JAKARTA – Konvensi Rakyat Calon Presiden telah selesai kemarin. Dalam debat publik yang dilaksanakan di Balai Sudirman tersebut, belum ada peserta yang secara tegas menjawab mengenai kebebasan beragama khususnya menyangkut Ahmadiyah dan Syiah.
Saat itu panelis Frans Magniz Suseno memberikan pertanyaan kepada Ricky Sutanto apakah akan memberikan rasa hormat dan aman apabila menjadi presiden.
Ricky malah tidak menjawab pertanyaan Franz secara langsung. Ricky mengatakan jadi atau tidak menjadi presiden, Ricky akan membangun taman berdoa raksasa (Garden of prayers) untuk semua agama.
“Pancasila sila pertama adalah Ketuhanan Yang Maha Esa. Beragama kita diberi kebebasan. Saya katakan Indonesia harus memiliki terobosan luar biasa. Sebagai pemimpin bangsa harus bisa menciptakan proyek-proyek raksasa seperti Garden Of Prayers,” ujar Ricky.
Ricky akan membangun taman berdoa dengan diameter 2 KM dan akan dibangun 6 Juni 2015 mendatang.
“Tidak terkait saya terpilih atau tidak, taman berdoa akan tetap dibangun,” kata dia.
Peserta lain, Isran Noor, menegaskan agama adalah hak semua warga negara tanpa terkecuali. Oleh karena itu semua pemeluk agama wajib dilindungi negara dengan catatan sebagai agama resmi dan jelas haluannya.
“Islam kan jelas. Kristen, Katolik, Budha jelas. Konghucu jelas. Tapi kalau mungkin tidak jelas misalnya ada Islam yang nabinya bukan Nabi Muhammad ya nggak jelas kan?” ujar Isran ketika dikonfirmasi usai debat publik tersebut.
Jika kelak terpilih menjadi presiden, bupati Kutai Kartanegara tersebut tidak memberikan harapan cerah bagi warga Syiah dan Ahmadiyah kecuali mereka mendirikan agama baru atau mengakui Nabi Muhammad sebagai nabinya.
“Diperjelas dulu status dia. Kalau dia mau mengaku bukan agama Islam silahkan. Tapi kalau dia mengaku Islam jangan dong karena Islam jelas bilang Nabi Muhammad. Kalau dia bukan mengaku Islam slahkan, kita lindungi, saya amankan,” ujar dia.
Koordinator Gerakan Indonesia Bersih, Adhie Massardi, mengatakan memang belum ada peserta yang berani menjawab secara tegas dan lugas persoalan Ahmadiyah dan Syiah.
Adhie menilai para peserta tersebut cari aman dengan memberikan jawaban mengambang karena persoalan agama di Indonesia adalah persoalan sensitif.
“Saya melihat memang agama ini bagi beberapa tokoh riskan dijawab karena dianggap sensitif. Menurut saya ini persoalan keagamaan ini bukan persoalan agama tetapi persoalan hukum. Ketika hukum tidak bisa menindak kepada para penghujat agama, kepada yang mendiskreditkan agama lain dan merusak tempat ibadah ini kan persoalan hukum,”ujar Adhie.
Adhie yang pernah menjadi juru bicara kepresidenan era Pemerintahan Gus Dur mengaku sebenarnya peserta Konvensi Rakyat menjawabnya implisit.
Adhie tetap yakin jika memang peserta Konvensi Rakyat terpilih, tentu mereka memiliki kebijakan tersendiri mengenai persoalan Ahmadiyah dan Syiah.
“Berbeda dengan misalnya Gus Dur yang tidak pernah mempunyai masalah apa-apa dan dia yakin apa yang dipikirannya dia sampaikan saja,”ujar Adhie.
TribunNews.com; gambar dari: PresidenIndependen.blogspot.com