Kebayoran, (12/11). Itulah salah satu pesan mahasiswa peserta seminar dari UIN Syarif Hidayatullah-Ciputat yang berlangsung di masjid Ahmadiyah cabang Kebayoran.
Sebanyak 27 orang mahasiswa semester 3 disertai Bapak Iqbal sebagai dosen, hadir di masjid Kebayoran dalam rangka mengenal lebih jauh Komunitas Muslim Ahmadiyah langsung dari sumbernya. Hal ini dapat terlaksana berkat hubungan baik yg terus terjalin antara Amirda DKI (Bapak Ir. Kandali Ahmad Lubis) dengan Bapak Iqbal.
Ini adalah kunjungan ketiga mahasiswa UIN ke masjid Kebayoran. Tujuannya untuk mendengar dan berdialog dengan komunitas yang dianggap minoritas dan terkena stigma seperti Ahmadiyah, langsung dari sumbernya sehingga para mahasiswa mendapatkan penjelasan yang lebih akurat. Harapannya, dengan sering diadakannya dialog akan timbul empati dan pemahaman yang baik.
Acara didahului dengan pembacaan do’a, tilawat Alqur’an, menyanyikan lagu Indonesia Raya, dilanjutkan dengan sambutan dari Ketua Cabang Kebayoran, Bapak Pupu A. Gofur.
Bertindak sebagai narasumber dari pihak JAI adalah Mubaligh Daerah DKI Mln. Iskandar Ahmad Gumay, didampingi oleh Mln. Jusmansyah dan Sdr. Riffat Aulia Ahmad. Tamu undangan juga tampak hadir Sekretaris Tabligh PB JAI, Amirda DKI, Amirda Indonesia Timur, dan para Mubalighin wilayah DKI. Acara inipun diliput oleh Muslim Television Ahmadiyya (MTA).
Acara dilanjutkan dengan penayangan video tentang perjalanan dan kiprah Jemaat Ahmadiyah di seluruh dunia, baik dalam bidang keagamaan, kemanusiaan, maupun perdamaian dunia.
Mln. Iskandar Gumay menjelaskan bahwa Jemaat Ahmadiyah adalah Islam, karena dilahirkan dari ‘rahim’ Islam, dibesarkan dengan sendi-sendi keislaman dan setelah dewasa mengkhidmati Islam. Percaya kepada Rukun Iman dan Rukun Islam seperti yang diyakini oleh muslimin lainnya.
Acara sempat diselingi dengan shalat dhuhur dan makan siang dahulu, kemudian dilanjutkan dengan sesi tanya jawab. Inilah bagian yang paling seru dan menarik karena untuk inilah tujuan mereka hadir disini.
Pertanyaan mereka cukup luas, tetapi sebagian besar adalah pertanyaan yang sudah sering dipertanyakan oleh ghair Ahmadi seperti antara lain : Mengapa disebut Jemaat bukan Jamaah, bagaimana sikap JAI sebagai minoritas, apa landasan didirikannya Jemaat Ahmadiyah, apa perbedaan Furu dalam beribadah, mengapa ada perbedaan antara Jemaat Ahmadiyah dengan muslim lainnya mengenai akhir zaman.
Ada juga pertanyaan :
“Seandainya saya tertarik masuk Jemaat Ahmadiyah, apa syarat yang harus saya penuhi ?”. Mln. Gumay segera membagikan lembaran berisi 10 Syarat Bai’at dan menjelaskannya satu persatu. Semua pertanyaan dapat dijawab dengan sangat baik dan jelas oleh para narasumber. Sayang pertemuan harus berakhir karena dibatasi oleh waktu.
Pihak JAI mempersilakan kepada para mahasiswa tersebut apabila ingin menggali lebih dalam tentang ajaran Ahmadiyah dapat menghubungi atau datang langsung ke madjid Jemaat Ahmadiyah dimanapun.
Kesan yang mereka sampaikan terhadap acara ini adalah bahwa acara ini sangat menarik, membuka wawasan dengan mendengar langsung dari sumbernya, bisa lebih menghargai aliran Islam lain, sambutannya hangat dan tidak mengintimidasi. Pak Iqbal menambahkan bahwa pertemuan dan dialog dengan Ahmadiyah selalu berkesan karena selalu disuguhi makan siang.
Pesannya : diharapkan acara dialog / sosialisasi ini sering diadakan agar stigma terhadap Jemaat Ahmadiyah bisa berkurang atau luntur. Semoga Jemaat Ahmadiyah semakin berkembang dan semakin banyak pengikutnya, harap seorang peserta.
Seorang perwakilan mahasiswa mengatakan bahwa berdialog langsung dengan sumbernya ibarat pepatah “Jika ingin mengetahui dalamnya laut maka selamilah laut tersebut”.
Setelah do’a penutup dan berfoto bersama, para peserta pun pulang setelah dibekali 2 buah buku : Apakah Ahmadiyah Itu dan Krisis Dunia dan Jalan Menuju Perdamaian
Reportase : Erni Raheela.
Kontributor : Erni, Zizi, Lina.