Tasikmalaya – Aktivis Komunitas Bank Sampah Cigalontang menyambangi Masjid Baiturrahim milik Jemaat Ahmadiyah Singaparna yang berada di Kampung Babakan Sindang.
Kedatangan mereka pada Jumat 5 Juli 2024 atas ajakan Herdianauntuk berpartisipasi dalam gerakan donor darah.
Selain itu, Komunitas Bank Sampah juga ingin melihat dan mengetahui seluk beluk tentang Ahmadiyah dengan bertanya langsung pada sumbernya.
Usai mendonorkan darah, para aktivis diajak untuk berkeliling kompleks Masjid Baiturrahim. Masjid yang dibangun pada tahun 1925 ini begitu menarik perhatian mereka.
Memasuki area tempat sholat, Heris mempersilakan para aktivis untuk mencari perbedaan masjid Ahmadiyah dengan masjid lain pada umumnya.
Dari mulai mimbar yang bertuliskan kalimat Laa ilaaha illallah Muhammadur Rasulullah, hiasan kaligrafi bertuliskan Allah dan Muhammad, serta tumpukan kitab suci Al-Quran, semuanya tak luput dari penglihatan para aktivis.
Al-Qur’an dengan terjemah dan tafsir terbitan Ahmadiyah pun dipastikan sama dengan Al-Qur’an pada umumnya yang diawali dengan Surat Al-Fatihah dan Surat An-Nas sebagai penutup.
Pembicaraan makin menghangat dengan pembahasan tentang keyakinan Ahmadiyah terhadap Rasulullah dan Imam Mahdi.
“Ahmadiyah bukanlah agama baru, karena keyakinan terhadap Mirza Ghulam Ahmad sebagai Imam Mahdi tidak membawa syariat baru, tapi meneruskan syariat Nabi Muhammad SAW yaitu Islam dengan kitab sucinya Al-Qur’an” jelas Heris.
Salah satu aktivis Bank Sampah Cilembu, Dedeh mengakui jika informasi yang beredar di masyarakat saat ini banyak yang salah.
Hal senada diungkapkan oleh Ati yang mengatakan jika kedatangan ke sekertariat Jemaat Ahmadiyah Singaparna ini memang untuk mencari tahu.
“Makanya kami memilih bertanya dan datang langsung ke sini untuk membuktikan berita itu. Jadi, kami juga bisa menjelaskan pada masyarakat yang lain bahwa Ahmadiyah itu sama solatnya, sama kitab sucinya, sama Nabi-nya,” jelas Ati, aktivis lainnya.
Dijelaskan juga bahwa Ahmadiyah sebagai organisasi internasional tersebar di berbagai negara dengan satu pimpinan rohani yaitu Khalifatul Masih V, Hazrat Mirza Masroor Ahmad atba.
Heris menjelaskan untuk penyebaran Islam ke seluruh dunia, para Ahmadi rutin mendermakan sebagian rezekinya setiap bulan yang disebut dengan Candah.
Selain meninjau tempat solat, para aktivis juga diajak untuk melihat area pemakaman yang terletak di belakang masjid.
Beberapa tonggak dengan bendera merah putih menandakan bahwa jasad yang terkubur di sana adalah para Ahmadi yang mendapat gelar pahlawan dari pemerintah.
“Selain donor darah, Ahmadiyah juga merupakan komunitas pendonor mata terbesar. Setiap Ahmadi yang meninggal dunia, mereka mendonorkan kornea matanya untuk kemanusiaan. Setelah korneanya diambil, langsung dikirim ke Bank Mata. Jadi, Bank Mata-lah yang memberikan pada mereka yang membutuhkan sesuai antrian di sana,” jelas Ketua Lajnah Imaillah Singaparna.
Selain Masjid Baiturrahim, para aktivis juga menyambangi Masjid Al-Aqso yang terletak di Kampung Badak Paeh.
Di akhir kunjungan mereka pun mendapatkan penjelasan tentang pengobatan Homeopathy dari Muhamad Ali, Mubaligh Singaparna. *
Kontributor: Rahma Candra
Editor: Talhah Lukman A