Yogyakarta – Dalam rangka menyambut peserta GERIS (Global Exchange on Religion in Society), Interfidei/DIAN Instittute mengundang Ahmadi Yogyakarta untuk turut serta memperkenalkan kondisi dan suasana beragama di Indonesia, dan khususnya di Yogyakarta. GERIS merupakan program pertukaran yang didanai oleh Uni Eropa dalam rangka menjalin dialog antar agama di seluruh dunia. Peserta GERIS terdiri dari 25 orang dari 17 negra berbeda. Dialog ini berlangsung pada tanggal 3 Juli 2022 di Kantor Pusat Interfidei/DIAN Institute di Kaliurang Yogyakarta.
Dialog tersebut mengusung tema “Trans-national Reconciliation” Peserta GERIS diperkenalkan dengan kondiisi beragama di Indonesia. Mulai dari kasus sulitnya membangun rumah ibadah di Indonesia, perlakuan diskriminatif dari aparatur negara, dan persoalan kelompok intoleran. Perwakilan dari Ahmadi Yogyakata, Ghifari Misbahuddin (Umur Kharijiah/Humas) menerangkan kondisi perjuangan Muslim Ahmadi di Indonesia. “Khususnya berkenaan dengan kebijakan diskriminatif yang ada di Indonesia, kebijakan-kebijakan tersebut kerap kali menjadi sumber masalah intoleransi di Indonesia”. Menurut Ghifari, “Meskipun ada banyak kebijakan dan peraturan yang mendiskriminasi Muslim Ahmadi, tetapi bukan jadi alasan untuk tidak mngupayakan perdamaian dan bahkan Muslim Ahmadi mendorong supaya ada harmoni dan kesetaraan yang dapat diwujudkan di Indoensia”.
Dalam acara tersebut, diperkenalkan upaya dari Interfidei/DIAN Institute dalam mengkondisikan masyarakat yang toleran. Menurut Elga Sarapaung Interfidei/DIAN Institute “sudah sejak tahun 1991 mengupayakan dialog antar agama dengan membuka kelas Studi Agama-Agama di kantor Interfidei/Dian Institute.” Ujar Elga
Kontributor : Muhammad Ghifari Misbahuddin