Senin, (27/05). Digelar diskusi publik dengan tema ‘Menakar Toleransi di Indonesia’ bertempat di Kopi Parsaoran, Medan. Gunawan, S.Pd selaku Qaid Daerah SUMUT 01 memimpin delegasi khuddam untuk berangkat menuju lokasi diskusi. Acara dhadiri oleh kurang lebih 80 orang peserta dari berbagai komunitas interfaith dan mahasiswa berbagai perguruan tinggi di Medan.
Diskusi kali ini menghadirkan tiga pembicara. Ketiga pembicara tersebut adalah Bhante Dhirapunno (Buddha), Hotdinal Sitanggang (STT Abdi Sabda), dan Mln. Muhammad Idris (Ahmadiyah). Hadir juga Barita Lumbanbatu dan rekannya untuk mewakili LBH Medan.
Setelah buka puasa bersama dan menunaikan sholat maghrib bagi peserta yang beragama Islam maka dibukalah acara diskusi. Pembicara pertama yakni Hotdinal Sitanggang menyampaikan mengenai pentingnya para pemuda untuk menyebarkan nilai-nilai toleransi. Beliau menguraikan dengan panjang lebar situasi dan kondisi toleransi di Sumatra Utara. Menguatnya performa identitas beragama juga menyebabkan menurunnya kadar toleransi beragama. Beliau mencontohkan bagaimana saat ini kegiatan beribadah penting sekali untuk dimuat di medsos namun lupa akan substansinya.
Bhante Dhirapunno menyampaikan bahwa toleransi hanya bisa diperkuat dengan cara menumbuhkan cinta kasih kepada yang berbeda. Keragaman adalah ciri khas bangsa Indonesia yang harus dirawat dan dijaga dengan memperkuat persatuan serta kerukunan seluruh anak bangsa. Kebencian tidak bisa dihapus dengan kebencian melainkan dengan cinta lah kebencian dapat diakhiri.
Mln. Muhammad Idris berpendapat bahwa toleransi itu tidak sama dengan membiarkan mereka yang berbeda. Toleransi itu adalah mengasihi dan menyayangi yang berbeda, demikianlah ajaran Al-Quran. Perbedaan adalah sebuah keniscayaan. Perbedaan harus dirayakan dengan cinta kasih dan saling menghormati yang berbeda baik itu perbedaan agama dan keyakinan, etnis, budaya dan lain-lain. Islam adalah agama yang menghajatkan kedamaian, keselamatan, dan berkat untuk seluruh insan. Hal itu tercermin dari bagaimana Muslim harus menebarkan salam dan bukan malah menebar kebencian.
Acara dilanjutkan dengan diskusi dan tanya jawab dengan para peserta yang sebagian besarnya adalah para mahasiswa dari berbagai kampus di Medan. Pertanyaan-pertanyaan dari para peserta langsung ditanggapi oleh para pembicara. Antusiasme dari peserta terlihat saat masing-masing peserta bersemangat untuk mengajukan pertanyaan, namun waktulah yang membatasinya. Acara ditutup tepat pukul 22.00 oleh Moderator dan dilanjutkan dengan sesi foto bersama dengan para pembicara. (Gunawan)