Ketidakpedulian terhadap sampah merupakan permasalahan serius yang membutuhkan perhatian dan tindakan khusus mengingat dampak-dampak negatif yang ditimbulkannya.
Secara prosesnya setiap kita tentu menyadari bahwa pembuangan sampah yang tidak terkontrol dan cenderung sembarangan, akan menjadi penyebab bagi munculnya berbagai penyakit dan potensi bahaya bagi kesehatan. Bahkan dalam tingkat tertentu bisa menjadi ancaman serius bagi lingkungan, social dan ekonomi kita.
Kabar menyedihkan bahwa sesuai penelitian diungkap oleh Jurnal Science pada tahun 2015 lalu, Indonesia merupakan Negara penyumbang sampah terbesar di Dunia (Kompas.com- jum’at, 28 September 2018). Walau masih dalam perdebatan, namun bisa saja menjadi mungkin jika kita mengukur pada kenyataan, dimana untuk DKI Jakarta saja perharinya memproduksi 6.700 hingga 7.000 ton lebih sampah.
Dengan fakta tersebut, kita dapat menilai seberapa “bersih dan baik” polalaku kehidupan kita?
Baru-baru ini Presiden telah menerbitkan Perpres nomor 35 tahun 2018 tentang percepatan pembangunan Instalasi Pengolah Sampah Menjadi Energi Listrik Berbasis Teknologi Ramah Lingkungan. Ada setidaknya 12 kota yang ditunjuk khusus untuk segera memiliki PLTSa (Pembangkit Listrik Tenaga Sampah).
Pertanyaannya kemudian, mampukah upaya tersebut menyelesaikan permasalahan sampah di Negeri ini?
Teknologi secanggih apapun tidak pernah muncul tanpa membawa suatu efek samping, pasti punya dampak negatif. Sebagai contohnya alat transportasi modern, pada satu sisi memberikan dampak positif bagi percepatan dan kenyamanan dalam berkendara. Namun, pada sisi lain polusi udara yang dihasilkannya juga memberikan pengaruh yang demikian buruk bagi kualitas kesehatan dan kesegaran udara kita.
Jadi, teknologi tak melulu menjadi solusi bagi setiap masalah kehidupan kita, terlebih dalam hal sampah. Sehingga adanya PLTSa sebagai teknologi pengolahan sampah tentu tak bisa dijadikan alasan untuk kita kemudian acuh tak acuh terhadap masalah sampah. Karena sejatinya, solusi terbaik dari permasalahan sampah ini ada pada pola-laku hidup kita. Untuk itu, perlu terus dikampanyekan kesadaran dini bahaya sampah kepada masyarakat.
Dengan memahami kondisi tersebut, Majelis Khudamul Ahmadiyah Indonesia yang merupakan organisasi sayap Ahmadiyah Indonesia, turut ikut berupaya guna meningkatkan kesadaran akan bahaya sampah tersebut.
Melalui gerakan Clean The City, setiap tahunnya berhasil menyertakan ribuan relawannya untuk melakukan gerakan membersihkan sampah dan kampanye kesadaran membuang sampah pada tempatnya di berbagai event. Bahkan secara khusus tiap tahunnya mereka melakukan pembersihan sampah sisa perayaan malam pergantian tahun secara serentak.
Untuk tahun baru ini (2019), komunitas CTC telah bergerak di lebih dari 50 kota dengan jumlah volunteer hampir mencapai 7.000 orang di seluruh Indonesia.
Langkah baik dari ‘komunitas kecil’ ini tentu tak akan menyelesaikan permasalahan sampah di negeri ini, tapi setidaknya upaya mereka diharapkan mampu membuka mata kita untuk lebih peduli kepada lingkungan dan mulai melakukan pola hidup yang bersih dengan membuang sampah pada tempatnya.
Hal-hal yang baik tidak melulu lahir dari tindakan yang besar, tapi hal besar akan akan selalu lahir dari upaya-upaya kecil yang dilakukan secara berkesinambungan. mari “Awali Dengan Kebersihan”.
Penulis : Mln. Harpan Aziz Ahmad