Pada hari sabtu sore, seorang khadim berkeliling menyambangi rumah-rumah warga di sekitar Masjid Al-Muhajirin, Jema’at Ahmadiyah Penyabangan. Sambil bersilaturahim ia menyampaikan undangan secara lisan untuk acara Jalsah Siratun Nabi yang akan dihelat keesokan harinya. Undangan yang dilakukan door to door dan disampaikan secara lisan oleh seorang utusan seperti ini adalah tradisi yang lumrah dilakukan di sini, dan cara ini dianggap lebih sopan dibandingkan dengan menyebar kartu/surat undangan atau sekedar mengirim pesan melalui whatsapp.
Empat hari sebelumnya sebuah langgar di sebelah utara masjid Al-Muhajirin mengirimkan undangan peringatan Maulid Nabi dengan cara yang sama, dan dengan senang hati beberapa anggota Jema’at memenuhi undangan tersebut. Dan kali ini warga Jema’at Ahmadiyah Penyabangan membalas itikad baik warga sekitar tersebut dengan juga mengundang mereka dalam acara peringatan Siratun Nabi. Warga sekitar menyambut baik undangan ini, bahkan ada yang memberikan sumbangan berupa telur untuk acara Siratun Nabi tersebut. Hiasan dari telur memang menjadi sebuah tradisi masyarakat di sini yang identik dan hampir selalu ada dalam peringatan Maulid Nabi. Tentu saja Jema’at Ahmadiyah Penyabangan dengan senang hati menerima pemberian telur ini dan memasaknya untuk disajikan sebagai konsumsi pada saat makan malam bersama selepas acara.
Sekitar pukul 18.45 warga sudah mulai berdatangan dengan mengendarai sepeda motor. Seketika suasana masjid menjadi riuh rendah dengan kedatangan para tamu tersebut. Beberapa anshor dan Khadim berdiri di gerbang masjid menyambut dan menyalami satu persatu tamu yang datang. Total ada 31 orang tamu dari warga sekitar yang datang, mereka terdiri dari laki-laki dan perempuan dewasa maupun anak-anak. Sedangkan dari anggota Jema’at Ahmadiyah sendiri jumlah total yang hadir sebanyak 64 orang.
Acara diisi dengan pembacaan ayat suci Al-Quran, pembacaan Qasidah, sambutan Ketua Jema’at, pembacaan riwayat singkat kehidupan Rasulullah saw., ceramah mengenai akhlak Rasulullah saw dan diakhiri dengan doa tutup. Mubaligh setempat, Mln. Muhammad Hasyim dalam ceramahnya menyampaikan, “Bapak-bapak dan ibu-ibu yang tinggal di lingkungan yang mayoritas non-muslim ini harus menjadi duta-duta Islam yang baik. Non-muslim tidak mebaca Al-Quran, tidak juga membaca hadits, tapi mereka membaca amalan kita. Mereka mengetahui Islam dari amalan kita.”
Untuk memeriahkan Peringatan Siratun Nabi ini, diadakan juga lomba membuat nasi tumpeng bagi ibu-ibu. Ada pun yang menjadi juri pada perlombaan tersebut adalah perwakilan dari tokoh agama dan tokoh masyarakat setempat. Lomba ini pun cukup meninggalkan kesan positif bagi para tamu yang hadir. Setelah penilaian selesai dilakukan, nasi-nasi tumpeng ini pun menjadi santapan bersama para peserta yang hadir.
Cuaca panas di Penyabangan tidak lantas mengurangi kekhidmatan peserta saat berlangsungnya acara, tidak juga mengurangi suasana akrab dan penuh canda saat makan malam dan perbincangan santai seusai acara. Ini adalah momen pertama kalinya Jema’at Ahmadiyah Penyabangan mengundang masyarakat sekitar dalam perayaan Siratun Nabi. Semoga kesan positif didapatkan oleh para tamu yang hadir di acara ini dan semoga acara seperti ini dapat menjadi sarana yang efektif untuk semakin mempererat tali silaturahim antar sesama umat Rasulullah (saw).