Salah seorang teman sekolah Amir Nasional Jemaat Ahmadiyah Indonesia ketika di Jamiah Rabwah, Irshaad Malik Sahib, Muballigh Amerika menceritakan salah satu momen dirinya ketika bersama almarhum.
Dalam keterangan tertulisnya, Irshaad mengatakan bahwa almarhum adalah sosok yang cerdas, rendah hati dan pemain badminton yang unggul.
“Beliau adalah kawan saya ketika di Jamiah Rabwah dan beliau satu kamar dengan saya dan saya kenal beliau dari dekat. Beliau cerdas dan periang, rendah hati. Dan beliau pemain badminton yang sangat luar biasa, selalu menang kalau melawan kami.” ungkap Irshaad
Dia menyampaikan salah satu momen yang berkesan yaitu ketika almarhum akan datang dari Indonesia ke Rabwah. Saat itu almarhum mendapatkan tawaran dari sebuah perusahaan untuk menjadi pemain badminton, namun ayahanda Amir Nasional itu khawatir.
“‘jangan sampai Abdul Basit, katanya – tertarik dengan tawaran badminton dari perusahaan ini’
Mendengar hal tersebut, Amir Nasional meyakinkan ayahnya bahwa beliau akan mendahukan agama di atas segala-galanya.
” ‘Wahai ayah, saya tidak akan pernah meninggalkan agama demi untuk keuntungan duniawi’. Lalu akhirnya beliau meninggalkan tawaran besar keduniawian tersebut. Beliau mendahulukan agama di atas dunia dan beliau memenuhi janji tersebut.” tuturnya
Irshaad menambahkan, Amir Nasional merupakan sosok yang sangat mencintai Khilafat dan ketika masa pendidikan pun, almarhum sangat dekat dengan Huzur yang ketiga.
“Kami sering menggoda beliau bahwa, ‘Anda sangat dekat dengan Khalifah. Dengan begitu, beliau juga pada setiap masa Kekhalifahan memperlihatkan teladan keikhlasan dan kesetiaan.” ujarnya
Ketika mendengar berita kewafatan Maulana Abdul Basit. Irshad mendoakan semoga Allah Ta’aala memberikan maghfirah kepada almarhum dan meninggikan derajat beliau dan semoga para Muballigh, semoga Allah Ta’aala menganugerahkan Muballigh dan karyawan yang seperti itu.
“Saya pun katakan, bahwa beliau adalah orang yang taat penuh dan betul-betul tanpa pamrih. Semoga Allah Ta’aala senantiasa memenuhi kekurangan dan semoga para Muballighin Indonesia senantiasa memperhatian teladan Bapak Amir ini khususnya dan begitupun para Muballigh di seluruh dunia lainnya” pungkasnya
Diberitakan, Amir Nasional JAI menghembuskan nafas terakhir di Rumah Sakit Sentosa, Bogor pada Sabtu (8/10) pukul 15.10 WIB. Sebelumnya ia telah dirawat selama 40 hari.