Yogyakarta- Tanah makam di Dusun Mejing, Sidoarum, Godean, Sleman Yogyakarta, masih basah diguyur hujan semalaman, setelah kemarin sore jenazah H. Suhadi Ahmad Mukhlis, nama yang tidak asing lagi bagi para seniman musik, berbaring lelap diharibaan Sang Khaliq, Rabu, (28/02).
Pohon yang baik akan menghasilkan buah yang baik, demikianlah pohon Ahmadiyah telah menginspirasi seniman musik sekaligus pencipta lagu berkualitas.
Setelah W.R Supratman sang pencipta lagu kebangsaan Indonesia Raya yang juga merupakan anggota dari Jamaah Ahmadiyah, kini disusul Suhadi yang dikenal sebagai komposer dan pencipta lagu-lagu bernafaskan Islam melainkan juga seorang pianis dan konduktor.
Suhadi adalah pendiri kelompok Pecinta Musik Muslim Yogyakarta (PPMY), yang merupakan perintis bagi munculnya banyak kelompok-kelompok paduan suara muslim bukan saja di Yogyakarta, melainkan di Klaten, Magelang, Wonosari, Surakarta, bahkan Malang.
Pada awal aktifitas senimannya beliau telah berinteraksi dengan Kusbini, N. Simanungkalit dan beberapa maestro musik Indonesia lainnya.
Sebagai pencipta lagu-lagu Islami, Suhadi sendiri telah banyak melahirkan karya ciptaannya. Salah satunya adalah Hymne IAIN (sekarang UIN) yang kemudian dipakai sebagai lagu wajib diseluruh Institut Agama Islam Negeri (IAIN) di Indonesia.
Suhadi mengarang Hymne IAIN pada tahun 1964 atau pada awal-awal IAIN berdiri dari sebelumnya bernama Akademi Dinas Ilmu Agama atau ADIA. Ceritanya bermula dari sebuah sayembara cipta lagu hymne IAIN yang digelar Departemen Agama. Lagu itu diperuntukkan bagi IAIN, yang waktu itu baru berdiri di dua tempat, yakni Yogyakarta dan Jakarta dengan rektor pertama Prof Drs Soenardjo.
Hymne IAIN tidak hanya diciptakan berdasarkan penyusunan kata kata indah layaknya karangan sebuah puisi belaka, namun hymne ini disimbolkan dari apa yang dilihat, apa prospek masa depannya, apa harapan bangsa dan juga disesuaikan dengan visinya unggul dan terkemuka dalam pemaduan dan pengembangan studi keislaman dan keilmuan bagi peradaban yaitu yang tertuang dalam kutipan syair Hymne UIN Sunan Kalijaga
“Integrasikan, Interkoneksikan Agama dan ilmu semesta” berdoa dengan sungguh-sungguh dan bukan sekedar basa basi ungkap almarhum saat menceritakan hymne UIN sebagaimana yang dikutip oleh kompasiana.com
Selain hymne IAIN, Suhadi juga menciptakan hymne Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta pada tahun 1977 dan pencipta hymne Kulon Progro, yang menjadi lagu wajib pemerintah Daerah Kabupaten Kulon Progo.
Segudang lagu anak-anak yang sering dinyanyikan oleh murid SD dan SMP juga beliau ciptakan.
Bersama Akhmad Rudiyanto, Suhadi meraih penghargaan rekor muri untuk kategori syair lagu bernafas Islam terpanjang melalui lagu Ar-Rahman yang terdiri atas 9 kelompok syair yang masing-masing dua bait dinyanyikam selama 27 menit 30 detik. Lagu ini pertama kali dinyanyikan oleh Grup Paduan Suara Al-Mustasyfa.
Sementara itu, kecintaan beliau kepada Islam dimulai saat sering mengikuti “Sunday Morning Class” bersama Dawaw Raharjo pada tahun 60-an. Kemudian di tahun 1963, Suhadi bergabung menjadi anggota Gerakan Ahmadiyah Indonesia (GAI). Kepuasan religiusnya baru dirasakan Suhadi setelah membaca buku-buku tulisan Mln. Saleh A. Nahdi Mubaligh Jamaah Ahmadiyah Indonesia (JAI) yang beliau beli di toko buku Al-Hikmah di Ngabean Yogyakarta.
Suhadi juga berdiskusi dengan Aly Abu Bakar Basalamah, Dosen IAIN Sunan Kalijaga yang juga tokoh JAI Yogyakarta. Kepuasan religius ini mencapai puncaknya pada tahun 1985 ketika Suhadi bergabung ke Jamaah Ahmadiyah Indonesia (JAI) melalui Mln. Abdul Hayye HP. Mulai tahun 1986 Suhadi aktif sebagai pengurus JAI Yogyakarta, dan sempar menjadi ketua pada tahun 1990.
Suhadi juga merupakan seorang musi (orang Muslim Ahmadi yang berwasiyat untuk mengorbanoan hartanya di jalan Islam-pen) yang mengorbankan 1/10 dari kekayaan dan penghasilan untuk syiar Islam. Suhadi juga termasuk salah satu anggota tim penerjemah Al-Quran cetakan JAI dalam bahasa Jawa bersama Sigit Harjono, Sukarsono Malangjudo, Sutomo Alwi Ahmadi, Abdul Rozak dan tokoh yang lainnya.
Dalam bidang kemanusiaan, Suhadi juga merupakan salah satu anggota Calon Donor Mata (ACDM) dari ribuan ACDM yang dimiliki JAI. Di akhir hayatnya, Suhadi telah menyumbangkan kornea matanya.
Sslamat jalan Bapak Suhadi, sang maestro, pejuang muslim, dan pahlawan kemanusiaan semoga kesejukan dan kebahagiaan menyambutmu di surga Sang Khaliq. Semua karyamu Insya Alllah akan dikenang sepanjang masa.
Yogyakarta, 1 Maret 2018.
Penulis: Saifullah Malangjudo
Editor: Usama Ahmad Rizal
Sumber Referensi :
1. Biografi Suhadi dari Buku DEO PATRIA –Lebit Unibraw , Maret 1981
2. Wawancara dengan Keluarga Suhadi – Maret 2018
3. www. uinjkt.ac.id – Berita : 3 Juli 2008.
4. Wawancara Majalah Suluh – th 2005.