Tuvalu – Muslimah Ahmadiyah mengikuti sesi pelatihan menghadapi Kekerasan Berbasis Gender (GBV) yang inovatif diselenggarakan oleh Fatu Lei (Tuvalu Women For Change), Fiji Women’s Crisis Center, dan Gender Affairs Department pada Jumat, 25 Oktober 2024, di Funafuti, Tuvalu.
Pelatihan menghadapi Kekerasan Berbasis Gender (GBV) yang inovatif ini menyediakan platform yang kuat untuk dialog dan refleksi para perempuan di Fiji dan Tuvalu.
Di antara para pembicara, hadir Intan Hanifatunisa, seorang muslimah Ahmadiyah Tuvalu.
Dalam refleksi mendalamnya mengenai kenyataan GBV yang kerap disembunyikan, ia berbicara di hadapan Perdana Menteri dan sejumlah pejabat tinggi yang hadir dalam acara tersebut.
Pelatihan konseling GBV, yang dimulai pada 15-26 Oktober 2024 tersebut, memberikan pemahaman tentang dampak GBV yang luas dan keterampilan konseling dalam menangani korban GBV.
Acara ini dihadiri oleh para pemimpin perempuan di komunitas Tuvalu, organisasi keagamaan, serta para influencer muda.
Intan menyoroti konsep genderisasi sebagai akar penyebab kekerasan dalam rumah tangga, pemerkosaan, dan pelecehan seksual, dengan menunjukkan bahwa ekspektasi masyarakat dan peran gender sering kali memicu kekerasan tersebut.
“Jika kita melihat data, hanya sebagian kecil wanita di Tuvalu yang melaporkan kejadian atau mencari bantuan. Sebagian besar memilih diam, seolah menganggap ini tak terjadi dalam hidup mereka. Namun, jika kita jujur, korban kekerasan dalam rumah tangga, pelecehan seksual, dan kekerasan lainnya ada di sekitar kita,” ungkapnya.
Pelatihan ini menekankan pentingnya menciptakan lingkungan yang aman dan mendukung bagi para penyintas, serta menumbuhkan empati.
“Melalui pelatihan ini, kami telah belajar keterampilan konseling dasar. Sekarang, kita perlu menjadikan komunitas kita tempat yang aman di mana penyintas merasa didengar dan tidak dihakimi,” kata Intan.
Ia juga menekankan bahwa masyarakat harus berhenti menormalkan tindakan pelaku, dengan menyadari bahwa GBV berdampak tidak hanya pada penyintas, tetapi juga pada keluarga, komunitas, dan bangsa.
Intan menyinggung ekspektasi masyarakat yang besar terhadap wanita, serta menyerukan perubahan yang dimulai dari rumah.
“Kita perlu mengajarkan anak-anak kita, baik laki-laki maupun perempuan, bahwa mereka setara. Sudah waktunya untuk mendidik, mendorong, dan memberdayakan perempuan di Tuvalu agar mereka dapat membela diri, keluarga, dan teman-teman mereka,” ujarnya.
Pelatihan ini, yang membekali peserta dengan pemahaman dan keterampilan konseling, menjadi langkah penting menuju masyarakat yang lebih mendukung, berwawasan, dan bersatu dalam melawan kekerasan berbasis gender. *
Editor: Devi Savitri