Jakarta– Aktivis perempuan, Musdah Mulia apresiasi kepemimpinan spiritual Khilafat Ahmadiyah dalam Perayaan Hari Khilafat Islam Ahmadiyah di di Balai Besar Pelatihan Kesehatan (BBPK), Jakarta.
Ia juga mengungkap kekuatan yang telah menjadikan Khalifah Islam Ahmadiyah mampu bertahan selama 100 tahun di Indonesia pada Sabtu, 25 Mei 2024.
Perayaan ini diadakan oleh Forum Esoterika Forum Spiritualitas, dihadiri ratusan peserta dari berbagai kalangan seperti akademisi, agamawan, aktivis, serta masyarakat umum.
Khilafat Ahmadiyah sebagai Kepemimpinan Spiritual
Musdah Mulia menjelaskan bahwa Khilafat Ahmadiyah adalah jenis kepemimpinan yang sangat mengutamakan spiritualitas.
Menurutnya, ini adalah keunggulan organisasi Ahmadiyah yang berhasil membangun kekuatan spiritual tanpa perlu terlibat dalam politik, terutama politik praktis.
Ia mencatat bahwa hal ini sulit ditemukan di kalangan umat Islam, karena banyak kelompok keagamaan yang lebih fokus pada aspek politis. Namun, Ahmadiyah telah melampaui batasan tersebut.
“Bagi saya, khilafat Ahmadiyah adalah sebuah kepemimpinan yang mengedepankan spiritualitas. Ini adalah satu kehebatan dalam organisasi Ahmadiyah yang mampu membangun kekuatan spiritual tanpa harus terlibat dalam hal-hal politis, terutama politik praktis,” ujarnya.
Musdah menekankan pentingnya umat Islam atau organisasi lain untuk meniru model ini, di mana kualitas spiritual lebih diutamakan.
“Dengan penguatan kualitas spiritual, kesejahteraan dan kemajuan umat bisa dikembangkan tanpa terganggu oleh kepentingan politis yang pragmatis dan jangka pendek. Saya sangat mengapresiasi Ahmadiyah untuk mengembangkan khilafat yang lebih fokus pada penguatan spiritualitas bagi umat,” tambahnya.
Tanggapan Terhadap Tuduhan Ketidaktaatan Ahmadiyah pada NKRI
Musdah Mulia mengakui bahwa tuduhan terhadap Ahmadiyah tidak bisa dihindari, karena tidak memahami dan mengenal dengan baik.
“Tuduhan seperti itu tidak bisa kita hindari. Pasti ada saja orang yang cemburu atau tidak paham,” ungkapnya.
Namun, ia menekankan bahwa Islam Ahmadiyah berperan penting dalam mengembangkan literasi yang menunjukkan bahwa anggota Ahmadiyah tidak menolak nilai-nilai kebangsaan dan kebhinekaan.
Bahkan, Ahmadiyah memperkuat nilai-nilai tersebut dengan mengusung prinsip “love for all, hatred for none”, yang menekankan cinta dan persaudaraan untuk semua, termasuk terhadap musuh.
“Bahkan Ahmadiyah ikut serta memperkuat nilai-nilai tersebut dengan mengembangkan pandangan ‘love for all, hatred for none,”jelas Musdah.
Kekuatan Jemaat Muslim Ahmadiyah yang Bertahan 100 Tahun di Indonesia
Menjelang akhir sesi, Musdah Mulia menjelaskan faktor-faktor yang membuat Jemaat Muslim Ahmadiyah mampu bertahan selama 100 tahun.
Musdah Mulia menjelaskan bahwa ada beberapa faktor penting yang membuat Jemaat Muslim Ahmadiyah mampu bertahan selama 100 tahun.
Pertama, kedisiplinan organisasi yang kuat. Kedua, kekuatan spiritual yang mengikat setiap jamaah secara spiritual, bukan politis atau ekonomis.
“Pertama, kekuatan Ahmadiyah terletak pada kedisiplinan organisasi yang sulit didapatkan di berbagai organisasi lain. Kedua, kekuatan spiritualnya. Setiap jamaah Ahmadiyah merasa terikat secara spiritual, bukan secara politis atau ekonomi,” katanya.
Ketiga, fokus pada kualitas daripada kuantitas pengikut. Keempat, pandangan mereka tentang perdamaian dan persatuan.
“Ketiga, Ahmadiyah lebih mengedepankan kualitas. Mereka tidak berdakwah memaksa orang mengikuti Ahmad. Mereka tidak perlu punya pengikut yang banyak, tetapi sedikit dan berkualitas. Keempat, pandangan tentang perdamaian dan persatuan,” tutup Musdah.