Minggu (02/12) – Tiga orang perwakilan Ahmadiyah Manislor ikuti training riset dan penulisan “Mentoring Hasil Penelitian dan Penulisan Populer Revitalisasi Tradisi Kabupaten Kuningan”, bersama para pemuda dan pemudi Kabupaten Kuningan dari berbagai latar belakang agama dan kepercayaan. Acara ini diselenggarakan oleh YBAW (Yayasan Bani Kyai Haji Abdurahman Wahid), bertempat di Hotel Horison Tirta Sanita.
Zaky dan Laeli yang merupakan pemuda-pemudi NU Indonesia menjadi fasilitator dalam kegiatan ini. Sebagai pengantar pelatihan Suaedi, narasumber pertama memberikan pemahaman kepada peserta berkenaan tradisi dan harmoni sosial. Bagaimana kami peserta dapat mengenal ciri-ciri tradisi terkait dengan pengelolaan konflik dan membedakan jenis-jenis tradisi postif dan negatif untuk perdamaian, atau potensi konflik dan potensi damai.
Suaedi mengatakan bahwa kesatuan masyarakat sipil yang dibangun dari dialog dan kerjasama bisa membangun kebersamaan. “Saya kira pesantren atau perguruan tinggi sudah waktunya melihat kenyataan bahwasanya sistem pendidikan kita khususnya di pesantren-pesantren dan pendidikan secara umum didoktrinasi oleh mengagendasi pergaulan dari luar baik ilmu dari timur, dari barat, dan dari timur tengah tanpa didialogkan, justru hal tersebut mendroktinisasi masyarakat sekitar”, tutur Suaedi.
Tidak hanya Suaedi, ada satu narasumber lain yang turut hadir dalam kegiatan pelatihan yakni Gamal Ferdhi. Beliau membimbing para peserta untuk merumuskan strategi revitalisasi tradisi yang ada di Kuningan. Mengulas ulang tulisan popular yang merupakan karya pilihan peserta pelatihan sebelumnya menjadi salah satu rangkaian utama dalam penyusunan strategi revitalisasi tradisi. Dan Salah satu tulisan karya Muslimah Ahmadiyah Manislor yang berjudul Miniatur Indonesia terpilih untuk diulas bersama.
“Sebuah karunia bagi saya bahwasanya karya saya dapat terpilih menjadi salah satu tulisan untuk diulas bersama. Isi tulisan saya menceritakan bagaimana nilai-nilai keragaman Indonesia baik etnis, suku, ras, dan agama tercermin di sebuah desa kecil yang terletak di Kabupaten Kuningan”, ujar Aulia.
“Bagaimana heterogenitas atau pluralisme tidak cukup hanya dengan mengakui dan menerima bahwa masyarakat kita adalah masyarakat majemuk, tetapi harus disertai dengan sikap tulis dan ikhlas menerima kenyataan kemajemukan itu sebagai nilai positif dan merupakan rahmat Tuhan YME kepada manusia”, susulnya.
Dalam masyarakat yang demokratis terdapat hubungan yang saling menghormati antar berbagai kelompok masyarakat. Tidak ada intervensi antara kelompok yang satu atas kelompok yang lainnya, karena masing-masing berjalan sesuai denga koridornya.
Pelatihan ini berakhir pada pukul 17.00 WIB. Sebagai rencana tindak lanjut para peserta menyepekati untuk menghasilkan sebuah karya tulisan feature, essay, artikel atau berita ke beberapa media online nasional yang difasilitasi oleh YBAW, dalam jangka waktu minimal setiap bulannya satu tulisan.
Kontributor : Aulia Fauziah.