Mentari telah keluar dari peraduannya. Sinar ultravioletnya segera memancar memenuhi bumi. Tak mau tersaingi pagi, segera berkemas. Tugas kunjungan ke pengajian bulanan Ibu-ibu (muawwanah) Bojong, 09 Nopember 2019 telah menanti. Perjalanan tak berasa lama. Sekejap rasanya sudah tiba di Alfa dekat mesjid jemaat Ahmadiyah Bojong.
Mesjid tampak sepi. Awalnya keberatan timbul. Kenapa pengajian ini tidak di mesjid saja. Sebaik-baik tempat yang penuh berkat adalah mesjid. “Bila di mesjid, ibu-ibu yang jauh tidak bisa datang. Yang hadir jadi sedikit. Dari 49 Ibu-ibu Bojong paling hanya 15 yang datang. Tapi bila di rumah, Ibu-ibu yang hadir menjadi banyak. Yang rumahnya jauh dari mesjid, hanya dengan jalan kaki saja bisa sampai di lokasi pengajian,” jelas Ibu Ketua pengajian Bojong. Persetujuan pun diberikan. Menyerap kehadiran banyak peserta pengajian merupakan amanah dan seruan Pimpinan.
Dua wanita muda sudah stand by siap menjadi guide menuju lokasi pengajian. Berbelok-belok melintasi jalan raya. Belokan terakhir bak memasuki gerbang istana alam sang Pencipta. Hati terkesiap. Hamparan pesawahan hijau begitu memukau. Indah sekali. Terbayang lukisan anak-anak masa lalu. Seperti itu deskripsinya. Lukisan itu menjadi nyata. Udara sejuk mengitari alam desa begitu terasa seolah ini bukan tanah Bekasi. Bagaikan sebongkah surga jatuh di bumi.
Hampir empat puluh wanita telah memenuhi aula yang luas dan nyaman di area pinggir rumah ibu Ketua pengajian Bojong. Terharu…kehadiran mencapai 79% dari keseluruhan Ibu-ibu yang seharusnya hadir. Empat diantaranya adalah non ahmadi yang tekun mengikuti acara sejak awal hingga akhir.
Semangat keitaatan tergambar dari wajah-wajah yang hadir hari ini. Acara pengajian sudah dimulai. Lantunan ayat suci Alquran tengah berkumandang. Siap mengkaji agama di tengah alam hijau dengan udara sejuk yang menghidupkan kenikmatan penuh rasa syukur.
Doa bersama pembuka acara dilanjutkan janji LI. Pembacaan artikel mini “Kerugian Bila Tidak Ada Ujian” menghidupkan semangat konsentrasi awal. Sound sistem yang bagus membuat acara dapat terikuti dengan khidmat. Bojong kaya dengan SDM mahasiswi yang kreatif. Rundown acara dan materi tertata apik dari awal hingga akhir. Perpaduan sesi demi sesi terharmonisasikan dengan manajemen waktu yang sangat baik. Setiap materi ditayangkan di layar infocus. Slide-slide PPT yang manis ditampilkan dengan tulisan jelas dan gradasi warna serta bunga yang sedap dipandang. Tenaga-tenaga muda calon regenerasi jemaat mendominasi acara. Kebanggaan timbul dalam hati.
Materi inti mensosialisasikan etika pemberian buku saat bertabligh, optimalisasi peran wanita dalam pekerjaan dan masyarakat, upaya bersyukur pada Allah SWT. Dilanjutkan secara efisien dengan aneka kajian. Pengorbanan, media sosial, tanda-tanda akhir zaman, ceramah singkat kesehatan tentang teh hijau disampaikan bergiliran.
Para Ibu tampak khidmat mengikuti sesi demi sesi. Sesekali tangis balita memecah keheningan. Sang ibu segera berjuang mengatasi selingan indah itu. Para ibu memang luar biasa. Tugas mengikuti mengaji harus terlaksana baik tapi di satu sisi tugas menjadi ibu pun harus dijalankan dengan baik pula. Mubarak untuk para ibu yang meskipun masih punya anak kecil tapi tetap rajin ke pengajian.
Sesi akhir merupakan daya tarik tersendiri untuk para wanita. Di teras, para wanita kecil mungil tengah asyik membuat bola-bola coklat oreo dipandu seorang lajnah. Di aula inti, seorang istri muballigh yang sangat cinta keterampilan didaulat untuk mengajarkan sulam pita. Beberapa perwakilan kelompok maju ke tengah kerumunan lajnah. Aksi lincah tangan kreatif segera beroperasi. Pamidangan, pita, gunting, pemantik api, mata uang, kain seukuran sapu tangan, jarum berlobang besar menghiasi arena demo keterampilan. Dengan cekatan para pembelajar memegang berbagai peralatan. Dalam waktu singkat, kain latihan sudah cantik dengan bunga sulam pita. Yang membuat salut yaitu peminat keterampilannya ada amsawnya. Keren. Hey! Jam berapa sekarang? Memang…bila sudah sesi ini, semua jadi terlena. Lupa waktu saking asyiknya.
Ibu ketua pengajian sebagai master of ceremony tampil membatasi waktu menuju titik akhir acara. Doa bersama untuk menutup pengajian segera dilaksanakan. Hidangan rohani telah usai dikudap. Kini tiba saatnya menikmati hidangan jasmani.
Meja besar telah tertata penuh dengan ragam lauk. Oalahh…lihat di sana! Ada apa yang tergolek dalam piring di sudut itu? Hati langsung terlonjak bersorak campur pura-pura sedih karena terpaksa program diet akan bubar bila begini adanya. Ikan asin peda merah, sambel, petai muda yang hijau ayu baru saja dipetik dari pohon tadi pagi, tampak pasrah siap dieksekusi. Di sebelahnya terpresentasikan makanan khas Bekasi yaitu daun mengkudu ditemani terong. Ada menu antik pula yakni olahan jerami dan buah nangka (hmm…lupa nama masakannya). Udang, teri kacang, telor balado, dkk turut serta memeriahkan menu. Tak ketinggalan mangga yang baru dipetik memantaskan diri dalam dua rasa. Manis matang dan masam untuk rujakan. Sempurna! Nikmat mana lagi yang kau dustakan? So, disikat dan dalam sekejap sudah pindah ke balik usus.
Rencananya, seusai acara ingin hati menengok para sesepuh Bojong dan bersilaturahmi pada aparat desa, dan ketua majlis taklim sekitar Bojong. Namun, terdengar kabar hari ini mereka sedang sibuk mengikuti suatu acara besar Terpaksa niat ini belum bisa diwujudkan. Semoga ke depan bisa diimplementasikan.
Sang surya semakin meninggi. Menyorotkan cahaya super hot mengiringi ghairat berkhidmat yang tak kurang kalah hot-nya. Pengajian selesai. Kunjungan yang sangat berkesan dan menawan. Berkah baiat butir ke-10 menjadikan para ahmadi bisa memiliki saudara di seantero bumi. Silaturahmi tanpa jarak hati melebihi kentalnya ikatan darah.
Jazakumullah untuk kehangatan sambutan Ibu ketua pengajian Bojong dan jajaran pengurusnya serta tautan erat cinta kasih para wanita anggota pengajian. Sekeranjang petai hijau dan mangga diberi tugas setia menyertai perjalanan pulang. See you next time.
Kontributor: Iim Kamilah