Semarang, (22/2/2020). Sesuai dengan namanya Institut Agama Islam Negeri Kudus merupakan salah satu perguruan tinggi Islam terkemuka di Jawa Tengah. Kudus sendiri adalah satu kabupaten yang terletak di Jawa Tengah bagian utara.
Kabupaten Kudus terkenal dengan ikonnya Menara Kudus juga wisata religinya, yaitu dua tempat ziarah yang sangat populer. Makam Sunan Kudus dan Makam sunan Muria, dua orang wali penyebar Islam di Pulau jawa.
Hari Selasa, 22 Februari 2020, 15 orang mahasiswa/i dari IAIN Kudus datang berkunjung ke markas Jemaat Ahmadiyah Semarang. Selain didampingi oleh dosen pendamping, DR.Muhammad Rosyid, MA., rombongan juga didampingi oleh beberapa pengurus jemaat dari Muria dan Pati. Sebagai Amir rombongan adalah Maulana Yusuf Awwab, sebagai Muballigh Daerah Jawa Tengah 5.
Rombongan yang tiba pada pukul 10.25 itu disambut oleh tuan rumah dan dipersilahkan untuk menikmati ‘wellcome drink’, teh hangat dan kopi hitam. Sambil menikmati minuman dan melepas lelah dalam perjalanan, rombongan disuguhi dengan tayangan video-video tentang tabligh Ahmadiyah dibeberapa negara.
Yang paling menarik bagi rombongan tamu itu adalah video Jemaat Ahmadiyah di Gambia. Sungguh perjuangan berat yang dilakukan oleh para Muballigh Ahmadiyah dalam mendakwahkan Islam disana.
Selesai shalat dzuhur berjamaah yang di imami oleh Muballigh Daerah Jateng 3, acara dilanjutkan dengan santap siang bersama. Makan siang disiapkan oleh ibu-ibu LI Semarang, yang begitu bersemangat dalam mengkhidmati tamu-tamu Hadhrat Masih Mauud,as. ini.
Tepat pukul 13.00 acara diskusi pun dimulai, acara ini dipandu oleh DR.Didit Hadi Barianto, ketua Jemaat Yogyakarta, yang sengaja datang ke Semarang. Acara diawali dengan pembacaan ayat suci Alqur’an yang dilantunkan oleh seorang Mahasiswa IAIN Kudus. Selanjutnya adalah pengantar dari Dosen pendamping yang menyampaikan tentang maksud dan tujuan kedatangan rombongan.
Acara selanjutnya adalah pemaparan materi Selayang Pandang Ahmadiyah, yang disampaikan oleh Mubda Jateng 3, Mln.Saefullah Ahmad Farouk. Muballigh asli Sukabumi ini selama 30 menit memaparkan materinya, mulai dari definisi Ahmadiyah, alasan penamaan Ahmadiyah, akidah Ahmadiyah, juga klarifikasi atas beberapa tuduhan kepada Jemaat Ahmadiyah.
Dalam sesi tanya jawab tidak kurang dari sembilan pertanyaan yang disampaikan oleh enam orang penanya yang terbagi dalam tiga termin tersebut. Pertanyaan tersebut mulai dari muamalah Ahmadiyah, Sanad keilmuan Ahmadiyah, sampai kepada alasan orang Ahmadiyah tetap bertahan dalam Jemaat Ahmadiyah sekalipun terus ditentang. Semua pertanyaan dijawab dengan lugas dan bernas oleh narasumber yang sudah 18 tahun berkhidmat sebagai Muballigh tersebut.
Tepat pukul 15.30 acara diskusi pun diakhiri dan tidak lupa foto bersama. Dengan wajah-wajah sumringah penuh kepuasaan para tamu pun berpamitan. Begitu juga rona gembira nampak dari wajah-wajah tuan rumah, yang senang karena telah mengkhidmati para tamu. Setelah shalat asar berjamaah, akhirnya rombongan pun pulang untuk kembali ke tempatnya masing-masing.