Rabu (27/02) pukul 19.00 wib MKAI (Pemuda Ahmadiyah) Wilayah Sumatera Utara 1 berhasil mengadakan event “Coffee and Cake”. Acara ini dilaksanakan di Copa Coffee, Medan Timur. Acara dihadiri oleh 50 orang dari berbagai komunitas perdamaian seperti KBI (Komunitas Bela Indonesia), INGAGE (Interfaith New Generation Initiative and Engagement), YIPC (Youth Interfaith Peacemaker Community),P Parmalim, dan tamu undangan lainnya.
Event ini adalah ajang bagi berbagai komunitas untuk saling sharing dan berdiskusi berbagai topik untuk menguatkan nilai-nilai toleransi dan kebangsaan, ungkap Gunawan (Qaid Wilayah MKAI SUMUT 1) yang juga sebagai moderator acara. Acara Coffee and Cake kali ini mengusung tema diskriminasi terhadap minoritas.
Pembicara pertama mewakili Ahmadiyah adalah Mln. Muhammad Idris. Beliau menyampaikan bahwa ‘Universal values’ seperti tolerance, peace, freedom, human dignity dan lain-lain ada di dalam setiap ajaran-ajaran agama di dunia. Demikian juga Islam sangat menjunjung tinggi nilai-nilai cinta kasih dan toleransi serta menentang segala bentuk diskriminasi terhadap minoritas.
Dalam sejarah permulaan Islam bisa dilihat bagaimana Rasulullah (Saw) menetapkan 47 pasal dalam piagam Madinah yang salah satu esensinya juga melindungi hak-hak kaum Yahudi dan Arab non Muslim dari penistaan dan gangguan siapapun.
Mereka semua memiliki hak yang sama sebagai sesama umat yang tinggal di Yastrib. Beliau juga mengusulkan beberapa poin kepada hadirin dalam rangka mengikis diskriminasi terhadap minoritas diantaranya dengan memperkuat nilai-nilai dan komitmen kebangsaan kita bahwa bangsa ini berdasar Pancasila dengan Bhineka Tunggal Ika nya, memperkuat rasa cinta tanah air serta kesetiaan terhadap konstitusi negara kita, meneladani Rasulullah (Saw) sebagai perwujudan rahmatan lil ‘Aalamiin dengan mempraktekkan slogan ‘Love for all hatred for none’ dalam amalan sehari-hari.
Petrus Siol Saragi perwakilan dari INGAGE menyampaikan ketidaksepakatannya dengan istilah mayoritas dan minoritas. Beliau juga menyampaikan pengalamannya dalam kegiatan Interfaith yang membuatnya bisa memahami yang berbeda tanpa justifikasi dan diskriminasi. Para pemuda harus mengambil peran mereka untuk banyak berkarya dan berbuat hal-hal yang positif sebagai upaya menentang segala bentuk diskriminasi ini.
Bhante Dhirrapunno yang merupakan rohaniawan Buddha menyampaikan bahwa jika ada cinta dan kasih sayang maka tidak akan ada diskriminasi. Dengan cinta tidak ada mayoritas dan minoritas. Ketika kita mendapatkan perlakukan yang tidak baik janganlah sangkutpautkan dengan agama dan keyakinan orang tersebut. Dan beliau menekankan bahwa keadilan adalah jalan untuk menuju perdamaian dan keharmonisan.
Delfi Siregar mewakili KBI menyampaikan bahwa Pancasila adalah ideologi yang ideal untuk bangsa kita ini yang multikultur. Bung Karno pernah menyampaikan dalam sidang PBB bahwa tidak hanya di Indonesia, Pancasila pun sangat cocok untuk diterapkan di dunia sehingga dapat tercipta keamanan dan kedamaian. Beliau menghimbau kepada para hadirin untuk dapat memahami lebih dalam mengenai Pancasila dan mempraktekan dalam hidup sehari-hari sehingga kita dapat mencegah diskriminasi terhadap siapapun ini dapat terjadi.
Acara selanjutnya adalah forum tanya jawab dan penyampaian statement dari para peserta diskusi. Mewakili Parmalim menyampaikan bahwa mereka ini sudah tidak asing lagi dengan diskriminasi.
Bapak Junaidi dari Ahmadiyah menyampaikan apresiasi yang tinggi untuk acara ini dan kalau bisa dibuat dengan skala yang lebih besar lagi. Surya dari KBI menyampaikan mengenai pentingnya memviralkan konten-konten positif di medsos. Acara berlangsung hingga pukul 22.00 yang akhirnya ditutup oleh moderator dengan pesan bahwa acara ini bukan yang pertama dan terakhir namun akan ada acara serupa selanjutnya.
Kontributor : Gunawan