Surabaya – Ketaatan menjadi modal dasar setiap orang yang beriman, karena Islam lahir bukan menimbulkan masalah, tapi sebaliknya Islam lahir menjadi solusi permasalahan dunia. Untuk itu di masa pandemi Covid-19 ini yang dibutuhkan adalah ketaatan terhadap protokol kesehatan yang dikeluarkan pemerintah.
Dengan menjalankan ketaatan berarti seseorang membantu pemerintah untuk memutuskan mata rantai penyebaran virus tersebut.
Diantaranya adalah tetap menjaga jarak, hindari keramaian atau tidak berkerumun. Misalnya menjalankan shalat Id di dalam rumah masing-masing bersama keluarga.
Pemerintah dalam hal ini Presiden Joko Widodo yang menegaskan bahwa kebijakan untuk beraktivitas produktif di rumah perlu dilakukan untuk menekan penyebaran Covid-19.
Dalam konferensi pers di Istana Bogor Presiden Jokowi pada Senin (16/3/2020) mengatakan bahwa “Kebijakan belajar dari rumah, bekerja dari rumah, dan ibadah di rumah perlu terus digencarkan untuk mengurangi pengurangan penyebaran Covid-19”.
Contoh nyata kepatuhan kepada aturan pemerintah dalam masyarakat adalah apa yang dilakukan para anggota Jemaah Ahmadiyah (muslim ahmadi) yang dengan mudahnya mentaati peraturan pemerintah itu.
Muslim ahmadi yang tersebar di Jawa Timur 1 seperti Surabaya, Sidoarjo, Gresik, Tuban, Mojokerto dan lainnya, dengan senang hati menjalankan imbauan beribadah shalat Idul Fitri di rumah masing-masing. Ahad (24/5).
Ir. H. Hamid Ahmad, Ketua DPW Jemaah Ahmadiyah Indonesia Jawa Timur mengatakan bahwa kesediaan para anggotanya secara suka cita melaksanakan imbauan pemerintah merupakan gambaran sebenarnya Ahmadiyah selalu tunduk pada pemerintah yg sah dimana saja berada.
“Pada saat pemerintah menyeru umat Islam supaya tahun ini menyelenggarakan shalat Id di rumah masing-masing, kami muslim ahmadi di Jawa Timur dengan senang hati menyambut dan mematuhinya”, terangnya.
Masih Hamid. “Anjuran pemerintah itu sangat sesuai dengan perintah Khalifah Ahmadiyah, hendaknya para ahmadi dimana saja berada selalu taat kepada aturan pemerintah. Termasuk berkaitan dengan pencegahan Covid-19 yang sedang kita hadapi. Apa yang kami lakukan ini menggambarkan bahwa Jemaah Ahmadyah selalu tunduk pada pemerintah yang sah dimana saja berada”.
Amir Daerah Jatim 1, Budiono saat diwawancarai di kediamannya usai shalat Id menyampaikan bahwa, “Para ahmadi dimana saja termasuk di Jawa Timur begitu mudah mentaati imbauan pemerintah untuk beribadah id di rumah, motivasinya adalah firman Allah Ta’ala dalam QS. An-Nisa: 59, Wahai orang-orang yang beriman taatlah kepada Allah, taatlah kepada Rasul dan pemimpin diantaramu”.
“Jelas dari sini bisa dilihat bahwa ketaatan adalah modal dasar orang-orang beriman dalam hidupnya. Baik itu ketaatan kepada pemimpin ruhani maupun duniawi. Selama perintah itu tidak bertentangan maka wajib hukumnya kita ikuti. Jadi motivasi seorang ahmadi itu bisa begitu mudah melaksanakan imbauan pemerintah, karena pemerintah merupakan ulil amri yang wajib kita taati peraturan-peraturannya selama tidak bertentangan dengan syariat Islam”, terang Budiono.
Lebih lanjut, Budiono mengatakan bahwa, “Kami warga ahmadi tentunya ingin setiap prilaku dan ucapan mempunyai nilai ibadah. Untuk mengimplementasikan nilai ibadah itu, salah satunya adalah dengan mentaati peraturan yang dikeluarkan oleh pemerintah untuk ibadah Id di masa covid-19 di rumah-rumah bersama keluarga. Dengan harapan jangan sampai kita menjadi bagian dari penyebarannya. Dengan cara menjaga jarak, tidak berkumpul bergerombol di satu tempat”.
Menurut Budiono, ketaatan para ahmadi terhadap intruksi-intruksi pemerintah dijalankan dengan sukarela juga dikarenakan ada seruan dari Khalifah Islam Ahmadiyah dunia.
“Khalifah kami Hadhrat Mirza Masroor Ahmad juga memberi seruan kepada kami diseluruh dunia bahwa setiap ahmadi untuk mentaati pemerintah dan beribadah di rumah dengan mengajak keluarga selama covid-19 ini masih berlangsung”, ungkapnya.
Budiono juga mengajak masyarakat Jawa Timur untuk bersama-sama melaksanakan imabauan pemerintah.
“Kami mengajak saudara-saudara lainnya untuk bersama-sama melaksanakan imbauan pemerintah dengan menjaga kebersihan lingkungan, kesehatan, jaga jarak, hindari berkerumun/tidak berkumpul pada satu tempat. Semoga tindakan dan amal kita bisa membantu pemerintah dalam mencegah penyebaran covid-19 ini”, ajaknya.
Seorang Ahmadi Surabaya, Dino Hadrian Rivai menyampaikan bahwa kepatuhan para ahmadi kepada pemimpin merupakan kebiasaan yang sudah berjalan sejak lama di internal Jemaah Ahmadiyah.
“Di dalam Jemaat Ahmadiyah patuh kepada pimpinan dalam hal yang baik, sami’na wa atho’na sudah lama menjadi kebiasaan para ahmadi. Dalam hal ini pimpinan tertinggi Jemaah Ahmadiyah Internasional, Hadhrat Mirza Masroor Ahmad memberikan petunjuk agar semua ahmadi mengikuti aturan pemerintah setempat untuk mengurangi penyebaran virus covid-19 ini. Maka kita semua mengikuti anjuran tersebut. Itu untuk kebaikan kita, keluarga, juga masyarakat”, jelasnya.
Masih Dino. Hal itu dilakukan karena terdapat tanggungjawab besar sebagai bagian dari masyarakat atau bangsa Indonesia. Yaitu, membantu melaksanakan apa yang dianjurkan pemerintah untuk kebaikan bersama.
“Ada tanggungjawab besar yang diamanahkan kepada kita sebagai bagaian dari warga Negara, untuk saling membantu apa yang sudah dianjurkan pemerintah untuk tidak ikut menyebarkan virus ini tanpa sengaja kepada orang lain”, kata Dino.
Lebih lanjut, Dino menerangkan bahwa ada hikmah yang besar bagi semua untuk dapat belajar jalankan shalat Id secara mandiri bersama keluarga terdekat. Juga dapat merasakan pengalaman saudara-saudara se-muslim di Negara-negara non-muslim yang tidak ada kerabatnya, melaksanakan shalat id mandiri dengan keluarga kecilnya.
Senada dengan itu, seorang ahmadi dari kecamatan Taman, Sidoarjo bernama Nyaman pun memiliki pengalaman yang sama. Shalat id kali ini terasa berbeda dari sebelumnya.
“Pengalaman shalat Id dirumah sangatlah berbeda dengan mengerjakannya di dalam Masjid seperti tahun-tahun sebelumnya. Alhamdulillah, saya mendapat karunia menjadi imam dan khatib id bagi keluarga saya. Kami bisa shalat id dengan keluarga dan bisa berkumpul bersama, sehingga kedekatan dan suasana bahagia lebih dapat kami rasakan lagi. Dikarenakan ini imbauan dari pemerintah, maka kami taati. Semoga semua ini segera berakhir dan kita bisa beraktivitas seperti sediakala”, ungkapnya.
Begitu juga anggota Jemaah Ahmadiyah cabang Surabaya, Bener Jaelani memiliki pengalaman mengesankan pada shalat Id tahun ini, berkat ketaatannya pada pemimpin.
“Untuk pertama kalinya dalam pengalaman hidup saya, bahwa keharusan melaksanakan shalat ‘idul Fitri di rumah merupakan bagian yang sedemikian bernilai dari upaya membantu dan mewujudkan usaha pemerintah dalam memutus rantai penularan pandemi Covid-19. Ini semua juga merupakan ketaatan kami akan anjuran Hadhrat Khalifatul Masih V (Hudhur) agar para ahmadi mentaati aturan pemerintah. Para suami yang mungkin tidak terbiasa, waktu ini berkenan mempersiapkan dirinya menjadi Imam sekaligus Khatib ‘id Fitri bagi keluarganya masing-masing”, jelas Jaelani.
Menurut Jaelani, berkat ketaatannya sebagai seorang mukmin dan ahmadi, ia merasakan betapa kasih sayang Allah Sang Maha Pemelihara sedang mewujudkan kehendak-Nya dan menampakkan, bahwa betapa berlimpah ruahnya berkat itu ketika seseorang tetap setia pada ketaatan.
Kesan lainnya, sebagai seorang ahmadi yang tinggal di lingkungan masyarakat menyaksikan hampir semua orang mengalami, bahwa musim Idul fitri di tahun ini euforia bahana takbir awal Syawal dan segala macam tradisinya yang lazim berada di masjid-masjid jami’ “diboyong” ke rumah masing-masing.
Kemudian, Awi Eko Laksono, seorang ahmadi tinggal di Krian, Sidoarjo juga mempunyai kesan tersendiri pada idul fitri tahun ini.
“Hari raya idul fitri kali ini kami melaksanakan shalat Id di rumah bersama istri dan tiga anak untuk pertama kalinya. Hal ini selain bagian dari solusi penghambat atau pencegahan penyebaran Covid-19, juga merupakan bagian dari ketaatan kami kepada Hadhrat khalifah, imam Jemaah Ahmadiyah, dan pemerintah yang dalam hal ini sejalan sepemikiran. Dan memang kami memang diperintahkan untuk taat dengan pemerintah setempat”, jelas Awi.
Selanjutnya Awi mengungkapkan bahwa, “ternyata kami menemukan suatu kebersamaan yang lebih ketika kami mengerjakan shalat id berjamaah di rumah. Yang mana saya bertindak sebagai imam dan khatibnya. Meskipun di lingkungan perumahan kami itu ada yang menyelenggarakan shalat id berjamaah di masjid, tetapi kami lebih memilih taat pada imbauan pemerintah dan Khalifah”.
Menurutnya, kesan lainnya dari shalat id di rumah bersama keluarga lebih dapat mengeratkan, mendekatkan, dan dapat merasakan kebersamaan begitu kuat di dalam suatu keluarga. Apalagi dalam masa-masa sedang menghadapi pandemi Covid-19, kebersamaan itu penting dan perlu, agar seseorang selamat dari virus ini.
Orang yang dikaruniai tiga anak asal Kediri itu juga menyampaikan bahwa lingkungannya masuk zona merah.
“Kami tinggal di lingkungan zona merah, dan sudah ada beberapa orang yang meninggal dan beberapa yang positip. Bahkan di RW kami ada yang ODP karena ia berbaur dengan orang yang positip. Sehingga perintah untuk tinggal dan shalat di rumah merupakan sesuatu yang strategis, demi menjaga kesehatan. Ini merupakan kebijaksanaan yang tepat dari pemerintah ataupun dari Khalifah kami”, imbuhnya. [Budiono-Awi-Dino]