Kegiatan di Stall Jemaat tidak pernah sepi. Para Anshar dan Khuddam lulusan Jamiah selalu melakukan improvisasi mengajak pengunjung untuk mampir walau sejenak. Misal, pengunjung yang lewat diajak untuk minum jus dan snack. Atau dikumpulkan dalam 5 sampai 7 orang. Lalu diberikan penjelasan dalam bentuk quiz tentang Islam, Al Quran dan Ahmadiyah. Setelah itu pengunjung diminta untuk mengambil nomor undian door prize hadiah seperti Speaker kecil, ball point, coklat.
Kegiatan ini dilakukan dua kali di siang hari dan dua kali pada siang/sore hari. Kamipun tidak berimprovisasi. Pengunjung yang berwajah “Melayu”, kami ajak untuk berbincang dengan topik yang sama. Lalu kami berikan gantungan kunci disamping buku “Krisis Dunia”.
Menjelang waktu makan siang, kami menyempatkan diri berkunjung ke Stall dapur Indonesia di lantai 2. Menu kali ini adalah Soto Lamongan, menu olahan Chef Shanti ini jadi selingan lezat di tengah makanan yang disantap setiap hari di langgar khana, yaitu capati-curry.
Pada hari terakhir, pola kegiatan di pameran hampir sama. Kami berkunjung membuka relasi dengan saudara setanah air yang bergerak di bidang penerbitan. Sempat juga jumpa dengan Pa Triawan Munaf. Kami perkenalkan dari Ahmadiyah Indonesia yang berpartisipasi juga dalam Book Fair. Ketika kami undang untuk melihat Stall, Ketua Dewan Ekonomi Kreatif tersebut harus segera ke bandara karena harus kembali ke Jakarta dalam 2 jam ke depan.
Menjelang sore hari, kami mengemas buku-buku yang dipamerkan lalu kembali ke Baitul Futuh menggunakan Underground dari Statsiun Kennington Olympia ke Balham, disambung ke Stockwell lalu menuju Morden. Jarak Morden ke Baitul Futuh sekitar 700 meter, atau 20 menit berjalan kaki.
Kontributor : MA