Sintang – Dalam rangka mempererat silaturahmi dan koordinasi keamanan, jajaran Intel Polres Sintang mengundang perwakilan Jemaat Ahmadiyah Sintang untuk bertemu di And Coffee Shop, dekat Pasar Masuka, Kamis 22 Mei 2025.
Pertemuan berlangsung hangat dan terbuka, dihadiri oleh Aipda Dedi Agus Riadi, Kanit 3 bagian Sosial dan Budaya di bawah komando Kepala Intel Polres Sintang, bersama Briptu Hamim Prias.
Ini merupakan pertemuan perdana Aipda Dedi dengan pihak Ahmadiyah Sintang, sekaligus ajang perkenalan dan penguatan komunikasi.
Baca juga: Jemaat Ahmadiyah Pontianak Terima Kunjungan Intel Kodim di Masjid Al Kautsar
Selain sebagai bentuk silaturahmi, pertemuan juga membahas klarifikasi kegiatan JAI, terutama menjelang tanggal 27 Mei yang dikenal sebagai Hari Khilafat.
Perwakilan Ahmadiyah menjelaskan bahwa tidak ada kegiatan khusus yang digelar. Kegiatan tetap berupa pengajian rutin mingguan (tarbiyat) yang setiap pekannya mengangkat tema berbeda.
Adapun untuk pekan ini, tema yang dibahas adalah khilafat dalam pemahaman Ahmadiyah, yaitu khilafat bercorak ruhania (spiritual), bukan sistem pemerintahan atau politik.
Baca juga: Terima Kunjungan Pendiri ICRP, Warga Ahmadiyah Manislor Terus Tebarkan Damai dan Toleransi
Ahmadiyah menyampaikan bahwa mereka memiliki program rutin bernama rabtah atau silaturahmi.
Sebagai bentuk atau upaya membangun komunikasi aktif dengan para tokoh agama, aparat, dan masyarakat luas untuk menjalin kebersamaan dan menciptakan suasana yang harmonis.
Pihak Jemaat Ahmadiyah juga menyampaikan bahwa khilafat Ahmadiyah telah berlangsung lebih dari satu abad, saat ini dipimpin oleh khalifah kelima, Hadhrat Mirza Masroor Ahmad, yang ditaati lebih dari 200 juta Muslim Ahmadiyah di seluruh dunia.
Baca juga: Jemaat Ahmadiyah Balaigana Bahas Khilafat Bercorak Ruhania dalam Tarbiyat Rutin
Dalam kesempatan itu, Ahmadiyah menegaskan komitmennya terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia. Mereka berasaskan Pancasila, memegang teguh prinsip Love for All, Hatred for None dan berusaha menyebarkan ajaran Islam yang damai, sejuk, dan penuh kasih.
Ahmadiyah juga menjelaskan posisi mereka dalam Islam: meyakini rukun iman, rukun Islam, dan syahadat yang sama—”Asyhadu an laa ilaaha illallah wa asyhadu anna Muhammadan rasulullah”. Mereka menggunakan Al-Quran sebagai kitab suci, dan kini tengah menerjemahkannya ke dalam 100 bahasa dunia.
Ahmadiyah hadir di Indonesia sejak 1925 dan di Sintang sejak 1988. Meskipun menghadapi tantangan, mereka tetap konsisten melakukan kegiatan sosial dan kemanusiaan, termasuk program Clean the City yang telah mendapat apresiasi dari Pemerintah Kabupaten Sintang.
Aipda Dedi menyampaikan bahwa tugas Polri adalah memberikan rasa aman dan nyaman bagi seluruh warga tanpa diskriminasi, termasuk bagi umat Muslim Ahmadiyah.
Dirinya berharap kerja sama dapat terus terjalin dalam menjaga kebersamaan dan keharmonisan di masyarakat. *
Kontributor: Sajid Ahmad S
Editor: Talhah Lukman A