MANOKWARI – AIK adalah singkatan dari Al-Islam dan Kemuhammadiyahan. Ini adalah mata kuliah wajib di perguruan tinggi yang berada di bawah naungan Persyarikatan Muhammadiyah. Tidak terkecuali dengan Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) Manokwari, Papua Barat.
Adalah Dr. Ali Imron, M.Pd.I., dosen AIK satu-satunya di STKIP Manokwari atau di seluruh Papua Barat yang memiliki keilmuan linier PAI. Maka dosen termuda di STKIP Manokwari itu didaulat untuk mengampu mata kuliah tersebut. Apalagi disertasinya juga membahas hal yang sama.
Saya pertama kali mendengar nama Dr. Ali Imron dari Margriet Andriyani Pondajar, M.Pd., Kepala Sekolah SMP Negeri 2 Manokwari. Menurut beliau, ada yang ingin berkenalan dan silaturahmi. Dikatakan, bahwa dia adalah dosen STKIP Manokwari yang sebelumnya pernah juga honorer di SMP Negeri 2 Manokwari.
Komunikasi pun terjalin beberapa hari kemudian. Dr. Ali minta jumpa dan ingin bersilaturahmi ke rumah misi Mubalig Daerah Papua Barat yang juga di Arfai-1. Namun karena Mubalig Daerah ada agenda keluar kota, pertemuan itu diundur menjadi Senin (22/2) sore.
“Assalamualaikum, Ustad. Kaifa haluk? Oh ya, kira-kira kapan ada waktu supaya saya bisa sowan ke Ustad. Minta alamat Ustad. InsyaAllah habis sholat Ashar jam empat saya merapat ke rumah,” kata dia via pesan WhatsApp.
Tepat seperti yang dijanjikan, pukul empat sore motor Dr. Ali Imron sudah parkir di teras rumah misi Mubalig Daerah Papua Barat, depan gerbang Kodam XVIII/Kasuari, Arfai. Memang, dari kampusnys, hanya sekitar 500 meter saja. Mubalig Daerah Papua Barat pun mempersilakan dosen asal Meranggen, Demak itu masuk ke ruang tamu.
Setelah melihat wajah aslinya dan berbincang-bincang beberapa saat, Mubalig Daerah mengingatkan sesuatu. Tapi itu sudah lama sekali, sekitar 20 tahunan lalu. Setelah dipancing, barulah Dr. Ali cerita bahwa dia memang dulu mengambil S-1 dan S-2 di STAIN (kini, IAIN) Salatiga.
“Wah, benar, kita memang sama-sama alumni Salatiga. Tetapi Ustad di atas saya beberapa tahun. Gembira sekali bisa bertemu disini. Rektor waktu itu, Pak Imam Soetomo lalu Pak Rahmat Hariyadi dan kini Prof. Zaki masih hidup. Mungkin Ustad juga masih menyimpan nomornya,” kata dia.
Setelah diperiksa, di nomor kontak HP Mubalig Daerah Papua Barat memang masih tersimpan nomor-nomor yang disebutkan tersebut. Bahkan, bukan hanya nomor para Rektor melainkan juga para dosen serta bidang administrasi dan keuangan. Nostalgia pun berlangsung di antara keduanya.
“Sewaktu STKIP Manokwari melaksanakan Wisuda S-1 di Nu Aston Hotel beberapa bulan lalu, sebenarnya saya sudah lihat Ustad. Hanya saat itu masih ragu, apakah benar Ustad ada di Manokwari ini. Apakah yang duduk bareng Bu Rektor itu Ustad? Tapi itu tidak mungkin, pikir saya,” lanjut dia mengingat saat wisuda STKIP Manokwari beberapa bulan lalu.
“Saya benar-benar perlu belajar kepada Ustad terutama masalah pluralisme. Di ruang tamu ini ada foto Kyai Haji Ahmad Dahlan, ada foto Hadhratus Syaikh Hasyim Asy’ari dan satu tokoh Islam lagi. Artinya ada Muhammadiyah, NU dan…,” kata Dr. Ali menghentikan ucapannya sambil melihat foto-foto Hadhrat Masih Mau’ud alaihissalam dan para Khalifatul Masih di dinding.
Perbincangan selama satu jam itu pun diakhiri dengan foto bersama. Dr. Ali merasa senang bisa nostalgia dan berjanji akan bersedia bila Mubalig Daerah Papua Barat mengajak berkegiatan.
“Saya siap bawa-bawa koper Ustad. Ini sebagai bentuk penghormatan kami yunior kepada senior,” pungkas pria satu anak tersebut.
Dr. Ali kemudian menghidupkan mesin motornya. Setelah uluk salam, dia meninggalkan rumah misi.
Setelah malamnya foto pertemuan dengan Dr. Ali Imron, M.Pd.I. itu diposting di Group JAI Manokwari, ada info masuk yang cukup mengejutkan. Bahwa, ternyata Dr. Ali Imron juga pernah menjadi dosen dari Ketua LI Manokwari.
“Mubarak Pak Mubalig. Itu dosen saya, Pak,” kata Ketua LI Manokwari.