Dalam rangka memperingati tegaknya Khilafah Ahmadiyah yang ke-111. Jemaat Ahmadiyah Wilayah JATENG 3 berkerjasama dengan IAIN SALATIGA menyelenggarakan Seminar Nasional bertajuk “Khilafah dan Daulah Islamiyah” di lantai 3 gedung Auditorium Fakultas Syariah, IAIN SALATIGA. Senin (27/05).
Istilah ‘Khilafah Islamiyah‘ menimbulkan kekhawatiran masyarakat dunia bahwa umat Islam akan mengobarkan peperangan dan menghapus sebuah ideologi negara lalu menyatukan semua negara dalam satu kontrol kekuasaan politik ditangan penguasa yang disebut Khalifah.
ISIS seakan menjadi parameter bagi dunia tentang bentuk dan gambaran Khilafah Islamiyah. Stigma negatif yang melekat pada Khilafah ISIS berbanding lurus dengan sepak terjang kekerasan yang dilakukan kelompok tersebut.
Mln. Yusuf Awwab, Narasumber Ahmadiyah mengatakan Khilafah bukan lembaga politik, tidak menganut system duniawi namun menegakan system Ilahi. Firman Allah Ta’ala “layumakinanna lahum dinahum” –Dia pasti akan meneguhkan agama mereka dalam Surah An-Nur ayat 55 menegaskan bahwa tugas Khalifah adalah menegakan agama bukan menegakan kekuasaan.
Hadir dalam seminar tersebut Wakil Rektor III, juga Ketua MUI Kota Salatiga, Dr. Sidqon Maesur, Lc., MA. Serta Dr. Benny Ridwan, Dekan Fakultas Ushuluddin Adab dan Humoniora IAIN SALATIGA beserta para wakil dekan dan ketua jurusan studi di masing-masing fakulas.
Dr. Agus Ahmad Suadi, Ketua Jurusan Filsafat Bahasa Arab IAIN SALATIGA yang menjadi narasumber tetap mengatakan bahwa Khilafah adalah lembaga politik. Ia berpandangan Muhammad saw tidak sekedar nabi tapi juga panglima perang. Dan Islam bukan hanya agama damai tapi juga agama perang. Ia menegaskan bahwa jika Lembaga Khilafat bukanlah politik maka akan lebih berbahaya karena umat akan lebih patuh kepada seorang Khalifah dari pada seorang pemimpin Negara. Seorang Khalifah akan lebih otoriter dibandingkan pemimpin Negara.
Doktor lulusan Al-Azhar Mesir tersebut mempertanyakan posisi anggota Ahmadiyah jika dihadapkan pada situasi untuk memilih mentaati presiden atau khalifah Ahmadiyah. Menanggapi hal tersebut, Mln. Yusuf Awwab mengatakan Muhammad saw terpaksa berperang untuk mempertahankan keimanan. Kaum Quraisy memerangi Muhammad saw bukan karena beliau penguasa atau panglima, namun karena ajaran-ajaran Muhammadsaw yang mengancam adat dan budaya mereka.
Mln. Yusuf Awwab mengambil contoh kebiasaan Kaum Quraisy yang menikahi istri ratusan dan mewarisinya kepada semua putra-putranya, dan ditentang Muhammad saw dengan mengatakan “hurrimat alaikum ummahatukum” –haram ibumu untuk dinikahi. Hal inilah yang menurut Mln. Yusuf Awwab salah satu pemicu mereka memerangi Muhammad saw.
Mln. Yusuf Awwab mejawab tentang pilihan ketaatan anggota Ahmadiyah terhadap Khalifah dan pemerintahan, Mubaligh Ahmadiyah yang kini bertugas di Kudus tersebut mengatakan Khalifah Ahmadiyah tidak pernah mengintervensi suatu pemerintahan. Dalam hal perkara pemerintahan semua anggota Ahmadiyah harus taat kepada pemimpin di suatu Negara. Namun dalam perkara ruhaniah mereka taat dan patuh kepada Khalifah.
Moderator menutup seminar tersebut dengan mengatakan perbedaan pandangan tentang Khilafah Islamiyah akan terus ada dan berlanjut, kuncinya saling menghargai perbedaan pendapat untuk terjaganya kerukunan ukhuwah islamiyah dan basyariyah, serta menjalin kerjasama antar umat islam.
Kontributor : Ina & Hanif