MISSISSAUGA, Ont. – Ratusan pengungsi dari Suriah dapat merasakan kebebasan beragama untuk pertama kalinya dalam beberapa tahun terakhir ketika mereka berkumpul pada konferensi dari 25.000 Muslim Ahmadiyah di Mississauga, Ontario, akhir pekan ini.
Wissam Alburaki, 41, membawa serta istri dan tiga anaknya ke Kanada sebagai pengungsi bulan lalu dan mendarat di Calgary dengan melalui rute Kuwait dan Dubai.
Dan sementara Calgary adalah kota di mana keluarganya berencana untuk tinggal, Alburaki berada di sebelah barat dari kota Toronto selama akhir pekan, untuk menghadiri Jalsah Salanah Kanada, yakni pertemuan tahunan Jama’at Muslim Ahmadiyah.
Beliau adalah salah satu dari ratusan pengungsi Suriah yang menghadiri konferensi tersebut, berdasarkan keterangan dari Safwan Choudhry, juru bicara Jemaat Ahmadiyah Kanada.
Jumlah anggota organisasi Islam ini diperkirakan mencapai puluhan juta orang, jelas Choudhry.
Dan acara Jalsah tahun ini bertepatan dengan peringatan genapnya 40 tahun diadakannya Jalsah Salanah di Kanada, yang dihadiri oleh pemimpin spiritual jama’at Ahmadiyah, Khalifah Hazrat Mirza Masroor Ahmad, yang berasal dari Pakistan.
“Sangat sulit untuk mengungkapkan perasaan saya. Sebelumnya, kami hanya melihat ini di TV,” kata Alburaki. “Tapi sekarang kami berada di … kami menjadi bagian dari pertemuan ini. Jadi sangat sulit untuk mengungkapkannya dengan kata-kata, terutama ketika bahasa Inggris bukan bahasa utama Anda.”
Keluarganya bergabung ke dalam Islam Ahmadiyyah pada tahun 1980-an, katanya. Dan sejak itu, dia selalu mendengarkan apa yang khalifah katakan.
Tetapi ketika berada di Kanada, ia mampu mendengarkan sang khalifah berbicara secara langsung untuk pertama kalinya.
“Dengan situasi di negara kita – di Suriah – kita tidak bisa mengadakan acara semacam ini. Acara ini adalah konvensi yang sangat besar. Kami bertemu orang-orang dari seluruh dunia…”
Alburaki mengatakan bahwa tingkat keberagaman, dan kebebasan beragama, adalah sesuatu yang ia tidak dapat rasakan di Suriah dalam beberapa tahun terakhir.
Choudhry menjelaskan bahwa komunitas Ahmadiyah sering dianiaya di dunia Muslim karena komunitas tersebut menafsirkan Al Qur’an dengan cara yang berbeda. Mereka percaya bahwa Messiah atau Al-Masih yang dijanjikan telah datang pada abad ke-19 dan mendukung untuk adanya pemisahan antara urusan masjid (agama) dan urusan negara.
Penganiayaan ini juga terjadi di Suriah, Choudhry mengatakan, di mana banyak Muslim Ahmadiyah dipaksa untuk menjalankan peribadatan secara rahasia.
“Bagi banyak orang, hal tersebut sebenarnya lebih dari sekedar kebebasan berbicara, yakni untuk dapat mempraktekkan kepercayaannya dan beribadah kepada Tuhan Anda dengan cara yang Anda inginkan, dan tak seorang pun akan keberatan dengan hal itu,” katanya.
“Anda bisa membayangkan betapa memuaskan dan hebatnya bagi mereka untuk mengetahui bahwa mereka dapat mempraktekkan keimanan mereka dalam suasana yang damai. Banyak dari pengungsi Suriah … tidak pernah bisa membayangkan untuk dapat mendatangi konvensi seperti ini di Suriah.”
Alih bahasa: Fadhil Ahmad Qamar
Editor: Irfan S. Ardiatama