Medan, (04/02/2020). Tiga orang peserta Pelatihan Pluralisme ditetapkan oleh panitia penyelenggara untuk “Live In” di Jamaah Ahmadiyah Medan selama tiga hari. Acara pelatihan ini diselenggarakan oleh Aliansi Sumut Bersama.
Ketiga peserta tersebut adalah Reza dan Bagus dari UINSU serta Mida dari salah satu LBH yang mengadvokasi tindak kekerasan kepada perempuan. Peserta disambut oleh Ibu Prisa mewakili LI Medan. Acara “Live In” dibuka dengan pemberian materi mengenai Ahmadiyah yang disampaikan langsung oleh Mln. Muhammad Idris.
Mln. Idris menjelaskan mengenai Ahmadiyah dari mulai masalah akidah, sejarah, sistem Khilafat, legalitas, dan juga peran dalam sosial kemanusiaan. Kurang lebih 1 jam beliau memaparkan slide yang sudah dipersiapkan. Setelah terdengar azan Zuhur, maka acara ditetapkan untuk “break” sejenak guna menunaikan sholat Zuhur dan makan siang. Obrolan-obrolan ringan pun dilanjutkan sambil menyantap makan siang.
Dalam statement nya, Mida mengatakan bahwa apa yang sudah disampaikan oleh pemateri ini sangat penting untuk diketahui oleh masyarakat di Indonesia mengingat info negatif tentang Ahmadiyah yang saat ini masih mereka terima.
Penyebarluasan informasi yang benar mengenai Ahmadiyah sangat diperlukan untuk mengklarifikasi isu-isu negatif yang berkembang di masyarakat. Sangat jelas dalam pemaparan pemateri bahwa Jamaah Ahmadiyah adalah Jamaah Islam. Informasi seperti ini harus disosialisasikan terus menerus kepada masyarakat di Indonesia.
Mln. Idris menyampaikan bahwa akar permasalahan diskriminasi dan persekusi terhadap Ahmadiyah adalah intoleransi itu sendiri. Orang-orang yang intoleran sangat mudah termakan berita-berita hoax. Jadi akar permasalahan ini yang harus menjadi perhatian bersama. Sebab intoleransi ini penyebab lahirnya paham-paham yang ekstrim, radikal, bahkan aksi-aksi terorisme juga berawal dari intoleransi. Beliau meminta para Mahasiswa menjadi pelopor dibumikannya nilai-nilai toleransi seluas-luasnya untuk Indonesia yang damai, aman, dan tentram.
Pada malam harinya, acara dilanjutkan dengan ngobrol dan diskusi dengan rekan-rekan Khuddam. Selaku Qaid Majlis Medan, dr. Muslihuddin memandu jalannya acara dengan peserta “Live In”. Pertanyaan seputar sejarah Khuddam dan kiprah Khuddam dalam mengkhidmati kemanusiaan.
Dijelaskan juga mengenai kegiatan “give blood” dan donor mata. Diskusi berlangsung cukup hangat dan akrab disertai dengan candaan-candaan khas anak-anak muda yang menambah suasana semakin akrab meskipun mereka baru berjumpa.
Tidak terasa waktu telah menunjukkan pukul 23.00 meskipun obrolan masih terus berlanjut namun acara harus segera diakhiri mengingat masih banyak agenda acara “Live In” esok hari. Semoga dapat meraih faedah yang sebanyak-banyaknya dalam acara Live In ini.
Kontributor: Abdal