Cinta adalah dasar keimanan sekaligus merupakan ajaran fundamental dari semua agama, khususnya Islam. Nabi Muhammad (SAW) diriwayatkan pernah bersabda, “Keimanan dari setiap orang tidak akan lengkap sampai ia mencintai saudaranya seperti ia mencintai dirinya sendiri.”
NIGERIA – Mantan Presiden Olusegun Obasanjo mendesak masyarakat Nigeria untuk menerapkan prinsip Ahmadiyah yakni ‘love for all hatred for none’ (Cinta untuk semua dan kebencian tidak untuk siapapun) dalam kegiatan sehari-hari mereka, beliau mengatakan bahwa doktrin ini mampu membawa kehidupan yang baik dan bermanfaat tanpa adanya perselisihan dan ketegangan di masyarakat.
Obasanjo yang menjadi tamu kehormatan pada perayaan 100 tahun Jamaat Muslim Ahmadiyah dan bersamaan dengan pertemuan tahunan ke-64 yang diadakan di Ilaro Ogun baru-baru ini juga menyatakan bahwa ia mempertaruhkan hidupnya untuk berbicara dengan para pemimpin Boko Haram hanya karena ia percaya umat Islam bukanlah teroris; sekaligus ia menekankan bahwa mereka yang melakukan kekejaman di seluruh dunia sebenarnya sangat kurang dari 1% dari populasi Muslim global. Beliau disambut oleh Amir Ahmadiyah Dr. Mashuud Fashola dan para pemimpin lainnya dari kelompok tersebut.
Prinsip ‘Love for all, hatred for none’
Beliau menjelaskan: “Karena relevansinya yang tidak pernah usang pada dunia kita yang rapuh serta negara yang kompleks ini, saya sangat terpikat dengan motto kalian,”Love for all, hatred for none”. Saya percaya jika semua warga Nigeria dapat mendalami pesan ini dan menerapkannya di dalam kegiatan dan interaksi sehari-hari, kita akan hidup lebih baik dan bermanfaat, tanpa adanya perselisihan dan ketegangan yang sudah menjadi ciri pengalaman sosial-politik kita. Jika kita semua terus berpegang pada konsep cinta untuk semua (love for all) dengan baik dan kita semua untuk cinta (all for love) terlepas dari perbedaan yang nyata dan dirasakan oleh kita – maka kita semua semua akan bahagia dan puas. Jika kita memilih sebaliknya, permasalahan yang ada akan tetap seperti pepatah ayam yang berdiri diatas tali jemuran – ara o r’okun, ara o r’adie – baik jemuran dan ayamnya tidak bisa tenang.
“Cinta adalah dasar keimanan sekaligus merupakan ajaran fundamental dari semua agama, khususnya Islam. Nabi Muhammad (SAW) diriwayatkan pernah bersabda, “Keimanan dari setiap orang tidak akan lengkap sampai ia mencintai saudaranya seperti ia mencintai dirinya sendiri.” Ini juga merupakan golden rule dalam agama Kristen, ‘Lakukan kepada orang lain seperti apa yang anda ingin orang lain lakukan kepadamu.’ Dunia tentu membutuhkan penyembuhan dari penderitaan saat ini, dan itu dapat dilakukan oleh cinta, bukan kebencian.
“Sebagaimana tidak ada yang lebih katolik dibandingkan Paus atau yang lebih Islami daripada Nabi Muhammad, pesan cinta dan damai sangat penting dan saya mendorong jamaah yang mulia ini agar tidak mundur dalam memperjuangkan jalan mulia yang diperjuangkan oleh Nabi Muhammad. Saya belajar bahwa gaya hidup Muhammad adalah beliau melakukan dan mendorong semua orang berbicara lembut, berjalan dengan rendah hati, makan secukupnya, bernapas dalam-dalam, tidur cukup, berpakaian dengan baik, bergaul dengan sopan, bertindak dengan berani, bekerja secara efisien, berpikir jujur, mempercayai orang dengan tepat, berperilaku sopan, belajar dengan praktis, melakukan perencanaan dengan tertib, mendapatkan rezeki yang halal, membelanjakan harta dengan cerdas, berkorban dengan teratur, berkhidmat dengan rajin, beribadah, hidup dengan damai dan wafat dalam keadaan takwa.
Menyebut Seluruh umat Islam sebagai teroris adalah omong kosong’
Pada saat menyampaikan pidatonya di depan Jamaah Muslim di acara tersebut, Obasanjo mengatakan bahwa ia menyadari bagaimana gambaran Islam secara global telah terbentuk oleh tindakan dari kelompok miniritas kecil yang meresahkan dan memberikan citra buruk terhadap agama.
“Namun, seperti dapat disaksikan oleh anda semua, bahwa citra global Islam masa kini dibangun oleh tindakan dari kelompok minoritas kecil yang selalu berusaha merebut berita utama dengan kegiatan-kegiatan menghebohkan mereka, baik ISIS, Al-Qaeda, Al-Shabaab, Taliban atau Boko Haram. Organisasi Islam seperti anda tidak boleh lengah manakala persepsi Islam ditentukan dan disebarkan oleh minoritas pinggiran tersebut.
Saya sangat yakin bahwa mereka yang mengatakan umat Muslim adalah teroris hanya karena segelintir ulah kelompok tersebut, adalah karena tidak tahu, kebodohan dan pikiran jahat. Saya tidak percaya dengan omong kosong seperti itu, yang mana juga menjadi salah satu alasan mengapa saya mempertaruhkan hidup saya pada suatu waktu untuk memberikan pengertian ke Boko Haram ketika saya dapat berhubungan dengan para pemimpinnya.
Pada tahun 2013, populasi dunia disebutkan mencapai 7,2 miliar orang dengan 1,6 miliar orangnya adalah Muslim, yang berarti bahwa 23% dari dunia adalah Muslim. Implikasinya, satu dari empat orang adalah Muslim. ISIS pada puncaknya memiliki 31.500 pejuang, yang berarti itu hanya 0,001969% dari umat Muslim dunia. Sekarang dengan populasi dunia diatas 7,5 miliar dengan Muslim 1,8 miliar, jumlah orang gila yang mengaku Islam dan berbuat kekejaman di seluruh dunia tidak sampai 200.000, itupun jika kita bermurah hati dengan angka mereka. Mereka masih jauh di bawah 1% dari populasi Muslim global.
“Oleh karena itu, biarkan pesan cinta, perdamaian, kasih sayang dan kebaikan beresonansi dan jangan biarkan orang lain mendikte persepsi agama Anda. Inilah saatnya untuk menggandakan dan bahkan meningkatkan empat kali lipat usaha Anda di bidang pendidikan, kesehatan, layanan penjangkauan dan kemanusiaan sehingga dunia lebih tahu lagi tentang esensi Islam. Biarkan pesan ini bergema bahwa kita harus menerapkan ‘cinta untuk semua dan semua untuk cinta.”
Kontribusi Ahmadiyah
Obasanjo mengatakan: “Orang-orang boleh menyukainya atau tidak, namun kontribusi dari Ahmadiyah pada Islam khususnya dan pembangunan nasional di Nigeria pada umumnya tidak dapat diabaikan begitu saja. Tanpa ada dalih apapun, ini adalah organisasi besar yang telah merintis jalan untuk pendidikan Islam di Nigeria dan meletakkan dasar bagi munculnya para intelektual Muslim yang sangat dihormati dan profesional, yang telah dan terus tercipta. Nigeria bangga dengan kontribusi besar mereka bagi pembangunan bangsa dan pembangunan nasional.
“Meskipun dikatakan bahwa Ahmadiyah resmi didirikan pada tahun 1916, sumber lain menyatakan bahwa beberapa orang telah menerima Ahmadiyah sebelumnya pada tahun 1914. Oleh karena itu Muslim di Nigeria berhutang budi kepada Ahmadiyah yang telah menjembatani kesenjangan antara Islam dan pendidikan Barat yang awalnya dipahami sebagai penyusup oleh para ulama zaman dahulu.
Faktanya adalah ada masa ketika periode kolonial dimana warga yang dianggap ‘baik’ di Nigeria dan di tempat lainnya… yang menunjukkan Orang Afrika dengan darah, Kristen dengan agamanya, dan Inggris atau Perancis dengan budaya dan mengandung arti bahwa seseorang tersebut adalah orang berdarah darah Afrika, yang hanya beragama Kristen dan berbudaya Inggris atau Perancis dengan intelektualitasnya. Dan semua orang lain, baik Muslim, animisme, dll ditoleransi dan ditampung,” sebagaimana yang dicatat oleh Fafunwa (1971). Dan yang terpenting di antara organisasi yang membuktikan bahwa orang bisa menjadi warga negara yang baik tanpa Kristen dengan agamanya atau menjadi Inggris atau Perancis dalam budayanya – adalah Ahmadiyah, dengan latar belakang penekanan pada lembaga pendidikan formal tanpa mengorbankan keyakinan Islam yang masih ada.
“Perlu menjadi catatan, misalnya, bahwa sekolah Muslim pertama di Nigeria didirikan oleh Ahmadiyah dan hal yang sama berlaku untuk rumah sakit Islam dan surat kabar Muslim pertama. Organisasi tersebut telah menjadi titik kumpul bagi para kalangan elit Muslim sejak pertama kali berdiri di Nigeria pada tahun 1916, dan tidak ada keraguan bahwa banyak keberhasilan telah tercatat di semua bidang usaha, terlepas dari tantangan yang dihadapi oleh Jemaat dalam mendirikan eksistensi, relevansi dan penerimaan terhadap mereka. Kita tidak dapat menyangkal fakta bahwa gerakan Ahmadiyah dianggap sebagai gerakan heterodoks oleh mainstream Muslim, dan Muslim Ahmadiyah telah termarginalkan, didiskriminasi dalam berbagai cara, dan kadang-kadang ditindas dengan kekerasan, terutama di Pakistan, di mana mereka dikategorikan sebagai minoritas non-Muslim berdasarkan hukum nasional sebagai hasil upaya para pemimpin politik dan agama negara tersebut pada tahun 1974. Meskipun demikian, umat Islam dan organisasi Ahmadiyah aktif dalam upaya pendidikan, dakwah, dan pembangunan masyarakat di seluruh dunia.
Selain mengucapkan selamat kepada jemaat atas perayaan seratus tahun berdirinya Jemaat Ahmadiyah di Negeria, mantan Presiden juga menyarankan bagi Jemaat untuk terus maju dalam mendefinisikan keberadaan di abad yang selanjutnya, memperkuat Jamaat untuk terus menegakkan prinsip-prinsip yang telah menjadi salah satu faktor pertumbuhan dan memberikan dampak yang luar biasa selama 100 tahun terakhir.
Sumber: Times of Ahmad
Alih Bahasa: Fadhil Ahmad Qamar
Editor: Irfan S. Arditama