Qaderi tidak merasa kecewa jika hanya beberapa orang saja yang datang ke pertemuan tersebut. “Tidak masalah berapa jumlah yang datang. Kita meninjau kualitas dibandingkan kuantitas,” katanya. “Jika kita bisa merubah hati seseorang melalui usaha kita, maka kita telah melakukan hal yang positif untuk kemanusiaan.”
AMERIKA SERIKAT – Dengan cara mereka mendatangi secara individu setiap minggu di kedai kopi Naperville, atau berkumpul dengan puluhan pemimpin agama dari berbagai macam kepercayaan di Glen Ellyn untuk melakukan protes atas keputusan ‘travel ban’ dari Presiden Trump, para pemimpin keagamaan lokal mencoba untuk menghilangkan perasaan takut dan kesalahpahaman melalui dialog damai.
baca juga: [feed url=”http://warta-ahmadiyah.org/tag/amerika-serikat/feed/” number=”3″]
“Saya rasa tidak ada yang bisa kita lakukan dengan berteriak-teriak dan menjerit-jerit, tetapi dengan adanya forum-forum seperti ini, memberikan contoh bahwa kegiatan yang kita lakukan di dalam komunitas ini adalah hal-hal yang positif, dan hal itu akan menghapus stereotype,” kata Kaashif Qaderi, direktur hubungan luar dari Komunitas Muslim Ahmadiyah, daerah barat daya Chicago.
Qaderi mengundang setiap orang yang mau ikut berdiskusi mengenai hal-hal yang sedang menjadi pembahasan terkini, bagi yang mau bertanya tentang Islam, atau hanya ingin mengetahui lebih jauh tentang tetangga Muslim mereka untuk datang dan mengikuti acara diskusi tersebut, dan mendapatkan makanan dan minuman gratis dari pukul 7:30 sampai 8:30 malam setiap hari selasa di kedai kopi Starbucks, yang terletak di 2936 Show Place Drive di Naperville. Komunitas Muslim Ahmadiyah mengadakan perkumpulan mingguan informal yang disebut dengan “Coffee, Cake and True Islam,” di semua 74 cabang di U.S. musim gugur kemarin.
“Saya sangat menyukai bermain basket. Saya sering ikut kegiatan olahraga di SMA. Saya sekolah di Michigan State,” kata Qaderi, di mana keterlibatannya di masjid benar-benar atas dasar sukarela tanpa imbalan. “Jadi semua hal ini merupakan hal yang sama dengan banyak warga Amerika lainnya. Dan hal inilah yang menjadi pembicaraan kami ketika bertemu, persamaan. Mungkin saja cara berdoa saya berbeda denganmu, dan mungkin saja saya mengerjakan tata cara keagamaan yang berbeda dalam menjalankan perintah kepercayaan saya, tetapi perbedaan itu tidak menentang nilai-nilai di Amerika. Tidak ada satu pun dari hal itu yang mengarah kepada kekerasan atau kebencian.”
Qaderi tidak merasa kecewa jika hanya beberapa orang saja yang datang ke pertemuan tersebut. “Tidak masalah berapa jumlah yang datang. Kita meninjau kualitas dibandingkan kuantitas,” katanya. “Jika kita bisa merubah hati seseorang melalui usaha kita, maka kita telah melakukan hal yang positif untuk kemanusiaan.”
Diskusi tersebut mulai membicarakan hal-hal politik pada pertemuan antar kepercayaan baru-baru ini pada tanggal 2 Februari yang dihadiri lebih dari 80 orang di Masjid yang telah dihiasi pada bukit yang menghadap Highway 53 di Glen Ellyn. Topik yang dibahas adalah perintah eksekutif yang melarang orang-orang dari tujuh negara mayoritas muslim untuk memasuki Negara Amerika, tetapi tujuan pertemuan tersebut atas dasar solidaritas, bukan untuk mengadakan protes. Tidak ada papan protes, tidak ada teriakan, tidak ada kekerasan.
Qaderi mengatakan pastor Kristen lokal datang ke masjid dan membantu merencanakan pertemuan para Muslim, para Kristen dan Yahudi, yang diisi dengan satu jam pengamatan, kutipan yang berwawasan, dan doa-doa kontemplatif yang dipenuhi dengan perasaan ketulusan.
“Hal ini membuat kami merasa bahwa kami adalah bagian dari negara ini; kami dicintai,” Kata Qaderi. “Tidak berarti kami tidak merasa dicintai sebelumnya, tetapi terkadang Anda harus di dijemput oleh mereka yang ada disekitar kita. Adalah hal yang mudah untuk menjadi tak bermoral. Dengan adanya orang yang tidak dalam situasi seperti itu, berkata, aku ada disini untukmu, akan membuat suatu perubahan yang positif.”
Tanvir Ahmad, seorang anggota masjid yang mempunyai sebuah bisnis asuransi di Naperville selama 15 tahun, mengatakan bahwa akhir-akhir ini ia merasa “enggan menyebutkan dirinya seorang muslim karena ketakutan dieksploitasi lagi terhadap Muslim. Dan saya merasa takut akan adanya pembalasan karena hal tersebut.”
Ahmad mengatakan bahwa ia tidak merasa seperti itu setelah kejadian 9/11 “karena pernyataan yang diberikan oleh Presiden Bush kuat bahwa kita semua adalah satu, dan jangan mengasingkan para Muslim.”
Perkumpulan antar kepercayaan Naperville
Ahmad telah mengikuti beberapa kegiatan pada acara pertemuan mingguan di kedai Kopi Starbucks Naperville, dan mengatakan perintah eksekutif Trump membuat lebih banyak “polarisasi” dari pada sebelumnya karena “ketika hal itu keluar dari mulut seorang presiden, akan menjadi hal yang sah.”
Qaderi memberikan usul kepada anggota komunitas untuk dapat mendukung para Muslim dengan mengenal lebih jauh tentang tetangga mereka yang seorang Muslim, menandatangani petisi dan menjadi penentang dari kejahatan dan hal-hal ekstrimis.
“Bukan menjadi tugas kami untuk membuat orang masuk kedalam Islam,” Kata Qaderi. “Kami hanya menyebarkan pesan mengenai apa itu Islam yang sebenarnya. Kesetiaan kepada negara dimana kita berada adalah salah satu bagian dari agama kami. Kami mencintai negara kami. Saya lahir dan besar disini, di kota Detroit. Saya merasa bahwa saya merupakan orang Amerika sebagaimana yang lainnya.”
Ahmad mengatakan bahwa orang-orang yang menghadiri acara pertemuan mingguan mengaku bahwa mereka gugup dan takut pada awalnya.
“Ketika mereka melihat bahwa kami berpakaian sama dengan mereka, kami mempunyai masalah yang sama, bahwa kami adalah seorang manusia biasa yang ternyata pada awalnya mereka takuti –hal ini ternyata sangat membantu. Saya telah membuat banyak teman baru hanya dengan berbicara dengan mereka.”
Sumber: Times of Ahmad
Alih Bahasa: Thaahirah Mubasysyirah
Editor: Lisa Aviatun Nahar