa bersama oleh Mln. Nur Khoer, mubaligh Balaiharapan.
Diketahui, acara berlanjut menginap di masjid dan dilanjutkan dengan shalat tahajud bersama. *