Kebayoran, (10/8). Itulah salah satu pertanyaan peserta pelatihan Jurnalistik yang diadakan oleh Yayasan Pantau pimpinan Bpk. Andreas Harsono, yang saat itu tengah berkunjung ke masjid Jemaat Ahmadiyah Indonesia (JAI) Cabang Kebayoran.
Sebanyak 13 orang peserta hadir di masjid Kebayoran dalam rangka mengenal lebih jauh Komunitas Muslim Ahmadiyah. Hal ini dapat terlaksana berkat hubungan baik yg sudah terjalin baik dengan Bpk. Andreas Harsono.
Acara didahului dengan pembacaan do’a, tilawat al-Qur’an, menyanyikan lagu Indonesia Raya dilanjutkan dengan sambutan dari pihak JAI dan dari Yayasan Pantau yg diwakili oleh bpk Imam Sofwan.
Para peserta yang terdiri dari para jurnalis muda ini sedang mengikuti “Pelatihan Jurnalistik Berbasis Isu Kebebasan Beragama” yang diadakan oleh Yayasan Pantau. Yayasan ini mengajak teman-teman media untuk meliput lebih dalam masalah persekusi dan diskriminasi terhadap kaum minoritas seperti Ahmadiyah sehingga penegakan hukum dapat diberlakukan seadil-adilnya.
Mengapa para jurnalis harus meliput lebih dalam masalah persekusi dan diskriminasi ini? Karena saat ini baru 60% masyarakat setuju bahwa Ahmadiyah adalah korban, sebagian lagi tidak berpendapat demikian karena kurangnya informasi yang akurat tentang Ahmadiyah. Hal ini disebabkan oleh kurangnya wawasan/pengalaman wartawan dalam menggali permasalahan sehingga informasi yang diterima masyarakat kurang lengkap. Ini terjadi sejak diberlakukan sistem Orde Baru yang melarang media cetak dan elektronik meliput isu SARA. Tetapi sejak media Al Jazeera dan YouTube beredar dan menayangkannya, barulah media lain ikut menayangkan.
Oleh karena itu teman-teman jurnalis peserta pelatihan ini ingin sekali belajar dan bertanya langsung dari peristiwa diskriminasi terhadap komunitas Ahmadiyah agar mendapatkan informasi yang lebih akurat.
Bertindak sebagai Narasumber dari pihak JAI adalah Mubaligh Daerah DKI Bapak Iskandar Ahmdad Gumay, didampingi oleh Bapak Mujeeb, Sdr. Iffat Aulia dan Amir Daerah DKI/Ketua Humanity First Indonesia Bapak Ir. H. Kandali A. Lubis.
Didahului dengan penayangan video tentang perjalanan dan kiprah Jemaat Ahmadiyah di seluruh dunia, baik dalam bidang keagamaan maupun kemanusiaan, kemudian Pak Mubda menjelaskan bahwa yang membedakan kepercayaan pengikut Ahmadiyah dan non Ahmadiyah adalah mengenai “Wujud yang Dijanjikan” yaitu Nabi Isa yang Dijanjikan.
Pengikut Ahmadiyah meyakini bahwa wujud yang dijanjikan tersebut terdapat dalam wujud Hazrat Mirza Ghulam Ahmad a.s., pendiri Ahmadiyah. Beliau adalah Nabi ummati yang tidak membawa Syariat. Untuk menjelaskan hal ini telah dilakukan dialog berulang-ulang, tetapi malah Jemaat Ahmadiyah distigmakan sebagai jemaat sesat, di luar agama dan ajaran Islam. Padahal cara beragama yang dijalankan oleh jemaat Ahmadiyah adalah berdasarkan Alqur’an dan Hadits, berlaku kasih sayang, sangat cinta negara dan cinta agama karena keduanya tidak terpisahkan, berazaskan Pancasila karena sesuai dengan ajaran agama Islam, sangat dekat dengan kemanusiaan seperti gerakan donor darah, donor mata, clean the city, Humanity First ikut dalam penanggulangan gempa dan kesehatan masyarakat, dan lain-lain.
Setelah pemaparan oleh para nara sumber dan coffee break, dilanjutkan dengan acara tanya jawab. Inilah bagian yang paling seru dan menarik karena untuk inilah tujuan mereka hadir disini. Pertanyaan mereka cukup luas dan mendalam, seperti : Bagaimana Ahmadiyah mengelola organisasi dan dana, menghadapi kasus diskriminasi, sejarah JAI, Fikih Ahmadiyah, proses pendataan anggota jemaat terutama jika terjadi persekusi, hubungan sosial di masyarakat, dan apakah Ahmadiyah itu Agama?
Semuap pertanyaan dapat dijawab dengan jelas dan baik oleh para Narasumber. Sayang pertemuan harus berakhir karena dibatasi oleh waktu, tetapi pihak JAI mempersilakan kepada para tamu apabila ingin menggali lebih dalam tentang ajaran Ahmadiyah untuk menghubungi atau datang langsung ke masjid Jemaat Ahmadiyah dimanapun.
Setelah do’a penutup, berfoto bersama dan menyantap hidangan makan siang, para peserta pun pulang setelah dibekali 2 buah buku : Apakah Ahmadiyah Itu dan Krisis Dunia dan Jalan Menuju Perdamaian.
Kontributor : Ny. Erni Raheela