Sintang – Peringatan siratun nabi digelar Jemaat Ahmadiyah Balaigana berlangsung khidmat di Masjid Miftahul Huda, Desa Balaiharapan, Kecamatan Tempunak, Sabtu 14 September 2025 malam.
Lebih dari 50 jamaah hadir dengan penuh antusias dalam acara penuh berkah tersebut.
Kegiatan dimulai pukul setengah 7 malam sekaligus menjadi momen penyambutan bagi Mln. Edi Zulkarnaen, mubaligh yang baru mutasi dari Madiun ke Balaigana.
Baca juga: Perwakilan Jemaat Ahmadiyah Jakarta dan Tangerang Raya Penuhi Undangan Adventist Moslem Relations
Acara dibuka dengan tilawah Al-Quran oleh Suwono, dilanjutkan doa pembuka yang dipimpin Mln. Sajid Ahmad Sutikno, Mubaligh Daerah Kalbar 2. Setelah sambutan dari Karsono, Ketua Jemaat Ahmadiyah Balaigana, serta Muhtar Hadi, Amir Daerah Kalbar 2, rangkaian kegiatan berlanjut dengan ceramah utama oleh Mln. Sajid.
Dalam ceramahnya, beliau mengawali dengan QS. At-Taubah:128 yang menggambarkan kasih sayang Rasulullah SAW terhadap umatnya. Nabi Muhammad SAW, jelasnya, adalah teladan sempurna dalam kelembutan hati, kepedulian, serta sikap menjaga perasaan sesama.
Salah satu kisah inspiratif yang disampaikan adalah ketika seorang miskin memberikan semangkuk anggur masam kepada Rasulullah dengan penuh sukacita.
Baca juga: Semangat Baru, Nazirah ITQA Indonesia Gelar Opening Season Angkatan VII 2025
Nabi memakan anggur itu hingga habis sambil tersenyum, meski rasanya masam, demi menjaga kebahagiaan si pemberi.
Para sahabat yang heran pun bertanya mengapa kali ini mereka tidak diajak makan bersama. Rasulullah tersenyum dan menjawab, “Aku khawatir jika kalian ikut serta, mungkin ada yang menunjukkan ekspresi tidak enak karena masamnya anggur itu, hingga merusak kebahagiaan orang tersebut.”
“Kisah ini mengajarkan kita betapa besar kelembutan hati Rasulullah dalam menjaga perasaan orang lain, bahkan dalam hal yang sangat sederhana,” terang Mln. Sajid.
Kehangatan acara malam itu meninggalkan kesan mendalam. Dari kisah semangkuk anggur masam, hadirin belajar bahwa Rasulullah SAW senantiasa antusias menerima pemberian apa pun dengan hati tulus, penuh penghargaan, dan menghormati si pemberi.
Baca juga
Tak sedikit jamaah yang tampak terharu, menyadari betapa indahnya teladan Nabi dalam menjaga perasaan orang lain.
Dari momen siratun nabi mengajarkan agar tidak mudah menyakiti hati, tidak berbicara kasar, dan senantiasa pandai menjaga perasaan sesama.
Acara ditutup dengan doa yang dipimpin Mln. Edi Zulkarnaen, meninggalkan suasana teduh dan penuh harapan agar cahaya akhlak Rasulullah terus hidup dalam keseharian umatnya. *