Minggu 22 Nov 2019 Mendapat undangan kawan rabtah kami yaitu Relawan Nusantara & Siaga Peduli Magetan untuk ikut aksi tanam pohon memperingati hari menanam pohon sedunia. Maka tim 3 orang anggota JAI Magetan (Wahib, Saelan, Anto) & 1 simpatisan menjawab undangan itu dengan mengendarai 2 motor bebek untuk naik ke Bukit Gendol, yaitu bukit perbatasan Jawa Timur (Magetan) & Jawa Tengah (Wonogiri).
Perjalanan ditempuh sekitar 2 jam dgn trek naik turun ala pegunungan, dimana sekitar pukul 10.30 kami sampai di lokasi
Sesampai di lokasitim segera bergabung dgn para tim Relawan yg sebelumnya sudah ada di lokasi yaitu Relawan Nusantara, Siaga Peduli, Rumah Zakat & Tim Penelitian dari UNY Yogyakarta, serta tentunya magnet utama acara ini yaitu Mbah Sadiman. 30 pohon beringin segera disebar ke berbagai lokasi di Bukit Gendol itu. Pohon beringin dipilih karena kelebihannya dalam menyerap, menyimpan & mengeluarkan air.
Bicara tentang Bukit Gendol maka tidak bisa dilepaskan dari sosok inspiratif yaitu Mbah Sadiman, lelaki paruh baya berusia 65 tahun itu adalah sosok yg tanpa lelah selama 23 tahun berjuang agar air bisa mengalir lancar di kampung halamannya.
Aksi tanam pohon ini pun yg menjadi momen utamanya adalah perjumpaan dengan beliau. Sebelum perjuangan itu, kampung halamannya sangat sulit dalam mendapatkan air, bukit Gendol yang seharusnya menjadi sumber air pun seringkali kering di musim kemarau hingga terkadang terjadi kebakaran hutan.
Akhirnya tahun 1996 dengan motivasi agar air bisa mengalir lancar di sekutar Bukit Gendol ini beliau memulai perjuangannya dengan sedikit demi sedikit menanam pohon beringin ke berbagai titik di Bukit Gendol dan Bukit Ampyangan.
Penulis mendengar langsung kisah perjuangan beliau, dimana lebih satu dasawarsa beliau sering disebut kurang waras oleh warga karena pilihan itu, pohon beringin bukanlah pohon produktif secara ekonomi, terlebih kepercayaan mistis yg dipercaya tentang pohon ini.
Tapi dengan istiqomah beliau terus menanam pohon hingga akhirnya sekitar tahun 2010 an (14 tahun setelahnya) dari ribuan pohon beringin yang telah ditanam itu keluar mata air yang berkumpul menjadi sungai kecil yang begitu jernih.
Air jernih dan segar yang kami sudah cicipi itu terus mengalir walau kemarau panjang tiba. Kini ribuan paralon air dialihkan ke 800 rumah warga di sekitar bukit ini, daerah yang dahulu kering kini menjadi hijau dan segar. Cemoohan warga dibalas oleh mbah Sadiman dengan dialihkan air jernih ke rumahnya tanpa biaya bulanan.
“Tujuan hidup itu adalah untuk bahagia dunia & akhirat, dan dengan cara inilah saya penuhi tujuan itu” itulah nasehat mbah Sadiman yang mengiang begitu kuat. Nasehat yang menutup aksi tanam pohon itu. Makan siang dan shalat dzuhur berjamaah yang kami pimpin, aksi sosial itu pun berakhir. Mbah Sadiman telah melaksanan moto emas kami yaitu Love For ALL Hatred For None.
Kontributor : Mln. Wahib