Inggris- Jalsah Salanah ke-59 Komunitas Muslim Ahmadiyah Inggris resmi dibuka pada Jumat 25 Juli 2025 sore waktu setempat.
Acara tahunan ini, yang menjadi konferensi Muslim terbesar di Inggris, diawali dengan pengibaran Liwa-e-Ahmadiyyat oleh Hadhrat Mirza Masroor Ahmad, Khalifatul Masih V.
Pengibaran disaksikan oleh puluhan ribu jamaah yang hadir langsung dan jutaan lainnya yang terhubung secara virtual melalui MTA International. Setelah doa hening, Khalifah menyampaikan pidato pembukaan.
Akar dari Kegelisahan Dunia
Huzur mengawali pidatonya dengan menyoroti situasi global yang penuh gejolak. “Situasi dunia saat ini mungkin mengkhawatirkan,” ujar Huzur.
“Namun, kekhawatiran itu akan lenyap jika saja dunia mau kembali mengingat: ada Sang Pencipta yang membentuk segalanya.”
Huzur mengamati bahwa meskipun manusia dibekali kemampuan memilah baik dan buruk, banyak yang condong pada keburukan. Huzur merujuk pada fenomena di mana mereka yang mengaku beriman, namun tindakannya justru bertolak belakang dari apa yang diajarkan oleh agama.
“Lihatlah pemimpin politik Muslim,” Huzur menambahkan.
“Karena kelemahan di dunia fisik, mereka justru bergantung pada pihak lain, di atas keagungan Tuhan Yang Mahakuasa.”
Takwa: Pilar Keberhasilan Sejati
.jpg)
Pesan inti Huzur berpusat pada takwa. Sebagai pengikut Hadhrat Masih Mau’ud, Jemaat diamanatkan untuk mentaati ajarannya dan membawa dunia ke jalan yang benar.
“Ini hanya bisa terwujud jika kita mengamalkan ajaran-ajaran Hadhrat Masih Mau’ud,” tegas Huzur.
“Jika tidak, kita hanya akan menjadi Muslim dalam nama.”
Menapaki jalan takwa adalah keharusan mutlak untuk menjadi Ahmadi sejati. Dari sinilah, pesan damai Islam akan menyebar.
Hadhrat Masih Mau’ud mengajarkan bahwa takwa telah Allah berikan melalui Al-Quran sejak awal.
Ini menuntut hidup dengan kesalehan, kesederhanaan, dan kerendahan hati. Kekuatan sejati, menurut Huzur, lahir dari takwa, kekuatan untuk menghadapi agresi dan kemarahan.
Agresi, kata Khalifah, timbul dari keegoisan. Oleh karena itu, Muslim Ahmadiyah harus saling menghormati, tidak meremehkan, apalagi menghina.
“Sifat-sifat buruk ini akan menjauhkan seseorang dari kebenaran, dari Tuhan, dan pada akhirnya membawa kehancuran,” kata Huzur.
Huzur mengutip ayat Al-Quran:
اِنَّ اَکۡرَمَکُمۡ عِنۡدَاللّٰہِ اَتۡقکُمۡ
“Sesungguhnya, yang paling mulia di antara kamu, di sisi Allah, adalah dia yang paling bertakwa di antara kamu.” (Surah Al-Hujurat, Ch.49: V.14)
Huzur mengingatkan, Tuhan Yang Mahakuasa senantiasa mengawasi. Kesadaran ini harus mendorong jemaat hidup dengan takwa. Hal ini juga membawa pengetahuan sejati, ilmu dunia dan akhirat. Tanpa ilmu Ilahi, pengetahuan duniawi bisa sia-sia. Maka, Huzur menghimbau untuk meraih ilmu yang benar.
Huzur menjelaskan bahwa nur (cahaya Ilahi) adalah pengetahuan dari Tuhan yang menerangi jalan.
Tanpanya, manusia akan tersesat dalam kegelapan. Untuk meraih nur ini, usaha pribadi mutlak diperlukan, dengan menerapkan ajaran Tuhan, para nabi-Nya, kitab-kitab-Nya, dan para khalifah.
Harapan Perdamaian Global
Khalifah menunjukan keprihatinan mendalam. Huzur menyatakan, konflik ini akan terus berlanjut dan menyebar kecuali dunia mau membuka mata dan memperbaiki diri, memahami pesan sejati dari Islam.
Mengapa Muslim menderita? Jawabannya, kata Huzur, ada pada kesadaran untuk kembali mengingat Sang Pencipta dan menapaki jalan takwa, bersujud dalam doa.
Islam kini diserang dari berbagai arah. Tanggung jawab Ahmadi adalah membela dan melayani Islam melalui takwa. Huzur menegaskan, mustahil berharap perlindungan Tuhan tanpa takwa dan tanpa mengikuti perintah-Nya. Tanpa peningkatan kesalehan dan takwa, perbaikan mustahil terjadi.
Huzur menjelaskan, iman yang kuat menghasilkan amal yang baik. Seperti keberhasilan para sahabat Nabi saw, kata Huzur, bukan karena kekuatan duniawi, melainkan berkah Ilahi atas amal mereka.
Tugas Muslim Ahmadiyah adalah menyebarkan pesan Islam ke dunia. Namun, ini tidak cukup hanya dengan berbaiat. “Kita harus meningkatkan kesalehan diri sendiri dan keluarga,” tegas Huzur.
Huzur menghimbau untuk menghindari mengejek orang lain dan bersikap hormat terhadap siapapun. Ini adalah beberapa langkah nyata menuju takwa.
Huzur juga menyampaikan peringatan tentang potensi perang dunia, yang kehancurannya akan dahsyat. Karenanya, Khalifah mendesak Muslim Ahmadiyah fokus pada mengingat Tuhan. Huzur mencatat, banyak yang lalai dalam shalat dan zikir (seperti istighfar) karena kesibukan duniawi. Namun, Huzur menekankan, kewajiban spiritual tidak boleh diabaikan.
Hadhrat Masih Mau’ud senantiasa mendorong pengikutnya terus meraih takwa. Bahkan di tengah perlawanan yang tak terhindarkan, mereka harus teguh dalam iman dan memperlakukan orang lain dengan kebaikan serta rasa hormat.
Mengakhiri pidatonya, Huzur mengajak seluruh jemaat untuk berdoa, agar dapat memenuhi harapan Hadhrat Masih Mau’ud, serta mengikuti ajaran dan perintah Tuhan Yang Mahakuasa yang disampaikan melalui Nabi Suci saw. Hari pertama Jalsa pun berakhir dengan doa hening.
Sumber: Alhakam.org