YOGYA (KR) – Membangun bangsa perlu dilandasi prinsip cinta untuk semua, tanpa ada benci sedikit pun kepada orang lain (Love For All Hatred For None), karena itu sesuai dengan sifat Ar-Rahman (maha pengasih) dan Ar-Rahim (maha penyayang) yang dimiliki Allah SWT. Cinta itu menggambarkan masa depan yang selalu hidup dan tumbuh. Sedangkan benci menggambarkan masa lalu yang busuk dan mati
“Itulah pesan yang ingin kita kuatkan dan sampaikan ke seluruh penjuru dunia,” kata Ketua Jemaat Ahmadiyah Indonesia (JAI) Yogyakarta H Ahmad Saifudin Mutaqi kepada KR di sela acara silaturahmi lintas agama bertema ‘Renungan Akhir Tahun dan Harapan’ di Hotel Museum Batik, Jalan Dr Sutomo Yogyakarta, Minggu (22/12). Silaturahmi yang diselenggarakan JAI Yogyakarta ini dihadiri puluhan tokoh lintas agama dengan menampilkan tujuh pembicara. Antara lain Dr H Arqom Kuswanjono, Ir I Wayan Sumerta, Ki Demang Wangsafiuddin, Julius Felicianus, Elga Sarapung, Mulyadi Hondodento, Irwan Mazduki MA dan Rektor Universitas Janabadra Yogyakarta DR Suharyanto. Sebagai keynotes speaker Leonard C. Epafras dari Indonesian Consortium for Religious Studies (ICRS).
Menurut Saifudin, selain prinsip cinta dalam membangun bangsa, kejujuran dan keadilan para pemimpin bangsa terhadap rakyat juga menjadi syarat utama. Karena hanya dengan sifat jujur dan adil dari pemimpin dalam melaksanakan konstitusi, kesejahteraan rakyat bisa terwujud. Saifudin menjelaskan, hasil dari silturahmi lintas iman ini nantinya akan dibukukan dan dibagikan kepada masyarakat. “Inilah hal positif dari kita dalam kontribusi membangun kebersamaan kehidupan berbangsa dan bernegara,” katanya.
Sementara itu, Amir Daerah JAI Daerah Istimewa Yogyakarta, Ir H Haryana Soeroer MArc mengatakan, manusia dilahirkan sudah diberi semangat Muthmainnah oleh Allah SWT. Sehingga dengan ridho Allah, manusia akan dapat mencapai kedamaian dan kebahagiaan.
Sumber : Koran Kedaulatan Rakyat (KR) hari Selasa, 24 Desember 2013 halaman 10.