Kekerasan di media massa adalah bentuk publikasi cetak dan tayangan fisik maupun verbal oleh media yang menampilkan tulisan, aksi, dan ucapan yang berbau kekerasan
JAKARTA – Serikat Jurnalis untuk Keragaman (SEJUK) bersama Dewan Pers mengadakan diskusi bertema ‘Menuju Penerapan Panduan Jurnalisme Keragaman’, Selasa (12/4) di Gedung Dewan Pers, Jakarta Pusat.
Diskusi yang dihadiri wartawan dari berbagai media massa ini juga diikuti oleh perwakilan Media Center Jamaah Ahmadiyah Indonesia.
Yosep Adi Prasetyo, salah satu pembicara menyoroti soal media violence. Menurut Wakil Ketua dan Komisioner Komnas HAM periode 2007-2012 ini hal tersebut terjadi akibat isi media yang mengandung kekerasan.
“Kekerasan di media massa adalah bentuk publikasi cetak dan tayangan fisik maupun verbal oleh media yang menampilkan tulisan, aksi, dan ucapan yang berbau kekerasan,” ujar pria yang saat ini menjabat sebagai Ketua Dewan Pers.
baca juga : [feed url=”http://warta-ahmadiyah.org/acara-izaz-e-party-jamiah-penghormatan-terhadap-sang-mujahid-dakwah.html#/feed/” number=”3″]
Menurutnya bentuk kekerasan di media massa dapat berupa kata-kata sampai dengan siaran dan rekonstruksi kekerasan yang dapat ditonton dan didengarkan di televisi. Yosep juga menggarisbawahi tugas utama jurnalistik sebagai pengungkap kebenaran. Menurutnya kebenaran dalam jurnalistik bukan kebenaran mutlak namun bersifat fungsional.
“Kebenaran yang diyakini pada saat itu dan terbuka untuk koreksi. Komitmen utama jurnalisme adalah pada kepentingan publik. Kepentingan pribadi, kelompok atau kepentingan pemilik media harus selalu di tempatkan di bawah kepentingan publik. Setiap redaksi membuat news agenda tentang keragaman” jelasnya.
Andy Budiman dari SEJUK menjelaskan tentang bagaimana proses penyusunan pedoman yang meliputi isu keragaman. Ia menyebut saat ini banyak pemberitaan yang laporannya cendrung tidak lengkap.
“Laporan haruslah lengkap. Begitu juga dengan latar belakangnya. Harus lengkap,” tegas Andy.
Hadir juga Ketua Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Indonesia Suwarjono. Ia memberi penekanan kepada para jurnalis yang harus memiliki bekal khusus dalam peliputan.
Kontributor : Lisnawati
Editor : Talhah Lukman Ahmad