Sanggau — Sejumlah perwakilan Jemaat Ahmadiyah mengadakan rabtah atau kunjungan silaturami ke sejumlah unsur Forkopimda Sanggau, Senin 13 Maret 2023.
Rombongan Ahmadiyah itu mengunjungi kantor Kemenag, Kesbangpol Linmas dan Polres. Dipimpin oleh Amir Daerah JAI Kalimantan Barat, Muhtar Hadi, Mubalig Daerah Kalbar 2, Maulana Sajid Ahmad Sutikno, Mubalig Kabupaten Sanggau, Maulana Buda Rahman dan Maulana Sulthonul Qalam, serta sejumlah pengurus lainnya.
Dalam kesempatan tersebut, rombongan menyampaikan terkait keberadaan Ahmadiyah yang secara sah diakui negara. Selain itu juga memberikan klarifikasi tentang berbagai kesalah pahaman terkait Ahmadiyah.
Maulana Sajid menyampaikan ucapan terimakasih dan memberikan penghormatan atas diterimanya silaturahminya tersebut.
“Kami menyampaikan ucapan terimakasih dan penghormatan atas diterimanya silaturahmi kami, terimakasih atas keramahan dan sambutan baiknya”, ungkapnya di kantor Kesbangpol Linmas.
Hal yang sama juga kepasa perwakilan Kemenag dan Wakapolres.
Lebih lanjut Maulana Sajid mengatakan, pihaknya membeberkan dua informasi mengenai Ahmadiyah yang beredar di masyarakat.
“Terdapat dua versi Ahmadiyah yang beredar di masyarakat, yaitu Ahmadiyah versi kata orang dan Ahmadiyah versi Ahmadiyah.”
“Ahmadiyah versi kata orang yang banyak diterima masyarakat, informasinya antara lain Ahmadiyah memiliki dua kalimat syahadat berbeda dengan muslim pada umumnya, tidak meyakini Sayidina Muhammad SAW sebagai nabi yang dipedomani atau tidak bernabikan kepada Sayidina Muhammad SAW. Kitab sucinya Tadzkirah dan bukan Al-Quran, pergi hajinya ke India. Ahmadiyah sesat menyesatkan, bukan Islam, sebagai kelompok radikal, teroris, dan lain- lain. Jika Ahmadiyah seperti itu, kami pun menolaknya,” tegasnya.
Menurut pria asal Jawa Timur itu, Informasi Ahmadiyah versi orang lain telah menyebar luas di masyarakat sehingga menimbulkan kebencian dan image buruk terhadap Ahmadiyah.
Ia menambahkan, padahal Ahmadiyah versi Ahmadiyah sendiri tidaklah demikian.
“Ahmadiyah versi Ahmadiyah sejak awal berdirinya pada tahun 1889 di India tentu bersyahadatkan yang sama dengan muslim pada umumnya, yaitu asyhadu an laa ilaha illallah, wa asyhadu anna muhammadar rasulullah,” tambahnya.
Begitu juga dengan Mubalig Sanggau, Maulana Budi. Ia menjelaskan bahwa kitab suci Ahmadiyah adalah Al-Quran.
“Kitab sucinya Ahmadiyah yang dipedomani sejak dulu tentu Alquranul Karim 30 juz. Kami sampai hari ini sedang menerjemahkan Al-Quran kedalam 100 bahasa di dunia.”
“Di masa lalu para pendiri bangsa kita seperti bung Karno, bung Hatta, HOS Tjokroaminoto, Agus Salim, WR. Supratman, dan lainnya membaca dan menggandrungi the Holy Quran terjemah dan tafsir dari Ahmadiyah dalam bahasa Belanda dan Inggris,” ungkapnya.
Pertemuan tersebut berlangsung dalam suasana akrab, diisi dengan berbagai diskusi dan tanya jawab. Diantara yang dikunjungi tersebut, ada perwakilan instansi yang baru mengetahui informasi Ahmadiyah yang sebenarnya, karena selama ini dirinya hanya mendengar isu negatif dari pihak lain.
Tidak ketinggalan, perwakilan Ahmadiyah pun menceritakan sejarah keberadaan Ahmadiyah di kabupaten Sanggau yang telah berdiri sejak lama.
“Di kabupaten Sanggau, Ahmadiyah sudah lama ada yaitu sejak tahun 1997. Tentunya ingin ikut berkontribusi di bidang sosial kemanusiaan seperti organisasi pada umumnya. Ahmadiyah berharap dilibatkan dalam pertemuan pertemuan yang diadakan pemerintah, misalnya forum-forum yang membahas toleransi dan kerukunan umat beragama,” jelas Maulana Sajid.
Sebelum pulang, Ahmadiyah menyerahkan beberapa buku sebagai cindera mata, seperti buku Legalitas Jemaat Ahmadiyah Indonesia, Sumbangsih Ahmadiyah bagi Negeri, Pengantar untuk Mempelajari Al-Quran, Tuntunan Ibadah Shalat Ahmadiyah, Muhammad dalam Pandangan Mirza Ghulam Ahmad, Krisis Dunia dan jalan menuju perdamaian, serta buku-buku lainnya.
Kontributor: Nur Khoer, Budi Rahman
Editor: Mubarak