Medan -Perwakilan Ahmadiyah Sumatra Utara menghadiri undangan dialog lintas iman. Acara yang digagas oleh The Lutheran World Federation, suatu perkumpulan gereja-gereja dunia beraliran Lutheran ini mengambil tema tentang ‘Bersama Merawat Bumi’ di Restoran Koki Sunda, Kota Medan, Jum’at (13/12/2019). Sepuluh orang Ahmadi dari MKAI maupun LI turut hadir menyemarakan kegiatan seminar tersebut.
Para tokoh dari berbagai keyakinan dan para aktivis peduli lingkungan hidup memberikan pandangannya dari berbagai perspektif masing-masing.
Hadir antara lain aktivis lingkungan hidup Diak. Sarah Naibaho, wanita asal Kabupaten Dairi, Sumatera Utara dan juga Hotlin Omposunggu, praktisi lingkungan hidup dari Provinsi Kalimantan Barat. Mereka bercerita tentang liku-liku perjuangan bersama masyarakat yang peduli lingkungan untuk terus menjaga kelestarian hutan Indonesia.
Sementara itu pentingnya usaha untuk menjaga kelestarian alam dalam perspektif agama disuarakan juga oleh Pdt. DR. Batara Sihombing, M.Th, Selaku Sekjen Huria Kristen Indonesia, Bhante Dhirrapunno sebagai Bhikku dari Budha, Wanri Lumbanraja dari Parmalim, Purjatian Azhar, M.Hum sebagai Sosiolog dari UINSU dan Maulana Muhammad Idris, Mubaligh Jemaat Ahmadiyah Sumatera Utara.
Dalam pemaparannya, Maulana Muhammad Idris menyebutkan ada 100 lebih ayat dalam Alquran yang menyerukan betapa penting menjaga kelestarian alam, dan lebih dari 20 ayat melarang manusia untuk berbuat kerusakan di muka bumi.
“Tuhan alam semesta ini bersifat Rabbul alamiin, Rabb artinya juga adalah pemelihara, maka kita pun hendaknya merefleksikan dari sifat Tuhan tersebut, yaitu sebagai manusia yang memelihara alam semesta ini, bukan malah sebaliknya, membuat kerusakan di dalamnya”, ujar beliau.
Mengutip statement dari Hadhrat Khalifatul Masih IV (rh) dalam bukunya “Absolute Justice, Kindness, and Kinship” yang menyatakan bahwa alam semesta bergantung kepada hukum-hukum alam yang bersandar kepada ‘balance’ (keseimbangan) dan ‘equilibrium’ (kesetimbangan). Jika ‘balance’ dan ‘equilibrium’ tidak dijaga, maka Alam semesta akan menuju kepada kehancuran.
Kiprah Humanity First dan Komunitas Clean the City juga dipaparkan sebagai wujud kepedulian dan langkah nyata Jamaat Ahmadiyah atas isu menjaga kelestarian lingkungan hidup dan alam semesta.
Acara semakin menarik ketika terjadi tanya jawab antara peserta dengan narasumber, tidak ketinggalan Gunawan selaku Koordinator CTC SUMUT 01 menyerukan aksi nyata peduli lingkungan dengan mengundang seluruh peserta untuk turut serta dalam acara Clean The City pada 1 Januari 2020 di Kota Medan.
Para peserta lainnya menyuarakan bahwa komunitas terbesar yang ada di dunia ini adalah komunitas dalam bidang keagamaan dibandingkan komunitas lainnya sehingga dengan adanya pertemuan para tokoh-tokoh agama dan keyakinan pada acara ini bisa menghimbau kepada umatnya masing-masing untuk peduli kepada lingkungan, karena menjaga kelestarian alam adalah demi kepentingan bersama dan juga kewajiban bersama tanpa memandang keyakinan apapun itu.
Diskusi ini diikuti sebanyak 65 peserta dari mahasiswa USU, UINSU, UNIMED, STT Abdi Sabda dan komunitas keagamaan Parmalim, HKI, Jemaat Ahmadiyah, KBI, LWF, BARSDem dan undangan lainnya. Acara dialogpun diakhiri dengan makan malam dan foto bersama.
Kontributor : Mln. Nasrun A.M