Jakarta– Aktivis perempuan, Musdah Mulia memuji kepemimpinan spiritual Khilafat Ahmadiyah dalam Perayaan Hari Khilafat Islam Ahmadiyah di Balai Besar, Jakarta.
Berada sejak 100 tahun lalu di Indonesia dengan sistem Khilfat Islam Ahmadiyah, komunitas agama ini dianggap memiliki berbagai kekuatan dan dedikasi besar bagi bangsa.
Hal ini diungkapnya dalam Perayaan Hari Khilafat Islam Ahmadiyah di Balai Besar Pelatihan Kesehatan (BBPK), Jakarta.
Kedisiplinan organisasi, kekuatan spiritual yang mengikat setiap jamaah, fokus pada kualitas pengikut daripada kuantitas, serta pandangan yang mengedepankan perdamaian dan persatuan menjadi landasan yang memperkuat Khalifah Islam Ahmadiyah.
“Pertama, kekuatan Ahmadiyah terletak pada kedisiplinan organisasi yang sulit didapatkan di berbagai organisasi lain. Kedua, kekuatan spiritualnya. Setiap jamaah Ahmadiyah merasa terikat secara spiritual, bukan secara politis atau ekonomi,” tutup Musdah.
Dalam perayaan yang dihadiri oleh ratusan peserta dari berbagai kalangan, termasuk akademisi, agamawan, aktivis, dan masyarakat umum, Musdah Mulia juga mengungkapkan kekuatan yang telah menjaga Khalifah Islam Ahmadiyah agar bertahan selama 100 tahun di Indonesia.
Musdah Mulia menekankan bahwa Khilafat Ahmadiyah adalah jenis kepemimpinan yang sangat mengutamakan spiritualitas, sebuah keunggulan yang sulit ditemukan di kalangan umat Islam yang banyak fokus pada aspek politis.
“Bagi saya, khilafat Ahmadiyah adalah sebuah kepemimpinan yang mengedepankan spiritualitas. Ini adalah satu kehebatan dalam organisasi Ahmadiyah yang mampu membangun kekuatan spiritual tanpa harus terlibat dalam hal-hal politis, terutama politik praktis,” katanya pada Warta Ahmadiyah pada Sabtu, 25 Mei 2024.
Pentingnya model kepemimpinan Ahmadiyah yang lebih mengutamakan kualitas spiritual diakui oleh Musdah Mulia. Ia menegaskan bahwa dengan fokus pada penguatan spiritualitas, kepentingan politis yang pragmatis dapat dikesampingkan demi kesejahteraan dan kemajuan umat.
“Dengan penguatan kualitas spiritual, kesejahteraan dan kemajuan umat bisa dikembangkan tanpa terganggu oleh kepentingan politis yang pragmatis dan jangka pendek. Saya sangat mengapresiasi Ahmadiyah untuk mengembangkan khilafat yang lebih fokus pada penguatan spiritualitas bagi umat,” tambahnya.
Musdah Mulia juga mengomentari tuduhan ketidaktaatan yang dialamatkan kepada Ahmadiyah terhadap NKRI.
Ia mengakui bahwa tuduhan semacam itu tidak dapat dihindari, namun menekankan bahwa Islam Ahmadiyah tetap memperkuat nilai-nilai kebangsaan dan kebhinekaan.
Sementara itu, Ahmadiyah memperkuat pandangan cinta dan persaudaraan melalui prinsip “love for all, hatred for none”.
“Tuduhan seperti itu tidak bisa kita hindari. Pasti ada saja orang yang cemburu atau tidak paham,” ungkapnya.