JAKARTA –Search For Common Ground (SFCG) sebuah organiasi yang concern terhadap perdamaian mengundang AMSA Bekasi hadir dalam pelatihan dan lokakarya yang disebut dengan Leadership Initiatives for Peacebuilding (LEADING) pada Kamis (1/10) sampai dengan Minggu (4/10) bertempat di Hotel Sofyan, Bekasi.
Pada kegiatan yang mengambil tema Perlindungan dan Pengormatan Tempat – Tempat Suci di Indonesia ini, AMSA Bekasi mengirimkan dua perwakilannya. Dalam tiga hari tersebut, bersama para pemuda lintas agama lainnya seperti di antaranya Pemuda Muhamadiyah, Forpela, Konghucu, dan Syiah, perwakilan AMSA Bekasi berdiskusi mengenai hal yang berkaitan dengan toleransi dan perdamaian.
Dalam salah satu sesi membahas mengenai penyelesaian konfilik. Hasil dari diskusi tersebut, konflik harus diselesaikan secara konstruktif bukan destruktif. Untuk menghilangkan rasa jenuh diskusi diselingi dengan berbagai permainan menarik.
Menyikapi banyaknya permasalahan mengenai pendirian rumah ibadah, para peserta LEADING termasuk perwakilan dari AMSA Bekasi diperkenalkan pada undang undang yang selama ini menjadi celah diskriminasi, yaitu peraturan bersama dua menteri peraturan bersama 2 Menteri No 8 dan No 9 tahun 2006 dan PNPS 1965 tentang penodaan agama. Salah satu pembicara dalam forum ini, Hasrul Hanif Dosen Universitas Gajah Mada (UGM) memberikan materi tentang budaya dan prasangka.
Selain diskusi dan pemberian materi, para peserta pun diajak untuk mengunjungi beberapa rumah ibadah yang ada di Jakarta, seperti Gereja Kathedral, Vihara Dhammacakka Jakarta, Pura Rawamangun, Kuil Sikh, Klenteng TMII, dan Masjid Cut Meutia. Di hari terakhir para peserta diminta untuk membuat review dari apa yang mereka dapatkan dari diskusi beberapa hari sebelumnya.
Bangsa Indoesia ke depan tergantung oleh pemudanya. Dengan memiliki toleransi dan semangat menjaga perdamaian yang tinggi diharapkan Indonesia terhindar dari konflik atas nama agama.
Reporter : Husna Arifa